Unwira Kupang
Unwira Kupang, Melalui MBKM Mahasiswa Mengalami Hasil Transformasi Pendidikan
pengajar karena waktu itu masih kekurangan staf pengajar jadi kebetulan ada lowongan kita melamar dan sampai sekarang kita mengabdi di Unwira
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan atau FKIP, Universitas Katolik Widya Mandira atau Unwira Kupang telah menerapkan kegiatan - kegiatan dalam kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka atau MBKM sejak tahun 2020.
Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unwira, Elvis Albertus Bin Toni dalam Podcast Pos Kupang, Kamis, 8 Desember 2022 mengungkapkan dengan adanya MBKM, banyak mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Unwira mengalami hasil transformasi pendidikan dengan bisa belajar di luar kampus, bisa mengikuti banyak kegiatan di luar kampus dan setelah pihak prodi mengakui apa yang mereka lakukan.
Seperti apa selengkapnya, berikut cuplikan wawancara eksklusif Pos Kupang bersama Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Unwira.
E : Sejak kapan Prodi Bahasa Inggris Unwira berdiri?
E : Prodi Pendidikan Bahasa Inggris ini adalah salah satu prodi yang berdiri di awal - awal tahun berdirinya Unwira tetapi setelah dua tahun berdirinya Unwira, jadi tahun 1982 itu berdirinya Unwira lalu prodi Bahasa Inggris itu berdiri pada tahun 1984. Kalau di SK itu tanggalnya 31 Oktober 1984.
E : Baik. Ini menandakan bahwa pemahaman tentang pentingnya belajar Bahasa Inggris sudah ada sejak dulu?
E : Para pendiri Unwira itu saya pikir mereka melihat masa depan bagaimana pentingnya bahasa asing tetapi menjadi bahasa internasional disaat itu dan juga di masa sekarang, kita bisa merasakan itu, betapa banyak orang membutuhkan Bahasa Inggris untuk banyak kepentingan. Misalnya mau studi ke luar negeri, salah satu tuntutan itu harus memiliki sertifikat yang IELTS, TOEFL atau TOEIC misalnya, jadi memang bersyukur bahwa para pendiri Unwira saat itu mereka berpikir jauh.
E : Pak Elvis sendiri sudah berapa lama berkecimpung di dunia pendidikan sebagai seorang dosen?
E : Saya tamat dari prodi Bahasa Inggris Unwira jadi saya alumni, tahun 2007 tamat, tahun 2008 kita diangkat menjadi pengajar karena waktu itu masih kekurangan staf pengajar jadi kebetulan ada lowongan kita melamar dan sampai sekarang kita mengabdi di Unwira, tempat dimana dulu kita ditempa dan saya merasa nyaman di Prodi Bahasa Inggris Unwira.
Karena dari staf, teman - teman dosen yang notabene adalah dosen - dosen saya itu mereka sangat welcome dengan kita, sangat terbuka ketika kita kesulitan dalam mengajar, mereka selalu mengarahkan kita jadi perlu saya sampaikan bahwa dosen - dosen di Prodi Bahasa Inggris Unwira itu orang - orang yang sangat membantu.
Kalau misalnya ada mahasiswa yang mengalami kendala tidak bisa datang ke kampus, meninggalkan kampus bersemester - semester itu mereka cenderung mencari, tanya kendalanya seperti apa lalu panggil mereka ke kampus bisa hubungi orang tua mereka tanya kira - kira ada persoalan apa sehingga anaknya seperti itu.
Tanggungjawab moril itu mereka tanamkan sejak dulu sehingga ketika kita sebagai alumni, kebetulan saya salah satu alumnus, kita bisa merasakan betapa suasana kebaikan daripada dosen - dosen itu, mereka tidak melihat kita sebagai mahasiswa yang datang kuliah, bayar yang regis supaya bayar gaji mereka tetapi mereka menganggap kita sebagai anak mereka sehingga kalau kita menghilang itu mereka merasa anak mereka hilang dan itu suasana sampai sekarang di Prodi Bahasa Inggris seperti itu, lalu antara satu dosen dengan dosen lain kita boleh beda pendapat, kita boleh salah paham tetapi setelah itu habis.
Kita bisa berdebat secara akademis, kita tidak baperan lalu kita tetap sebagai satu keluarga. Sebagai keluarga kita saling mendukung untuk menghidupkan program studi Pendidikan Bahasa Inggris.
E : Saat pandemi dimana kita dibatasi untuk bertatap muka, sebagai dosen pak Elvis merasa tidak, ada yang hilang dari proses pembelajaran secara keseluruhan?
E : Pasti ada. Dalam proses perkuliahan itu kita tidak hanya melihat satu aspek saja. Sebenarnya berdasarkan kurikulum itu ada empat capaian pembelajaran yang kita ingin supaya lulusan kita itu miliki.
Pertama itu sikap, pengetahuan, keterampilan umum, keterampilan khusus. Kalau pengetahuan itu mungkin mudah.
Kita bisa mengukurnya dengan memberikan kuis - kuis tetapi sikap ataupun keterampilan, dengan kita tatap muka secara online itu terkadang kita tidak bisa memantau secara komperhensif apa yang dilakukan oleh siswa, sikapnya seperti apa, bagaimana dia bertingkah laku saat berkuliah itu kan kita tidak bisa memantau secara utuh.
Oleh karena itu kita berharap, boleh lah sesekali kita pakai perkuliahan secara online tetapi persentase ertemuan secara offline itu seharusnya lebih tinggi sehingga kita bisa berinteraksi langsung, mengamati secara langsung bagaimana perkembangan mahasiswa.
E : Lulusan Pendidikan Bahasa Inggris Unwira sendiri sudah berapa banyak dan tersebar di bidang apa saja?
E : Saya boleh katakan sudah lebih dari seribu. Sudah banyak sekali yang tersebar bukan hanya di NTT tetapi di luar NTT dengan profesi yang utamanya pasti guru, tapi juga ada bidang - bidang kerja lain, ada yang bekerja di bidang pariwisata, ada yang bekerja di LSM ada yang bekerja di perbankan malah.
Jadi bervariasi meskipun core kita itu adalah pendidikan Bahasa Inggris tapi kita tidak bisa memungkiri kenyataan bahwa di luar sana mereka yang memutuskan apa yang harus mereka lakukan itu diluar kendali kita.
Tugas kita adalah mempersiapkan mereka jadi kalau kita sudah melihah fenomena di luar seperti itu bagaimana response kita di Prodi?
Apa yang harus kita lakukan untuk menjawabi misalnya kalau dia (lulusan) keluar itu tidak jadi guru. Itu jawabannya ada di kurikulum.
E : Terkait penerapan kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk prodi Bahasa Inggris Unwira sendiri sudah sejauh mana?
E : Jadi, kegiatan MBKM, setelah dicetuskan tahun 2020 berdasarkan Permendikbud nomor 3 tahun 2020, Unwira sendiri sudah mulai melaksanakan kegiatan MBKM dari awal, misalnya ada mahasiswa kami ada yang mengambil mata kuliah kami di luar Unwira. Setelah itu dalam perjalanan waktu kita juga dituntut oleh sistem maka kita harus merevisi kurikulum kita.
Sebelumnya kan kita menggunakan kurikulum KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) sekarang memang tidak ada banyak perubahan tetapi kita menyesuaikan dengan tuntutan sekarang.
Kita merevisi berdasarkan KKNI juga jadi ada mata kuliah - mata kuliah yang lama kita masih pertahankan, menambah beberapa mata kuliah baru dan juga sekarang dengan adanya MBKM ini banyak mahasiswa kita mengalami hasil transformasi pendidikan kita ini, bisa belajar di luar kampus, bisa mengikuti banyak kegiatan di luar kampus dan setelah itu kita mengakui apa yang mereka lakukan.
E : Sudah berapa banyak mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Unwira yang mengikuti kegiatan MBKM ini?
E : Seingat saya sudah sekitar lima orang itu mengambil mata kuliah di satu perguruan tinggi di Jawa dan kita mengakui mata kuliah - mata kuliah yang mereka ambil.
Setelah itu tahun ini ada enam orang mahasiswi mereka mengikuti program pertukaran mahasiswa Merdeka, mereka berkuliah di beberapa universitas di Pulau Jawa selama satu semester dan ada enam orang juga mengikuti program Kampus Mengajar.
Mereka dikirim ke sekolah - sekolah di SD pada umumnya, kebanyakan di Kabupaten Kupang.
E : Untuk kurikulum MBKM sendiri Prodi pendidikan Bahasa Inggris Unwira ada program - program atau mata kuliah unggulan yang bisa diambil oleh mahasiswa dari luar?
E : Dari tahun 2020 sampai sekarang itu ada beberapa mata kuliah, saya sebutkan saja dua yakni English for Tourism dan English for Young Learners, itu banyak diminati oleh mahasiswa - mahasiswa dari luar tapi tidak menutup kemungkinan juga ada beberapa mata kuliah wajib lainnya juga diminati oleh mahasiswa dari universitas luar kalau mereka datang ke Unwira untuk mengikuti program pertukaran mahasiswa Merdeka itu.(uzu)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS