Berita Sabu Raijua
Jemaat GMIT Eklesia Leoge Sabu Raijua Kritik Perjudian Lewat Drama Natal
Jemaat GMIT Eklesia Leoge Sabu Barat Kabupaten Sabu Raya merayakan Natal bersama pada Rabu 28 Desember 2022.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Jevon Agripa Dupe
POS-KUPANG.COM, SABU RAIJUA - Jemaat GMIT Eklesia Leoge Sabu Barat Kabupaten Sabu Raya merayakan Natal bersama pada Rabu 28 Desember 2022.
Acara diawali dengan ibadat dipimpin oleh Ketua Majelis Jemaat GMIT Eklesia Leoge, Pdt Rosalin Radja Haba, STh. Ada sesi pembakaran lilin Natal.
Kemudian diisi dengan pentas fragmen atau drama natal oleh Pemuda Eklesia Leoge sebagai refleksi Natal. Selanjutnya, dance oleh anak PAR GMIT Eklesia Leoge.
Drama Natal menyedot perhatian jemaat. Berkisah tentang dua keluarga yang mengalami situasi berbeda.
Keluarga pertama hidup rukun dan damai. Sedangkan keluarga kedua selalu bertengkar akibat dari sang kepala keluarga memiliki kebiasaan berjudi.
Ketua Majelis Jemaat GMIT Eklesia Leoge, Pdt Rosalin Radja Haba, STh menyampaikan bahwa perenungan Natal melalui drama merupakan upaya menyadarkan jemaat agar menjadi pribadi yang lebih baik.
“Makna drama tersebut supaya menyadarkan jemaat, karena hampir 40 persen jemaat hidupnya dengan judi. Ada yang suaminya penjudi, ada yang suami dan istri penjudi," kata Rosalin Radja Haba.
Baca juga: Begini Cara Bupati Sabu Raijua dan Wabup Uly Kale Ucap Selamat Natal kepada Para Staf
Baca juga: Warga Lokal Mengaku Bangga Kain Adat Sabu Raijua Dikenakan Putra Jokowi, Kaesang Pangarep
"Drama natal tadi bertujuan untuk menyadarkan jemaat agar tidak hidup dengan perjudian. Perjudian membuat rumah tangga tidak aman, suami dan istri bisa bertengkar, anak ada yang tidak sekolah karena orang tua lebih mementingkan judi dibandingkan dengan kebutuhan sekolah anak,” tambahnya.
Rosalin Radja Haba juga menyampaikan, pergumulan terbesar Jemaat GMIT Eklesia Leoge merupakan kebiasaan berjudi jemaat yang berimbas pada pendidikan anak-anak. ”Pergumulan kami di sini, banyak anak yang bahkan SD saja tidak tamat, karena orang tua merasa sekolah itu tidak penting,” ujarnya.
Menurutnya, hal itu bukan berarti orang tua tidak punya uang. Namun uang yang ada digunakan untuk berjudi. "Jadi melalui drama tersebut ingin memberitahukan bahwa judi tidak benar di mata Tuhan,” ucap Rosalin Radja Haba.
Ia berharap Jemaat GMIT Eklesia Leoge dapat lebih aktif dalam beribadah dan dapat terjadi perubahan dalam kehidupan berkeluarga seluruh Jemaat.
”Kedepannya, jemaat lebih mencintai Ibadah, lebih rindu akan ibadah-ibadah, dan bisa ada perubahan dalam hidup berkeluarga,” imbuh Rosalin Radja Haba. (cr22)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS