Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 12 November 2022, Berdoa Tidak Jemu-jemu
Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. Markus Tulu SVD dengan judul Berdoa Tidak Jemu-jemu.
POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. Markus Tulu SVD dengan judul Berdoa Tidak Jemu-jemu.
RP. Markus Tulu menulis Renungan Harian Katolik ini dengan merujuk bacaan pertama 3 Yohanes 1:5-8; dan bacaan Injil Lukas 18:1-8, Peringatan Santo Yosafat, Uskup dan Martir.
Di akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan pula teks lengkap bacaan Sabtu 12 November 2022 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.
Pada Hari Peringatan Santo Yosafat, Uskup dan Martir, kita orang-orang beriman diingatkan kembali tentang doa Santo Yosafat yakni, "Tuhan, beri saya rahmat untuk menumpahkan darah saya demi kesatuan gereja dan demi ketaatan kepada Yang Kudus."
Doa ini singkat tapi sangat menantang kita bersama untuk setia dan berani berkurban demi kehidupan sesama dengan menunjukkan sikap taat kepada Allah.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Hari Ini, Jumat 11 November 2022: Menanti Dalam Tenang dan Pasrah
Memang tidak mudah melewati situasi hidup bersama yang memprihatinkan. Tapi bagi Santo Yosafat apa pun kesulitan tak pernah menjadi halangan jika kita memiliki iman yang mantap.
Karena itu hidup dengan keluasan hati dan tanpa sekat menjadi kesempatan untuk kita mewujudnyatakan iman kita.
Iman memang mesti selalu dinyatakan dalam perbuatan. Karena jika tidak, maka iman itu pada hakikatnya adalah iman yang mati.
"Engkau bertindak sebagai orang beriman ketika engkau berbuat segala sesuatu untuk saudara-saudara sekalipun mereka orang asing."
Di sini iman berbicara dalam keluasan hati tanpa sekat dan dalam kepenuhan kasih. Iman dan kasih menuntut kesetiaan dan pengorbanan.
Kesetiaan tanpa henti untuk hidup dengan selalu berdoa dan berdoa dengan tidak jemu-jemunya.
Berdoa dengan tidak jemu-jemunya melukiskan soal kesetiaan dan ketahanan orang beriman.
Kita bisa belajar dari sikap janda yang selalu datang kepada hakim dan meminta supaya dirinya dibela oleh hakim.
Gambaran sikap janda ini sebenarnya melukiskan kesetiaan orang beriman kepada Allah.