Timor Leste

Timor Leste Raih Penghargaan Hak Asasi Manusia, Lusofonia Awards 2022 untuk Suster Marcal 

Biarawati Timor Leste dihormati dengan penghargaan HAM. Suster Guilhermina Marcal mendapat penghargaan atas perannya selama perjuangan kemerdekaan.

Editor: Agustinus Sape
Progressio
SUSTER MARCAL - Pada puncak kekerasan politik di Timor Leste pada tahun 2006 Suster Guilhermina Marcal membantu merawat sekitar 23.000 orang yang berlindung di halaman Biara Canossian di Balide di Dili. Lusofonia Award yang diterima Suster Canossian Guilhermina Marcal di Portugal pada Sabtu 1 Oktober 2022 antara lain karena perjuangannya itu. 

POS-KUPANG.COM - Seorang biarawati Katolik di Timor Leste Suster Canossian Guilhermina Marcal telah mengantongi penghargaan hak asasi manusia atas perannya selama perjuangan kemerdekaan bangsa dan atas jasanya untuk mengakhiri Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak dan kelompok terpinggirkan lainnya.

Sang biarawati Suster Canossian Guilhermina Marcal dianugerahi Penghargaan Lusofonia 2022 pada Sabtu 1 Oktober 2022.

Penghargaan ini dimulai pada tahun 2017 dan diberikan kepada orang-orang dari komunitas negara-negara berbahasa Portugis.

PENGHARGAAN - Suster Canossian Guilhermina Marcal menerima penghargaan hak asasi manusia di Portugal pada 1 Oktober 2022. Penghargaan ini diterima karena perannya selama perjuangan kemerdekaan bangsa dan atas jasanya untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak serta kelompok terpinggirkan lainnya di Timor Leste.
PENGHARGAAN - Suster Canossian Guilhermina Marcal menerima penghargaan hak asasi manusia di Portugal pada 1 Oktober 2022. Penghargaan ini diterima karena perannya selama perjuangan kemerdekaan bangsa dan atas jasanya untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak serta kelompok terpinggirkan lainnya di Timor Leste. (Situs web Canossian)

 

Biarawati berusia 64 tahun itu adalah penerima pertama kategori hak asasi manusia yang baru diperkenalkan tahun ini, yang ia terima secara langsung dalam sebuah upacara yang diadakan di Portugal.

Panitia mengatakan “tidak ada keraguan” tentang pekerjaan kemanusiaan biarawati itu saat Timor Leste masih di bawah pendudukan Indonesia.

Antara 1986 dan 1999, dia mengalami “menjadi saksi, banyak situasi di semak-semak, dalam kegiatan klandestin, di hadapan penjajah Indonesia.”

“Pada saat itulah berkembang aktivitas hubungan yang kuat antara tahanan, baik di wilayah Timor Timur maupun internasional. Dia adalah pembawa komunikasi dan informasi rahasia antara Dili dan Jakarta, menjalin kontak dengan penjara Cipinang [Jakarta] dan para tahanan politik dari Timor Timur,” katanya.

“[Dia] menjalin kontak dengan Makau, Portugal, dan Tahta Suci. Dia adalah pembawa surat-surat yang ditujukan oleh para tahanan Cipinang kepada Paus Yohanes Paulus II,” katanya, menggarisbawahi peran penting suster itu dalam upaya mengakhiri konflik berdarah di Timor Timur dan dalam perjuangan kemerdekaan.

“Dia mengambil bagian, secara sembunyi-sembunyi, dalam pertemuan internasional di Timor Leste, Indonesia sendiri dan di Roma. Ini telah meningkatkan dukungan untuk beberapa politisi muda,” katanya.

Baca juga: Timor Leste Terkejut Dengar Uskup Belo Dituduh Lakukan Pelecehan Seksual

Komite juga menggambarkan pekerjaannya setelah kemerdekaan negara itu, di mana dia "memperdalam tindakan dan pengalaman kerasulannya dan memperkuat kontak misionaris internasionalnya, menjadi referensi moral bagi negaranya, di hadapan seluruh dunia."

Antara April dan Juni 2006, Biara Balide Canossian miliknya membantu para pengungsi internal yang melarikan diri dari bentrokan antara tentara, polisi dan geng-geng bersenjata. Terkadang dia menjadi penengah antar geng.

Suster Marcal mengatakan kepada UCA News bahwa penghargaan itu memberinya kekuatan untuk terus melayani “saudara-saudari kita yang tidak berdaya dan yang sangat membutuhkan uluran tangan kita dalam banyak hal” dan bahwa penghargaan itu didedikasikan untuk orang-orang yang dia layani.

Dia mengatakan, dalam konteks Timor Leste saat ini, Gereja perlu terus “membantu dan mengangkat suara mereka yang tidak didengar di masyarakat, terutama di kalangan elite dan berjuang agar rakyat biasa tidak diperlakukan sebagai alat dalam politik semata-mata."

Mantan pemimpin provinsi Suster-suster Canossian saat ini menjabat sebagai direktur Departemen Keluarga Katolik Keuskupan Agung Dili dan wakil ketua Asosiasi Pariwisata Antar Religius Timor Leste.

Baca juga: Umat ​​Katolik Timor Leste Berunjuk Rasa di Belakang Uskup Belo yang Dituduh

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved