Berita NTT

We Called It As An Emotion

Dahulu, dalam budaya atau adat istiadat masyarakat, musik digunakan sebagai sarana upacara adat yang menghubungkan mereka dengan ilahi.

Editor: maria anitoda
Tim Jelajah Nada Timor
Jelajah Nada Timor 

POS-KUPANG.COM- Sewaktu berkunjung ke pameran karya seni, kita mendengarkan musik-musik instrumen (beberapa pameran karya seni memilih untuk tidak memutarkan musik dengan alasan tertentu).

Namun bila kita kaji, meghadirkan musik di pameran akan mempengaruhi suasana dan mood dari pengunjung untuk menikmati pameran, sama halnya ketika kita berkunjung ke sebuah toko buku, pusat perbelanjaan ataupun restoran.

Dahulu, dalam budaya atau adat istiadat masyarakat, musik digunakan sebagai sarana upacara adat yang menghubungkan mereka dengan ilahi, sarana ekspresi diri, kemudian berkembang menjadi bagian dari kesenian dan status mata pencarian.

Di masa sekarang, ketika teknologi berkembang dengan pesat, musik dapat diakses dengan mudah karena diminati sebagai hiburan.

Baca juga: Jelajah Nada Timor, The Brief Story Of Leko Boko Aka Bijol

Masih ingatkah kita akan fenomena Spotify Wrapped yang sangat hype di bulan Desember tahun 2022 lalu?

Orang-orang membagikan rangkuman musik yang telah didengar selama satu tahun di berbagai media sosial.

Chart menandakan inventarisir lagu-lagu pilihan tahun itu. Namun, di lain sisi rangkuman ini juga sebagai simbolis wawasan menarik tentang kebiasaan kita dalam mendengarkan musik favorit hingga pilihan musik yang mungkin tidak disangka sebelumnya.

Pilihan lagu-lagu ini mengindikasikan bahwa musik juga berperan dalam hal aktualisasi diri.

Baca juga: Cerita Pertemuan Genre Musik Tradisional dan Post Rock dalam Jelajah Nada Timor

Kehadiran musik tak lagi hanya bagian ekslusif bagi segelintir orang yang mencari penghidupan darinya. Musik diklaim sebagai sesuatu yang inklusif bagi semua orang dan 'berkontribusi aktif' di segala lini.

Dari penjelasan di atas, dalam lingkup publik atau privat, kelompok atau personal, musik bukan saja sekadar vokal, ritme, melodi dan lainnya.

Ada ‘benang merah’ yang ternyata dapat menjelaskan kenapa musik itu universal membentuk ekosistem yang besar, luas dan saling terhubung, merupakan kebutuhan dunia dan akan selalu abadi. Ini semua berangkat dari bagian yang paling dekat dan terkecil dalam setiap individu yaitu emosi.

Di kondisi tertentu, tak seimbang, bahkan buruk sekalipun, kita mendengarkan musik untuk membuat diri merasa lebih baik.

Baca juga: Jelajah Nada Timor Pelestarian Musik Tradisional Budaya Pulau Timor dengan Musik Instrumen Gaya Baru

Musik sebagai media ungkapan perasaan yang sedang dirasakan dan sebagai pijakan untuk mengubah hidup semakin lebih baik.

Pilihan genre lagu kadang disesuaikan dengan emosi kita, seakan dapat menerjemahkan perasaan dan keterwakilan diri. Dengan demikian, emosi kita dapat ternetralisir dengan baik.

Dalam pengaplikasian yang lebih luas lagi, musik digunakan sebagai alat terapi. Penggunaan terapi musik mulai banyak digunakan untuk mereka yang mengalami depresi, kecemasan hingga PTSD (Post Traumatic Stress Disorder).

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved