Opini
Opini Frans X Skera: Dari Finlandia dengan Kejujuran
Rakyat Finlandia sangat fokus pada “Emotional Quotient (EQ). Mereka yakin sekali dengan motonya “KEJUJURAN adalah awal dari semua KEBAIKAN”.
POS-KUPANG.COM - Sejak “KKN dan SUAP” marak dan berjemaah di era reformasi, banyak pejabat Negara, elit politik dan ASN harus meringkuk di balik jeruji besi, karena tersangkut kejahatan luar biasa tersebut.
Sejak itu pula kata “kejujuran”/integritas”, hanya muncul saat berbicara tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi calon pemimpin Pemerintahan dan Wakil Rakyat.
Setelah itu, kejujuran nyaris tak terdengar dan dianggap sebagai barang langka dalam kehidupan sehari-hari. Karena KKN dan suap sudah merupakan kebiasaan (budaya), maka ketidakjujuran pun dianggap biasa.
Kata orang, sesuatu yang salah/tidak baik atau jahat, kalau diulang terus menerus tanpa koreksi dan sanksi, lambat laun dianggap hal biasa. Mereka yang berbicara tentang kejujuran dianggap “orang-orang aneh dan sok suci.
Sementara itu,diakui pula bahwa dampak KKN dan suap adalah kemiskinan, penderitaan, dan terhambatnya pembangunan. Membiarkan terus terjadinya ketidakjujuran dalam bentuk KKN dan suap, berarti membiarkan terus bertambahnya orang miskin, nganggur dan terkebelakang, akibat tidak terjadinya perubahan dan pertumbuhan.
Karena itu, meski dicemooh, pembicaraan, diskusi, kampanye, dan pelajaran tentang etika moral, serta pengamalan nilai-nilai Pancasila, harus terus dihidupkan dan digalakkan kalau kita menghendaki adanya perubahan sikap dan tingkah laku.
Baca juga: Opini: Merawat Persaudaraan Sejati
Apalagi hasil survei CSIS 8-13 Agustus 2022, mengatakan karakter pemimpin yang diidamkan pemilih pemula berusia 17-39 tahun pada 2024 ialah “jujur dan tak korupsi” sebesar 34,8 persen (ref: Kompas, Selasa, 27-9-2022).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, mengawali tahun 2023, penulis ingin menceriterakan kembali pengalaman Youtuber anonim, selama seminggu mengunjungi negara Finlandia dan tekadnya setelah kembali ke Indonesia, dengan mengusung judul “Dari Finlandia dengan Kejujuran (From Finlandia with Integrity)”.
Ceriteranya berawal dari pertanyaan kunci yaitu mengapa Finlandia merupakan negara paling makmur di dunia, padahal tidak mempunyai kekayaan sumber daya alam berlimpah, dan beriklim sangat ekstrim, karena terletak dekat kutub utara.
Pertanyaannya berdasarkan fakta yang diperoleh yakni Finlandia adalah tempat paling nyaman untuk tinggal selain New Zealand, menurut survei CNN. Finlandia juga merupakan negara dengan pendapatan per kapita tertinggi, dan paling bersih serta tertib sedunia.
Sebagai orang yang gemar membaca, si Youtuber berkesimpulan bahwa fakta tersebut di atas, terjadi karena tingkat pendidikan rakyat Finlandia tinggi atau taraf pengetahuan masyarakatnya baik.
Namun setelah dia bertanya kepada beberapa orang, dia terkejut mendapatkan jawaban bahwa kenyamanan, kemakmuran, dan kebahagiaan orang Finlandia, bukan disebabkan tingkat pendidikan/pengetahuan mereka yang tinggi.
Ternyata orang Finlandia percaya bahwa “kejujuran” adalah “resep kemakmuran dan kebahagiaan”. Mereka sangat yakin bahwa kejujuran para pejabat/aparat pemerintah dan anggota parlemennya bisa membuat negara dan rakyatnya makmur bahagia ,tanpa perlu menjadi pintar.
Baca juga: Opini Hengky Marloanto: Pengaturan Tata Niaga Telur Ayam Ras dan Upaya Peningkatan Gizi Masyarakat
Rakyat Finlandia sangat fokus pada “Emotional Quotient (EQ). Mereka yakin sekali dengan motonya “KEJUJURAN adalah awal dari semua KEBAIKAN”.
Bukan kepintaran melainkan kejujuran dan etika moral adalah prioritas Finlandia dalam 20 tahun terakhir dan hanya dalam kurun waktu 5 tahun, terjadi perubahan cepat dan pertumbuhan tingkat kemakmuran dan kebahagiaan.
Jadi, sekali lagi bukan kepintaran dan kekayaan sumber daya alam, tetapi kekayaan hati adalah kunci kemakmuran dan kebahagiaan.
Rakyat Finlandia tak mau berbuat salah bukan karena takut dihukum, tetapi takut ditiru generasi mudanya dan ditularkan. Mereka mendapat pelajaran penting bahwa kemakmuran dan kebahagiaan bukan terwujud karena banyaknya aturan, tetapi karena tingginya kesadaran.
Dari mana semuanya ini didapat? Dari kejujuran. Ternyata kejujuran membuat tingkat kenyamanan dan kebahagiaan tinggi.
Lalu dia mengatakan,apa efek kunjungan ke Finlandia?. Dia bermimpi untuk membuat negara Indonesia makmur dan bahagia dengan kejujuran. Hal ini bukan tidak mungkin.
Dia tertarik untuk membuat satu lingkungan kecil yang tumbuh bersama kejujuran. Hal ini bisa terwujud dengan membangun perumahan sederhana 100 unit, yang penghuninya mau jujur dan terbuka bersama.
Baca juga: Opini: Mencari Tuhan di Qatar
Dengan memiliki tetangga sebagai extended family (keluarga besar) yang mempunyai satu visi yaitu kejujuran dan keterbukaan, sebagai modal kemakmuran dan kebahagiaan. Adakah yang berminat?. Dia yakin pasti dia tidak sendirian.
Mengikuti alur ceritera di atas, kita semua diajak dan ditantang untuk meneruskan cita cita menjadikan Indonesia pada umumnya dan NTT kususnya makmur dan bahagia dengan kejujuran. Meskipun tak mudah melakukan perubahan tingkah laku, tetapi bukan tak mungkin.
Demikian pula walaupun tak banyak orang yang mau berkecimpung, tetapi bukan berarti tak ada. Mari berpedoman pada ungkapan ”kalau bukan kita siapa lagi, kalau tidak sekarang kapan lagi” dan kalau ada kemauan pasti ada jalan.
Indonesia saat ini berada dalam keadaan darurat kejujuran, terutama antara lain disebabkan oleh “duitcrazy yang sangat merusak democracy”.
Kekuatan uang, politik transaksional, pilkada/pileg berbiaya mahal membuat demokrasi kita hanya bagus pada tataran prosedur, tetapi sungguh jauh dari substansi yaitu kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Malah ketidakjujuran sudah ditularkan hingga ke rakyat di pedesaan saat kampanye pilkada dan pileg.
Harusnya ada perang frontal terhadap ketidakjujuran yang dipelopori pejabat Negara dan elit politik, tetapi sayang sejauh ini baru perang kata-kata demi pencitraan.
Memang Lembaga KPK, Kepolisian dan Kejaksaan sudah bekerja keras memberantas KKN dan suap, tetapi hasilnya masih jauh dari memuaskan. Hanya sapu bersih sajalah yang dapat menyapu lantai kotor hingga bersih, dan celakanya belum semua sapu yang ada, bersih.
Baca juga: Opini : Makna Sopi Dalam Budaya NTT
Demikian juga,mestinya pendidikan berperan penting dalam pembentukan etika moral dan kejujuran warga negara, tetapi ironisnya bangsa yang diklaim beragama dan berdasarkan nilai-nilai Pancasila,justru tingkat KKN dan suapnya begitu tinggi.
Berpedoman pada ungkapan kecil itu indah, mari kita tumbuhkan, rawat, dan kembangkan kelompok-kelompok kecil yang mau berjuang menegakkan kejujuran sebagai awal dari semua kebaikan.
Kita harus mulai dari diri sendiri dan keluarga. Kalau saja dalam satu desa ada sedikitnya 10 keluarga dalam setiap RT yang menjadikan kejujuran sebagai “harga mati” dengan mendidik putra putrinya untuk tidak curang dan cinta kebenaran, maka sudah ada sel inti pejuang integritas.
Kemudian, supaya ada kesinambungan kita merambah ke sekolah Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, dan Menengah.
Kita merindukan Guru-guru yang disiplin, mau berkorban dan mengedepankan mutu, dengan tepat waktu, selalu menyiapkan diri sebelum mengajar, tegas terhadap siswa yang curang saat ujian, dan tidak mentolerir manipulasi kelulusan siswa.
Selanjutnya, kita juga mendambakan kepala desa teladan yang mengelola dana desa dengan transparan, akuntabel dan menghasilkan karya benar untuk rakyat.
Kalau saja setiap kecamatan ada sekurang-kurangnya 5 kepala desa yang jujur, maka rakyat desanya akan maju dan berkembang.
Terakhir,meski ada banyak kepala daerah, wakil rakyat, polisi, jaksa, dan hakim yang tersangkut KKN dan suap, pasti masih ada pejabat-pejabat yang memiliki hati nurani tajam dan empati sosial tinggi. Mereka juga adalah pejuang-pejuang kejujuran yang bisa menjadi teladan bagi generasi berikut.
Andaikan semua kelompok kecil tersebut tetap pada pendirian, tak goyah meski banyak cobaan, dan terus bertekad untuk menjadikan kejujuran sebagai awal dari semua kebaikan, maka meski sedikit lama lama bisa menjadi bukit.
Bola salju yang kecil akan terus bergelinding, makin lama makin besar dan menghanyutkan ketidakjujuran dan kecurangan ke samudera. Kalau ini terjadi, satu saat nanti, orang-orang di luar sana akan mengatakan “ dari Indonesia dengan kejujuran (From Indonesia with honesty).” Semoga. (penulis warga Kota Kupang)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.