Pilpres 2024

Yenny Wahid Melejit Lampaui Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno, Percaturan Cawapres Bakal Berubah

Elektabilitas Yenny Wahid, Putri mendiang Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mencuat melampaui Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno dalam survei Y-Publica.

Editor: Frans Krowin
POS-KUPANG.COM
MELEJIT - Elektabilitas Yenny Wahid, Putri Mendiang Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid tau biasa disapa Gus Dur melejit tinggi melampaui Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno. Tingginya elektabilitas Yenny Wahid itu dibayang-bayangi Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Golkar. 

POS-KUPANG.COM - Yenny Wahid, Putri mendiang Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mencuat melampaui Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno dalam survei Y-Publica periode 27 Oktober - 1 November 2022.

Elektabilitas Yenny Wahid melonjak tinggi sehingga diprediksi bakal mempengaruhi percaturan peta cawapres yang kini sedang digadang-gadang untuk Pilpres 2024.

Belum lama ini, nama Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, nongol dalam setiap survei.

Bahkan dua sosok ini disebut-sebut sebagai figur yang layak diusung menjadi calon wakil presiden untuk figur mana pun, pada Pilpres 2024 nanti.

Baca juga: Pilpres 2024, PSI NTT Bakal Kampanye Ganjar Pranowo dan Yenny Wahid

Dalam survei tersebut, putri Presiden RI ke-4 itu menempati posisi teratas sebagai calon wakil presiden disusul Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Golkar.

Menko Bidang Perekonomian tersebut berada di posisi runner up dengan perolehan 11,2 persen paling dipilih publik yang diwakili responden.

JADI CAWAPRES - Yenny Wahid, putri mendiang Gus Dur kini jadi buah bibir. Namanya disebut-sebut sebagai cawapres paling potensial. Yenny mengungguli Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno dalam survei cawapres untuk Pilpres 2024.
JADI CAWAPRES - Yenny Wahid, putri mendiang Gus Dur kini jadi buah bibir. Namanya disebut-sebut sebagai cawapres paling potensial. Yenny mengungguli Ridwan Kamil dan Sandiaga Uno dalam survei cawapres untuk Pilpres 2024. (POS-KUPANG.COM)

Survei Y-Publica juga menemukan tokoh perempuan seperti Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Ketua DPR RI Puan Maharani yang paling banyak dipilih responden.

Berikut, hasil lengkap survei Y-Publica periode 27 Oktober - 1 November 2022.

Yenny Wahid 40,4 persen

Airlangga Hartarto 11,2 persen

Ridwan Kamil 8,3 persen

Khofifah Indar Parawansa 3,6 persen

Puan Maharani 2,9 persen

Sandiaga Uno 2,5 persen

Baca juga: Bukan Prabowo Tapi Airlangga Hartarto yang Paling Dipilih untuk Gantikan Presiden Jokowi

AHY 1,8 persen

Anies Baswedan 1,4 persen

Andika Perkasa 1,1 persen

Lainnya 1,1 persen

Tak menjawab 4,0 persen

Pengamat Singgung Puan Maharani

Peneliti di Pusat Riset Politik, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Luky Sandra Amalia menyebut pengukuhan Puan sebagai Doktor Honoris Causa tersebut, merupakan pengakuan dari prestasi-prestasi Ketua DPR RI ini selama berkecimpung di dunia politik.

Dia pun menuturkan, penghargaan untuk Puan dinilai bisa menjadi inspirasi bagi perempuan-perempuan Indonesia.

"Keberhasilan Puan ini akan menginspirasi perempuan-perempuan untuk terjun di dunia politik dan pemerintahan,” kata Amalia dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.TV, Selasa 8 November 2022.

"Keberadaan Puan sebagai ketua DPR seolah membuka dinding ketidakmungkinan yang selama ini menghantui perempuan ketika hendak berkiprah di dunia politik."

Baca juga: Airlangga Hartarto Makin Kuat, Tapi Lebih Kuat Kalau Jadikan Ganjar Pasangan Calon Presiden

Amalia mengatakan, pemberian gelar kehormatan akademis Doktor Honoris Causa bukan-lah hal sembarangan.

Menurutnya, Universitas pemberi gelar tentu memiliki sejumlah pertimbangan sebelum memutuskan untuk memberikan gelar tersebut kepada putri Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri itu.

“Keberadaan Puan sebagai Ketua DPR perempuan pertama sepanjang sejarah Indonesia saja sudah merupakan fenomena yang cenderung langka dalam dunia politik yang maskulin,” ujarnya.

Dia pun kemudian menyoroti, bagaimana perbedaan DPR yang selama ini lekat dengan budaya patriaki setelah dipimpin oleh Puan.

Amalia memberi contoh soal keberhasilan DPR di era kepemimpinan Puan dalam mewujudkan pengesahan Undang-Undang (UU) Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS).

“UU TPKS terbengkalai selama dua periode DPR dipimpin laki-laki, dan kita bersyukur akhirnya berhasil disahkan ketika Puan menjadi Ketua DPR,” ucapnya.

“Harus diakui bahwa pengesahkan UU TPKS ini merupakan sebuah keberhasilan lembaga legislatif untuk melindungi warga negaranya yang paling rentan menjadi korban kekerasan seksual yaitu perempuan."

DPR di bawah kepemimpinan Puan juga telah menginisiasi RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) yang dinilai akan menjadi bentuk perlindungan negara terhadap perempuan sebagai ibu, dan anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa.

Amalia juga menuturkan, keberadaan Puan sebagai Ketua DPR tidak saja dimaknai sebagai langkah maju Indonesia dalam mewujudkan gender mainstreaming di segala bidang. Namun, juga bermakna mewujudkan cita-cita kesetaraan gender warga dunia.

Baca juga: Airlangga Hartarto Tak Terpengaruh Langkah Surya Paloh Deklarasikan Anies Baswedan

"Hal inilah yang ditangkap oleh Pukyong National University Korea (PKNU),” ucapnya.

Pengukuhan Puan sebagai Doktor Honoris Causa bidang Ilmu Politik digelar di College Theatre PKNU, Busan Korea Selatan, Senin 7 November 2022.

Dalam pidato Ilmiahnya saat dikukuhkan sebagai Doktor Honoris Causa tersebut Puan juga menuturkan soal persamaan hak antara perempuan dan laki-laki, termasuk dalam bidang politik.

Puan menyebut demokrasi menjamin partisipasi warga bangsa dalam mengartikulasikan hak politik, hak sosial, hak budaya dan hak ekonomi. Ia menegaskan, demokrasi juga memberikan ruang artikulasi kaum perempuan dalam segala bidang.

“Menyertakan perempuan dalam setiap jabatan bukan sebagai kebijakan afirmatif, akan tetapi merupakan kesadaran atas penghargaan harkat dan martabat manusia,” kata Puan.

Menurut mantan Menko PMK itu, inti dari pembangunan kesetaraan dan keadilan gender bukanlah meneguhkan siapa yang mendominasi dan didominasi.

Melainkan, kata Puan, bagaimana menemukan koridor untuk saling berbagi secara adil dalam segala aktivitas kehidupan tanpa membedakan pelakunya laki-laki maupun perempuan.

“Hal tersebut juga sama halnya dengan tidak membedakan pelaku aktivitas kehidupan karena perbedaan warna kulit, ras, dan keyakinan,” ucap Puan. (*)

Ikuti Pos-Kupang.Com di GOOGLE NEWS

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved