Berita NTT
Kendalikan Inflasi, Wagub Josef Nae Soi: Perkuat Kerjasama Antardaerah
Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi mengingatkan semua stakholder untuk memperkuat kerja sama antardaerah untuk mengendalikan inflasi.
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Alfons Nedabang
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja, dalam materinya mengatakan bahwa pada November 2022, Provinsi NTT mengalami deflasi sebesar 0,10 persen (mtm), setelah bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,25 % (mtm). Deflasi terutama didorong oleh penurunan beberapa komoditas makanan seperti ikan tembang, minyak goreng, daun singkong, dan ikan kembung.
Baca juga: Wagub NTT Sebut Cabai Salah Satu Penyebab Inflasi di NTT
“Tarif angkutan udara juga mengalami penurunan di bulan November seiring dengan masuknya beberapa maskapai yang membuka jadwal penerbangan baru di NTT. Secara tahunan, inflasi NTT pada November 2022 tercatat sebesar 6,74 % (yoy), lebih tinggi dari inflasi nasional. Tekanan inflasi tahunan di NTT terutama didorong oleh kelompok administered prices yang mengalami kenaikan signifikan seiring dengan kenaikan tarif angkutan udara serta penyesuaian harga BBM. Komoditas yang cenderung menjadi penyumbang inflasi antara lain, Angkutan Udara, Tomat, Kangkung, Sawi Putih, Daging Ayam Ras, Bawang Merah, dan Telur Ayam Ras," jelas Nyoman.
Di akhir paparannya, Nyoman juga menyampaikan beberapa rekomendasi untuk menekan angka capaian inflasi, yaitu dengan optimalisasi NTT dan DTU adalah meningkatkan Program Pasar Murah, tindak lanjut kerjasama antar daerah, Subsidi Ongkos Angkut dan Billborad Informasi Harga.
Dalam sesi diskusi yang dipandu oleh Dr Lerry R Rupidara, peserta HLM TPID TIROSA memberi tanggapan atas berbagai hal yang telah dipaparkan oleh para narasumber, di antaranya Bupati Malaka Simon Nahak mengatakan agar sebaikanya untuk mengatasi masalah inflasi ini adalah perbanyak bekerja kolaboratif.
“Saya berharap kita semua sebagai kepala daerah harus memiliki kepekaan terhadap berbagai situasi yang berkembang dengan sangat cepat, oleh sebab itu yang dibutuhkan dari kita semua adalah bekerja cepat dan tepat, kurangi pertemuan-pertemuan dengan memperbanyak bekerja di lapangan," ungkap Simon.
Bupati Sabu Raijua, Nikodemus Rihi Heke juga menyampaikan bahwa berbicara inflasi maka bicara soal produksi dan daya beli masyarakat.
“Jangan lupa bahwa bicara inflasi adalah bicara soal kekurangan bahan makanan, yang diakibatkan oleh rendahnya daya beli. Maka kita harus punya saving tidak saja uang tetapi juga bahan baku makanan alternatif. Seperti hal kurangnya atau langkanya minyak goreng, nah bagi kami di Sabu Raijua, kami merasa tidak merasakan dampak dari kelangkaan minyak goreng waktu itu, karena kami masyarakat Sabu Raijua memproduksi minyak kelapa, nah ini sangat membantu kami," jelas Mantan Wakil Bupati Sabu Raijua.
Menanggapi hal tersebut, Wagub Josef Nae Soi menegaskan bahwa sudah saatnya bergerak cepat tentunya melalui koordinasi lewat WA Group. Segera dibuat dan dikoordinir oleh Penjabat Wali Kota Kupang. (uzu)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS