Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Kamis 17 November 2022, Tetesan Air Mata Yesus

Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. John Lewar SVD dengan judul Tetesan Air Mata Yesus.

Editor: Agustinus Sape
YOUTUBE/SUARA PAGI RENUNGAN HARIAN KATOLIK
RENUNGAN - RP. John Lewar SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik untuk hari Kamis 17 November 2022 dengan judul Tetesan Air Mata Yesus. 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. John Lewar SVD dengan judul Tetesan Air Mata Yesus.

RP. John Lewar menulis Renungan Harian Katolik ini dengan merujuk bacaan pertama Wahyu 5:1-10; dan bacaan Injil Lukas 19: 41-44, Peringatan Santa Elisabeth dari Hungaria.

Di akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan pula teks lengkap bacaan Kamis 17 November 2022 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.


Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Kristus.

Pada suatu hari, Nasrudin mendapat kunjungan seorang teman lama. “Din, aku kira kamu adalah salah seorang yang paling tidak tidak beruntung di desa ini, kata sang teman.”

Baru tiga bulan yang lalu istrimu meninggal, sekarang sudah tertimpa kesulitan yang lain. Satu-satunya anak gadismu malah menikahi seorang penganggur.

Tetapi yang aku heran, kamu bisa dengan cepat mengusir kesedihanmu. Nasrudin hanya tersenyum kecil.

“Aku sudah tua. Aku sudah biasa menderita. Aku sudah belajar menerima bahwa hidup ini memang tidak selalu berisi cerita tentang kesuksesan”.

Mendengar itu, sang teman sejenak jadi terdiam.

Cerita di atas mau memperlihatkan bahwa hidup kita selalu tidak diwarnai keberhasilan. Ada saat kita merasa gagal, merasa tidak berdaya, merasa tidak diterima atau tidak didengarkan oleh orang lain. Kita terharu dan menangis.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Selasa 15 November 2022, Siapa Bertelinga Hendaklah Ia Mendengarkan

Yesus pun pernah mengalami situasi semacam itu. Yesus menangis saat Lazarus meninggal dan diratapi oleh orang-orang terkasihnya ( Yohanes 11: 33 - 35).

Yesus menangis di depan kubur Lazarus. Ia menangis bersama semua hati yang hancur di dunia ini.

Ia menangis bersama setiap ibu yang mengasihi bayinya yang meninggal, bersama setiap suami/istri yang berdiri di depan peti mati pasangannya. Ia menangis bersama ibu dan bapa yang menangis pada malam yang sudah larut karena anak lelakinya yang durhaka dan anak gadisnya yang tidak patuh, belum pulang rumah.

Yesus menangisi kehancuran kota Yerusalem. Kota yang sepanjang sejarah menjadi kota suci, kota perjanjian, kota tempat kehadiran Tuhan, kini telah menjadi kota yang tercemar oleh dosa dan sikap - sikap para tokoh agama yang arogan.

Mereka seperti kubur, yang luarnya nampak indah dan megah, tetapi dalamnya busuk. Mereka suka tampil di depan umum, hanya supaya mendapat pujian banyak orang, tetapi hati mereka jauh dari Allah.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved