Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 27 November 2022, Adventus, Saat Berjaga Bersama Tuhan
Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. Steph Tupeng Witin SVD dengan judul Adventus, Saat Berjaga Bersama Tuhan.
Ketiga, kesediaan diri ikut dalam rencana keselamatan Tuhan dengan mau dipakai hidupnya demi pekerjaan-pekerjaan keselamatan Tuhan (Maria).
Advent menghadirkan 3 dimensi atau bagian yaitu dimensi historis: keselamatan Tuhan atas manusia. Tuhan yang dinantikan adalah Tuhan di dalam sejarah manusia yang datang dalam diri Yesus dari Nazareth.
Dimensi eskatologis: kehidupan para pengikut Kristus, proses antara sesudah diselamatkan Kristus dan belum terwujudnya keselamatan itu sepenuhnya dalam diri kita sampai kepada kedatangan Kristus yang kedua sebagai Hakim dan Penyelamat.
Dimensi misioner Gereja: memberitakan Firman Allah kepada seluruh bangsa.
Advent adalah rangkaian ziarah iman sejak saat ini sampai pada waktu kedatangan Tuhan. Rentang waktu ziarah menuju kedatangan Tuhan itu terbagi dalam ruas-ruas waktu: detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun.
Rotasi ruas-ruas waktu akan terus terjadi sepanjang kita masih tetap menarik nafas dalam ziarah bersama orang lain. Kadang kita sendiri, tapi tidak pernah sendirian. Maka setiap Desember saat kita memasuki Advent, kita diingatkan akan semua orang yang telah berziarah bersama kita sepanjang tahun ini.
Mungkin ada yang tidak bisa lagi membalas SMS atau WA kita. Boleh jadi ada yang tinggal dengan kita tapi rasanya tidak pernah ada bersama-sama. Mungkin karena kita terlampau sibuk dengan rutinitas sehingga waktu 5 menit terlalu mahal hanya sekadar untuk menyapa saudara.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 25 November 2022, Tetapi SabdaKu Takkan Berlalu
Masa Advent adalah momen berahmat untuk menata kembali bangunan nurani kita agar kiblatnya terarah pulang kepada Tuhan. Tuhan akan menguji kesetiaan dan komitmen iman kita dalam sikap “berjaga-jaga.”
“Berjaga-jaga” berarti kita melalui hidup kita dengan kesadaran penuh. Orang bijak bilang, manusia yang hidup dengan sadar, nurani terjaga sama dengan dia mengusir setan itu jauh-jauh.
Kesadaran ini mendapatkan penekanan justru karena kelemahan manusiawi seringkali meruntuhkan kekuatan itu.
Dalam bahasa Injil Matius: kesadaran kita bisa runtuh kalau kita tidak berjaga-jaga dan larut dalam kemabukan, pesta pora dan kepentingan-kepentingan duniawi.
Menurut Injil, “berjaga-jaga” dalam konteks Sabda Yesus adalah membentengi hidup kita dengan berbagai aktivitas spiritual yang menyatukan kita dengan Dia dalam seluruh ziarah hidup dan karya kemanusiaan kita.
Kedatangan Mesias mewarnai pewartaan Firman yang dilakukan oleh Nabi Yesaya. Gunung tempat Rumah Tuhan berdiri tegak. Segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana dan banyak suku bangsa akan pergi agar diajari jalan kebenaran yang akan ditempuh untuk mencapai Rumah Tuhan.
Namun kapan itu akan terjadi? Tak ada yang bisa memastikannya selain Bapa Surgawi. Yang harus dilakukan oleh manusia ialah selalu berjaga-jaga. "Hendaklah kamu selalu siaga, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga" (Mat 24: 42).
Tindakan berjaga-jaga ini digambarkan secara praktis oleh St. Paulus. "Malam sudah hampir lewat, sebentar lagi pagi akan tiba. Marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan per- lengkapan senjata terang" (Rm 13:12).