Berita NTT

Kendalikan Inflasi, Wagub Josef Nae Soi: Perkuat Kerjasama Antardaerah

Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi mengingatkan semua stakholder untuk memperkuat kerja sama antardaerah untuk mengendalikan inflasi.

Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Alfons Nedabang
POS-KUPANG.COM/HO BIRO ADMINISTRASI SETDA NTT
Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi, Kepala Perwakilan BI Provinsi NTT I Nyoman Ariawan Atmaja, Penjabat Wali Kota Kupang George Hadjoh dan Dr Lerry R Rupidara (moderator) dalam pertemuan High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kabupaten/Kota se-Pulau Timor, Rote dan Sabu (HLM-TPID TIROSA) di Aula Nemberala Kantor Perwakilan BI Provinsi NTT, Kamis (15/12/2022). 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi mengingatkan semua stakholder untuk memperkuat kerja sama antardaerah untuk mengendalikan inflasi.

Wagub Josef Nae Soi menyampaikan hal ini dalam pertemuan High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kabupaten/Kota se-Pulau Timor, Rote dan Sabu (HLM-TPID TIROSA) di Aula Nemberala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Kamis (15/12/2022).

“Kalau kita lakukan pembenahan secara keseluruhan, maka strategi cepat dalam mengendalikan inflasi harus dilakukan oleh semua pemangku kepentingan, setiap kepala daerah harus memanggil para kepala PD Pasar, Organisasi Distributor Barang pada Toko Kecil maupun Toko Besar, buat penegasan dan sampaikan bahwa semua harus bisa lakukan agar inflasi segera turun dalam waktu cepat," kata Wagub Josef Nae Soi, berdasarkan keterangan tertulis yang diterima POS-KUPANG.COm.

"Selanjutnya perlu dirundingkan tentang harga pokok produksi berapa? Harga jualnya harus dipatok batasannya berapa dan perlu diawasi dengan ketat oleh pemerintah. Perlu diawasi dengan ketat agar jangan sampai disusupi oleh pihak ketiga. Kalau sampai pihak ketiga masuk, maka dipastikan harga barang akan naik. Kita perlu buat WA Group yang didalamnya ada semua Kepala Daerah se NTT, agar lebih efisien dan efektif dalam mengatur strategi mengawasi pasar secara cepat dan tepat," tambahnya.

Baca juga: Tekan Inflasi, Bupati dan Wakil Bupati Rote Ndao Bagikan Ribuan Paket Sembako kepada Warga

Wagub Josef Nae Soi juga menegaskan bahwa semua kepala daerah harus bekerja sungguh-sugguh soal pengendalian inflasi pada setiap wilayahnya masing-masing.

Ia yakin bahwa hampir semua kepala daerah masih belum bekerja optimal di lapangan. Perlu upaya kolaboratif dari semua kepala daerah karena NTT sendiri berada pada urutan kelima teratas inflasi.

“Kita perlu saling koordinasi dengan cepat untuk dapat mengatasi kelangkaan bahan-bahan makanan di setiap daerah. Oleh sebab itu, para kepala daerah harus proaktif bangun kerjasama antar daerah, tukar menukar informasi melalui grup wa, misalnya di Malaka punya bawang putih, punya cabe, bawang merah, dan sebagainya, maka dapat mengirim kepada Sabu Raijua atau daerah lainnya yang mungkin mengalami kekurangan bahan-bahan makanan seperti itu. Nah bentuk-bentuk kerjasama inilah yang seharusnya kita lakukan untuk mengatasi hal-hal ini. Apalagi Hari Raya Natal dan Tahun Baru sudah makin dekat. Nah ini harus kita lakukan upaya antisipasi lebih cepat. Tidak boleh ada penimbunan terhadap berbagai bahan-bahan pokok di gudang. Penentuan harga pokok harus ditentukan Harga jula juga kitra berikan rangenya. Nah kita semua harus rajin melakukan operasi pasar," papar Wagub Josef Nae Soi.

Mantan anggota DPR RI dari Partai Golkar ini mengatakan, jika semua bekerja sungguh-sungguh maka pasti inflasi NTTyang saat ini berada pada angka 6,7 akan turun.

Pemerintah harus buat regulasi yang ketat soal untuk menekan inflasi pada setiap daerah. Kita harus punya tekad inflasi turun dan angka kemiskinannya juga turun dengan kerja kolaboratif pentahelix.

Penjabat Wali Kota Kupang, George Hadjoh mengatakan bahwa Pemerintah Kota Kupang telah melakukan berbagai upaya pengendalian inflasi di Kota Kupang.

“Kami juga telah melaksanakan High Level Meeting (HLM) TPID Kota Kupang, dimana rapat tingkat pimpinan lintas sektor yang dipimpin langsung oleh Walikota. Hal ini sebagai upaya untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan bahan pangan melalui strategi 4K : Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif," kata George Hadjoh.

Baca juga: Pemkot Kupang Raih Penghargaan Mitra Pengendali Inflasi Kolaboratif BI NTT 

"Kegiatan Sidak Pasar, dimana Pemantauan harga ini sangat perlu dilakukan oleh TPID Kota Kupang, dengan tujuan agar tidak dimanfaatkan oleh para oknum yang seenaknya menaikan harga pada komoditas pangan strategis sampai akhir tahun 2022. Pemerintah Kota Kupang juga telah melakukan launching program Kampung Sadar Inflasi serta Sosialisasi Cinta Bangga Paham Rupiah di Kelurahan Kayu Putih Kecamatan Oebobo," tambahnya.

Ia mengajak masyarakat Kota Kupang untuk terus menanam komoditas penyumbang inflasi, terutama cabai dengan sebanyak 3.000 anakan cabai. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan berkolaborasi antara Bagian Perekonomian Setda Kota Kupang, Camat Oebobo, Kelurahan Kayu Putih dengan Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT.

“Kami terus melakukan Kegiatan Pasar Murah sampai akhir tahun 2022. Kegiatan ini merupakan kegiatan kolaborasi antara Bagian Perekonomian Setda Kota Kupang, Dinas Perindutrian dan Perdagangan Kota Kupang, Perwakilan Bank Indonesia Propinsi NTT dan Perum Bulog Propinsi NTT. Juga aksi Penanaman Anakan Kelor dan Sorgum. Sebagai upaya antisipasi rawan pangan tahu depan kami juga melaksanakan gerakan menanam (melibatkan ASN dan Masyarakat) pada lahan kosong dan pekarangan rumah dengan jenis tanaman cabai, tomat ,sayur sayuran, anakan kelor 4 kali setiap minggu dari Oktober s/d Desember 2022 untuk menekan lajunya inflasi. Sidak ke pasar dan distributor gencar kami lakukan agar tidak menahan barang, dimana kegiatan ini melibatkan TPID, PT Pelindo III Tenau Kupang, BPS Kota Kupang, Satgas Polda NTT, Polresta Kupang Kota, Bulog NTT, Angkasa Pura I Kota Kupang, Kantor BI Provinsi NTT Dan Dinas Terkait," papar George Hadjoh penuh semangat.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja, dalam materinya mengatakan bahwa pada November 2022, Provinsi NTT mengalami deflasi sebesar 0,10 persen (mtm), setelah bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,25 % (mtm). Deflasi terutama didorong oleh penurunan beberapa komoditas makanan seperti ikan tembang, minyak goreng, daun singkong, dan ikan kembung.

Baca juga: Wagub NTT Sebut Cabai Salah Satu Penyebab Inflasi di NTT

“Tarif angkutan udara juga mengalami penurunan di bulan November seiring dengan masuknya beberapa maskapai yang membuka jadwal penerbangan baru di NTT. Secara tahunan, inflasi NTT pada November 2022 tercatat sebesar 6,74 % (yoy), lebih tinggi dari inflasi nasional. Tekanan inflasi tahunan di NTT terutama didorong oleh kelompok administered prices yang mengalami kenaikan signifikan seiring dengan kenaikan tarif angkutan udara serta penyesuaian harga BBM. Komoditas yang cenderung menjadi penyumbang inflasi antara lain, Angkutan Udara, Tomat, Kangkung, Sawi Putih, Daging Ayam Ras, Bawang Merah, dan Telur Ayam Ras," jelas Nyoman.

Di akhir paparannya, Nyoman juga menyampaikan beberapa rekomendasi untuk menekan angka capaian inflasi, yaitu dengan optimalisasi NTT dan DTU adalah meningkatkan Program Pasar Murah, tindak lanjut kerjasama antar daerah, Subsidi Ongkos Angkut dan Billborad Informasi Harga.

Dalam sesi diskusi yang dipandu oleh Dr Lerry R Rupidara, peserta HLM TPID TIROSA memberi tanggapan atas berbagai hal yang telah dipaparkan oleh para narasumber, di antaranya Bupati Malaka Simon Nahak mengatakan agar sebaikanya untuk mengatasi masalah inflasi ini adalah perbanyak bekerja kolaboratif.

“Saya berharap kita semua sebagai kepala daerah harus memiliki kepekaan terhadap berbagai situasi yang berkembang dengan sangat cepat, oleh sebab itu yang dibutuhkan dari kita semua adalah bekerja cepat dan tepat, kurangi pertemuan-pertemuan dengan memperbanyak bekerja di lapangan," ungkap Simon.

Bupati Sabu Raijua, Nikodemus Rihi Heke juga menyampaikan bahwa berbicara inflasi maka bicara soal produksi dan daya beli masyarakat.

“Jangan lupa bahwa bicara inflasi adalah bicara soal kekurangan bahan makanan, yang diakibatkan oleh rendahnya daya beli. Maka kita harus punya saving tidak saja uang tetapi juga bahan baku makanan alternatif. Seperti hal kurangnya atau langkanya minyak goreng, nah bagi kami di Sabu Raijua, kami merasa tidak merasakan dampak dari kelangkaan minyak goreng waktu itu, karena kami masyarakat Sabu Raijua memproduksi minyak kelapa, nah ini sangat membantu kami," jelas Mantan Wakil Bupati Sabu Raijua.

Menanggapi hal tersebut, Wagub Josef Nae Soi menegaskan bahwa sudah saatnya bergerak cepat tentunya melalui koordinasi lewat WA Group. Segera dibuat dan dikoordinir oleh Penjabat Wali Kota Kupang. (uzu)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved