Reshuffle Kabinet
Johnny Plate Meradang Soal Reshuffle Kabinet: Sekarang Banyak Politisi Merasa Jadi Presiden
Johnny Plate, Sekjen Partai Nasdem seakan meradang dengan pernyataan politisi yang mendorong reshuffle kabinet dengan alasan tertentu.
POS-KUPANG.COM - Johnny Plate, Sekjen Partai Nasdem seakan meradang dengan pernyataan politisi yang mendorong reshuffle kabinet dengan alasan tertentu.
Pernyataan yang direspon Jhonny Plate itu terkait sorotan elite PDI Perjuangan yang mendesak Presiden Jokowi untuk segera melengserkan dua menteri dari Partai NasDem.
Atas desakan itulah, Jhonny Plate yang juga Menteri Komunikasi dan Informatika itu pun angkat bicara.
Dia menyebutkan bahwa saat ini banyak politisi merasa seperti presiden, selalu mengatur-atur hak prerogatif Presiden Jokowi.
"Terlalu banyak politisi saat ini yang merasa seolah-olah jadi presiden, dan mencoba mengatur prerogatif rights presiden," kata Johnny kepada wartawan, Rabu 4 Januari 2023.
Baca juga: Prabowo Dikabarkan Tak Maju Pilpres 2024, Kini Pilih NasDem Demi Ulangi Kemenangan Anies Baswedan
Johnny Plate pun mengingatkan semua pihak supaya tidak membuat ruang diskursus politik menjadi bising dan tidak bermanfaat.
"Enggak usahlah itu. Tidak perlu membuat ruang publik dan diskursus politik menjadi bising dan tidak bermanfaat," ujar Johnny.
Dikatakannya, reshuffle kabinet merupakan hak prerogatif presiden. Dan, NasDem selalu konsisten dengan sikap tersebut.
Johnny Plate juga menandaskan bahwa Partai NasDem senantiasa mendukung Pemerintahan Jokowi-Maruf hingga berakhir pada tahun 2024 mendatang.
"NasDem akan selalu mendukung Pak Jokowi dengan segenap kemampuan baik di pemerintahan maupun parlemen. NasDem akan tetap konsisten dengan sikap memberikan dukungan penuh pada Pemerintahan Pak Jokowi - Kiai Maruf Amin," tegasnya.
Untuk itu, ia mengajak semua pihak untuk fokus pada penyelenggaraan negara dan pembangunan nasional.
Ini membutuhkan stablitas politik, soliditas nasional dan kegotongroyongan bangsa dalam menghadapi tantangan akibat perubahan situasi geopolitik global.

"NasDem terus memberikan dukungan pada pemerintah dan tidak akan menjadi desertir politik," tandasnya.
Pada bagian lain, ia juga mengungkapkan semua menteri dari partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju termasuk NasDem, agar selalu siap untuk direshuffle.
"Semua partai yang merupakan bagian dari anggota koalisi, harus menerima bahwa yang menentukan kabinet, merubah kabinet, adalah hak prerogatif presiden," tandas Johnny.
Semua partai tanpa kecuali, lanjut dia, harus siap direshuffle, karena hal itu merupakan hak priogratif presiden yang dilindungi konstitusi.
Seorang menteri, kata Johnny, bertugas membantu presiden. Karena itu harus selalu siap jika presiden memutuskan untuk direshuffle.
"Secara pribadi apalagi, kita di sini sebagai pembantu presiden melaksanakan kebijakan dan arahan presiden, ya itu sepenuhnya ada pada presiden," jelasnya.
Baca juga: Politisi NasDem Pasang Badan Bela Menteri Pertanian: Yang Desak Impor Beras Itu Bulog, Bukan Mentan
Sampai saat ini, tandas Johnny, Nasdem terus berkomitmen terhadap pemerintahan Jokowi-Maruf.
"Sejak awal membangun koalisi memperjuangkan capres, memenangkan capres bersama-sama koalisi 2014 dan 2019 melaksanakan pembangunan negara bersama koalisi dengan baik," ungkapnya.
Johnny melanjutkan NasDem akan terus konsisten terhadap komitmen penentuan anggota kabinet, perubahan anggota kabinet merupakan kewenangan priogratif presiden.
PDI Perjuangan-NasDem Makin Meruncing
Saat ini, hubungan antara PDI Perjuangan dan NasDem semakin meruncing dari waktu ke waktu. Bahkan saat ini, kedua parpol ini saling sindir satu sama lain.
Di satu pihak, elite PDI Perjuangan meminta Presiden Jokowi mengganti dua menteri dari NasDem, dipihak lain muncul pula desakan agar kader NasDem di Kabinet Indonesia Maju agar mengundurkan diri.
Desakan ini mencuat sejak Partai NasDem mendeklarasikan Anies Baswedan jadi calon presiden. Kini terus mencuat wacana reshuffle kabinet dengan target kader Partai NasDem.
Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengatakan, dua menteri dari Partai NasDem sebaiknya mengundurkan diri dari Kabinet Indonesia Maju.
Djarot Saiful Hidayat meminta agar kinerja Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), dievaluasi.
Ia juga mengkritisi langkah Partai NasDem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) 2024.
"Satu kinerjanya, dua termasuk partainya. Kalau memang gentle betul sudah seperti itu, akan lebih baik untuk menteri-menterinya lebih baik mengundurkan diri," kata Djarot di kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa 3 Januari 2023.
Djarot menilai dua menteri dari Partai NasDem tersebut rupanya tidak cocok dengan kebijakan Presiden Jokowi.
"Sebab, rupanya mungkin agak tidak cocok dengan kebijakan Pak Jokowi termasuk yang disampaikan adalah sosok antitesis Pak Jokowi," ujarnya.
Djarot mengatakan sebagai Anggota Komisi IV DPR RI, ia mengungkapkan alasan mengapa kedua menteri tersebut harus dievaluasi.
Baca juga: Irma Suryani Chaniago Murka Dengar Sorotan PDIP: Menteri NasDem Tak Pernah Ditangkap KPK
Ia mencotohkan ketika Indonesia berusaha swasembada pangan, namun produksinya ternyata tidak mencukupi.
"Sehingga, harga beras naik dan baru saja datang impor beras dari luar 500 ribu ton. Padahal prinsipnya adalah Pak Jokowi ingin membangun swasembada pangan," ungkap Djarot.
Selain itu, Djarot juga mengungkit kebijakan food estate yang sebagiannya dinilainya gagal.
"Ini kan tanggung jawab Kementerian Pertanian untuk food estate. Menteri Pertanian harus selalu di depan untuk hal itu," ucapnya.
Ia menambahkan demikian halnya pada musim tanam, Indonesia pasti mengalami kelangkaan pupuk.
Djarot pun menantang Kementerian Pertanian untuk memberikan kepastian harga pupuk.
"Berani enggak Kementerian Pertanian berada di garis depan untuk memberikan kepastian harga dan memberikan subsidi kepada harga," jelasnya.

Publik Sepakat Reshuffle Kabinet
Sebelumnya diberitakan, Survei Nasional Charta Politika Indonesia melaporkan bahwa kinerja menteri kabinet Presiden Jokowi cukup baik.
Akan tetapi, masih berdasarkan hasil survei, mayoritas publik juga menginginkan agar reshuffle kabinet.
Hasil Survei Nasional Charta Politika Indonesia melaporkan tingkat kepuasan atas kinerja menteri pemerintahan Jokowi, berada pada angka 60 persen. Sementara ketidakpuasan berada pada angka 34.7 persen.
“Kita juga tanya bagaimana kinerja para menteri yang menjadi ujung tombak kinerja pemerintah. Ketika kita tanyakan kinerja menteri sebanyak 60 persen menyatakan puas,” kata Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya dalam paparannya secara daring, Selasa 29 November 2022.
Saat responden ditanyakan apakah setuju atau tidak setuju jika Presiden Jokowi melakukan reshuffle menteri-menterinya. Sebanyak 59.7 menyatakan setuju reshuffle kabinet dan 30.5 tidak setuju.
“Ketika kita masuk pertanyaan reshuffle menteri 59.7 menyatakan setuju. Ini menurut saya menjadi catatan saat Jokowi ingin berbicara legacy, kepuasan publik yang baik."
Baca juga: Pengamat: Wacana Evaluasi Dua Menteri Nasdem Murni Alasan Politik, Efek Deklarasi Anies Capres
"Tentu saja tidak serta merta terkait performa dirinya tetapi image juga bagaimana publik melihat kinerja kabinet. Terlebih kita segera memasuki tahun politik 2023,” tutupnya.
Adapun Survei Nasional Charta Politika terbaru ini dilakukan pada tanggal 4 sampai 12 November 2022 melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Jumlah sampel sebanyak 1.220 responden yang tersebar di 34 Provinsi.
Metodologi yang digunakan adalah metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan margin of error ± (2.83 persen) pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Jokowi: Tunggu Saja
Presiden Jokowi belum mau berbicara panjang soal rencana perombakan kabinet atau Reshuffle.
Ia meminta awak media untuk menunggu kabar perombakan kabinet tersebut.
“Tunggu saja,” kata Presiden Jokowi di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin, 2 Januari 2023.
Terkait kapan reshuffle kabinet tersebut dilakukan, Presiden Jokowi memberikan jawaban yang sama.
Termasuk mengenai nasib posisi menteri dari Partai NasDem, karena partai tersebut telah mendeklarasikan dukungan kepada Anies Baswedan sebagai Calon Presiden.
Adapun, di kabinet sendiri ada tiga pos menteri diisi oleh NasDem, yakni Menkominfo Johnny G Plate, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
“Ditunggu saja,” katanya.
Senada, Wapres Juga Minta Menunggu Soal Reshuffle Kabinet Jokowi
Sebelumnya Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin menjawab pertanyaan wartawan terkait wacana reshuffle kabinet yang mencuat ke publik belakangan ini.
Menurutnya, reshuffle kabinet adalah hak prerogatif Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Ia pun enggan menceritakan terkait perbincangan antara Presiden Jokowi dengan dirinya.
Hal tersebut disampaikannya usai meresmikan enam Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi dan UMKM (PLUT KUMKM) secara serentak di PLUT KUMKM Kabupaten Semarang pada Selasa 27 Desember 2022.
"Kalau reshuffle kabinet itu kan memang hak prerogratif presiden. Jadi kalo konsultasi saya dengan presiden itu nggak usah diceritakan pada wartawan ya," kata Ma'ruf.
"Tapi reshuffle itu hak prerogatif presiden. Jadi kita tunggu saja. Apa terjadi, apa tidak, kita tunggu saja," sambung dia.
Wacana Reshuffle Kabinet, Elite NasDem Sindir PDIP soal Menteri Ditangkap KPK
Baca juga: Effendi Choirie Angkat Bicara: Nasdem Siap Terima Apapun Keputusan Jokowi Soal Rombak Kabinet
Ketua DPP Partai NasDem, Irma Suryani Chaniago menyindir PDIP soal menteri yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Hal itu merespons pernyataan Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat yang meminta dua menteri dari Partai NasDem dievaluasi di tengah isu reshuffle.
Irma pun lantas menantang menteri dari PDIP untuk beradu prestasi selama menjabat saat ini.
"Mau adu prestasi menteri dari NasDem? Hati hati, menteri NasDem tidak ada yang ditangkap KPK karena merugikan bangsa dan negara," kata Irma dalam keterangannya, Jumat 30 Desember 2022.
Ia juga menantang PDIP agar mengaudit penyaluran bantuan sosial (Bansos) oleh Kementerian Sosial (Kemensos) selama pandemi.
"Yang kedua nggak usah jauh jauh, bicara prestasi, coba cek bantuan sosial jumlahnya triliunan itu, ternyata pendistribusiannya tidak tepat sasaran, karena data digunakan tidak tepat, pengawalannya lemah, terus dimana prestasinya? Ayo audit itu Bansos Kemensos selama pendemi," ujar Irma.
Irma juga merespons pernyataan PDIP yang menyebut Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo adalah pihak mendesak untuk melancarkan import beras karena cadangan beras nasional kurang.
Ia menilai pernyataan itu tidak berdasar dan terkesan mengada-ada karena permintaan datang dari Bulog dan Kemendag dan justru Mentan membela petani yang jelas-jelas memiliki gabah yang cukup.
"Sebagaimana saya sudah sampaikan sebelumnya, import beras itu maunya Bulog dan Kemendag, kalau Mentan jelas bilang gabah petani cukup, Bulog saja tidak mampu serap gabah petani! Jadi jangan asbun deh," ungkap Irma.
Lebih lanjut, Irma meyakini apabila Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan reshuffle bukan karena faktor politis.
"Soal reshuffle, saya yakin, jika berbasis kinerja, Menteri NasDem tidak akan termasuk akan diganti. Karena mereka berkinerja baik, on the track dengan program presiden serta berprestasi," imbuhnya.
Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Ideologi dan Kaderisasi Perjuangan Djarot Saiful Hidayat meminta dua menteri kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk dievaluasi.
Hal ini merupakan respon Djarot ihwal sinyal Jokowi yang membuka kemungkinan kembali melakukan reshuffle atau perombakan kabinet.
Baca juga: Muhammad Kholid Sindir Partai NasDem: Kalau Pilih Andika Perkasa jadi Cawapres, Ya Kami Hormati
Dengan adanya kocok ulang ini, Djarot berharap Jokowi untuk mengevaluasi beberapa menterinya.
Apalagi mengingat beberapa tahun terakhir kinerja beberapa menteri dirasa membuat negara mengalami kemunduran.
Djarot pun menyoroti satu contoh di mana Indonesia saat ini masih melakukan impor beras.
Padahal dulu, katanya, Indonesia sudah berbicara banyak ihwal swasembada beras.
"Saya yang agak prihatin ketika kita sudah di masa lalu gembar gembor kita swasembada beras, tapi ternyata kita impor beras, ketika harganya naik," kepada awak media ditemui di kawasan Menteng, Jakarta, Jumat 23 Desember 2022.
Atas hal tersebut, bertepatan dengan sinyal Jokowi terkait kocok ulang Djarot pun menyebut ada dua menteri yang harus dievaluasi, kedua menteri ini berasal dari Partai NasDem.
Adapun kedua menteri yang diminta Djarot supaya dievaluasi oleh Jokowi adalah Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar.
"Mentan dievaluasi, Menteri kehutanan terus dievaluasi, semua menteri juga dievaluasi, supaya apa, supaya ada satu darah baru yang segar, mendukung penuh kebijakan pak Jokowi, untuk menuntaskan janji kampanye sebelumnya," katanya.
Evaluasi ini, lanjut Djarot, mengingat Jokowi sudah menjelang akhir masa jabatannya.
Sehingga nanti program yang sudah dicanangkan dapat bisa tercapai.
"Evaluasi kinerja seluruh menteri, apalagi menjelang berakhir masa jabatan presiden. Sehingga program yang sudah dicanangkan oleh pak jokoei itu betil betul bisa tercapai. Sudah waktunya dievaluasi," tegasnya.
Sebelumnya, Jokowi kembali melempar kode untuk melakukan reshuffle kabinet di sisa masa jabatan pemerintahannya.
"Mungkin. Ya nanti," kata Jokowi di Bendungan Sukamahi, Bogor, Jumat 23 Desember 2022, saat ditanya ihwal kocok ulang menteri.
PDIP Minta MenLHK dan Mentan Dievaluasi di Tengah Wacana Reshuffle, NasDem: Hak Jokowi, Bukan Partai
Wasekjen Partai NasDem Hermawi Taslim menegaskan reshuffle atau perombakan kabinet merupakan hak prerogatif Presiden Jokowi.
Hal itu merespons pernyataan PDIP agar dua menteri dari NasDem, yakni Syahrul Yasin Limpo (SYL) dan Siti Nurbaya Bakar, dievaluasi di tengah wacana reshuffle.
Hermawi menegaskan Jokowi memiliki hak prerogatif untuk melakukan reshuffle, bukan partai politik (Parpol) tertentu.
"Kan yang punya hak prerogatif itu presiden, bukan partai tertentu. Jadi saya enggak mau komen soal partai," kata Hermawi kepada wartawan, Jumat 23 Desember 2022.
Baca juga: Jokowi Berkemungkinan Rombak Kabinet, Johnny Plate Itu Prerogatif Presiden NasDem Dukung Hingga 2024
Hermawi menuturkan NasDem meyakini Presiden Jokowi tak bisa diintervensi oleh siapapun.
"Kita yakin presiden tidak bisa diintervensi oleh siapapun. Kalau kami sudah terbiasa ngurusin menteri dari partai sendiri, enggak ngurusin menteri dari partai lain," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan pihaknya menghormati apapun keputusan Jokowi termasuk reshuffle.
"Reshuffle kan emang hak prerogatif presiden yang diatur dalam UUD 1945, yang bisa digunakan oleh presiden sesuai hasil evaluasinya. Jadi ya semua pihak termasuk NasDem harus menghormati konstitusi," ungkap Hermawi. (*)
Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.