Breaking News

Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Hari Minggu Biasa XXVI, 25 September 2022, Hati Peka

RP. Steph Tupeng Witin SVD menulis Renungan Harian Katolik ini merujuk Kitab Amos 6: 1a. 4-7, 1Timotius 6:11-16; dan bacaan Injil Lukas 16: 19-31.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RENUNGAN - RP. Steph Tupeng Witin SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik untuk hari Minggu 25 September 2022 dengan judul Hati Peka. 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. Steph Tupeng Witin SVD dengan judul Hati Peka.

RP. Steph Tupeng Witin SVD menulis Renungan Harian Katolik ini merujuk Kitab Amos 6:1a  4-7, 1Timotius 6:11-16; dan bacaan Injil Lukas 16:19-31, Minggu Biasa XXVI.

Di akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan pula teks lengkap bacaan Minggu 25 September 2022 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.

 

Tuhan menyebutkan dalam perumpamaan: ada orang sangat kaya. Ia digambarkan selalu berpakaian jubah ungu dan halus.

ahli menjelaskan bahwa kain ungu sangatlah mahal di zaman itu. Nilainya sama dengan upah seorang pekerja selama dua tahun.

Masa itu, kain ungu yang halus adalah sebuah kemewahan tak terbayangkan karena hanya kaum bangsawan yang bisa membeli kain semacam itu.

Sebelum ada pewarnaan sintetis, pewarna ungu berasal dari siput Laut Mediterania dan dibutuhkan ribuan siput untuk hanya mewarnai satu pakaian biasa.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 22 September 2022, Rindu Berjumpa dengan Yesus

Pria kaya ini juga mengadakan pesta setiap malam. Zaman Yesus, mayoritas penduduk harus bekerja keras untuk mendapatkan sedikit dan memiliki sesuatu untuk dimakan, menikmati pesta setiap malam adalah sebuah kegilaan.

Pada waktu itu orang makan dengan menggunakan tangan. Di rumah-rumah orang yang sangat kaya, mereka akan membersihkan tangan dengan menyekanya pada roti yang kemudian dibuang. Ini adalah potongan roti yang diterima dan menjadi makanan Lazarus.

Lazarus adalah bentuk Latin dari kata Ibrani Eleazar yang berarti “Tuhan adalah pertolongan saya.”

Tampaknya, ia tidak banyak mendapatkan bantuan dari Tuhan semasa hidupnya di dunia. Ia seorang pengemis, hidup dengan kebersihan yang buruk dan penyakit kulit datang menghancurkan tubuhnya.Bahkan anjing-anjing itu menjilati luka-lukanya,

Namun Tuhan adil dan memberikan bantuan-Nya kepada Lazarus dalam kematiannya. Ia diantar ke pangkuan Abraham.

Istilah “pangkuan Abraham” mengacu kepada suatu tempat atau keadaan “yang ke dalamnya jiwa-jiwa orang benar diterima, sebelum kedatangan Kristus Tuhan, dan di mana tanpa mengalami kesakitan, tetapi ditopang oleh pengharapan akan penebusan, mereka menikmati istirahat yang damai.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 22 September 2022, Yang Sia-sia vs Yang Abadi

Untuk membebaskan jiwa-jiwa orang benar inilah, yang di pangkuan Abraham mengharapkan kedatangan Sang Penyelamat, Kristus Tuhan turun ke tempat penantian” (St. Pius V, Catechism I, 6,3). Sedangkan orang kaya terlempar ke neraka.

Menurut catatan Injil, orang kaya mati dan dikubur. Tidak ada penjelasan lanjutan.

Kisah ini menginsafkan kita bahwa apatisme, sikap masa bodoh, mengantar kita menuju neraka. Orang kaya punya harta melimpah tapi dia kehilangan kepekaan kepada saudaranya yang miskin.

Akar sikap apatis adalah egoisme. Kita hanya peduli pada diri kita sendiri.

Kita lihat dalam Injil, bagaimana orang kaya itu hanya berpikir untuk memuaskan dahaga egosimenya sendiri. Dia sudah di neraka pun tetap berpikir tentang diri dan kebutuhan sendiri.

Dia kemudian mendadak teringat pada saudara-saudaranya sendiri yang mungkin saja tengah berpesta pora seperti kebiasaannya semasa hidup.

Orang ini tanpa risih dan sadar konteks, masih menyuruh Lazarus melalui Abraham agar mengingatkan saudara-saudaranya di rumah.

Tampak sedikit empati tapi justru menandakan keegoisan yang lebih mendalam. Dia hanya ingin orang-orang dekatnya selamat. Masih terasa sisa-sisa keangkuhan duniawinya karena kekayaaan.

Melalui perumpamaan ini, kita sadar bahwa Yesus tidak sedang bicara tentang kekayaan versus kemiskinan. Tapi tentang sikap hati.

Orang kaya masuk neraka bukan karena dia kaya tetapi ia menjadikan kekayaannya sebagai tujuan hidup sehingga ia menjadi tamak, serakah dan egois.

Alkitab mencatat bahwa ketamakan adalah akar segala kejahatan. Kekayaan itu berkat Tuhan yang mesti kita salurkan kepada orang miskin dan kecil.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 18 September 2022, Kebijaksanaan Mamon

Tuhan membenci sikap apatis karena bertentangan dengan belas kasihan.

Kata “belas kasihan” dalam bahasa Latin adalah misericordia yang berarti “hati kepada orang lain yang menderita.”

Dalam Alkitab, satu hal yang menggerakkan Tuhan adalah ketika seseorang memohon belas kasihan.

Paus Benediktus XVI mengingatkan bahwa Tuhan itu belas kasihan dan Dia tidak bisa tidak berbelas kasih. Maka, apatis berarti menolak dan melawan Tuhan.

Hati manusia begitu berliku dan penuh tipu (Yer 17:9) sehingga sebagian besar dari kita ini, walaupun kita hidup di tengah dunia komunikasi yang serba cepat dan canggih, kita sedikit saja atau sama sekali tidak memperhatikan keberadaan banyak orang kelaparan di depan pintu rumah kita sendiri (Luk 16:20).

Kita telah membuat hati kita sendiri begitu mengeras sehingga, seandainya pun ada orang mati bangkit kembali untuk memperingatkan kita pun, kita tak akan bertobat (Luk 16:31).

Perikop orang kaya dan Lazarus harus hadir di ingatan kita dan harus membentuk hati nurani kita. Kristus menuntut keterbukaan kepada saudara-saudari kita yang membutuhkan pertolongan.

Keterbukaan dari para orang kaya, mereka yang berkelimpahan, yang secara ekonomi beruntung dan keterbukaan kepada yang miskin, kepada mereka yang tidak berkembang dan mereka yang tidak beruntung.

Kristus menuntut keterbukaan yang lebih dari sekadar perhatian yang lemah lembut, lebih dari pemberian tanda hadiah atau usaha-usaha setengah hati yang menjadikan kaum miskin sebagai kaum yang tertinggal/terbuang sebagaimana sebelumnya atau bahkan lebih parah lagi.

“Kita tidak dapat berdiam diri, menikmati kekayaan dan kebebasan kita, jika di suatu tempat yang lain, ada Lazarus di abad ke duapuluh ini yang berdiri di depan pintu kita.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Rabu 21 September 2022, Hidup Saling Membantu

Di dalam terang perumpamaan Kristus, kekayaan dan kebebasan maksudnya adalah tanggung jawab istimewa. Kekayaan dan kebebasan menciptakan kewajiban yang istimewa.

Dan di dalam nama solidaritas yang mengikat kita semua bersama dalam kemanusiaan yang sama, saya kembali mewartakan martabat setiap orang: baik orang kaya maupun Lazarus adalah manusia, keduanya sama-sama ditebus oleh Kristus dengan harga yang mahal, harga “darah Kristus yang berharga” (Paus Yohanes Paulus II, Homily in Yankee Stadium, 2 October, 1979).

Kita tentu saja tidak akan pernah menjadi solusi dari semua permasalahan di tengah dunia. Kita juga tidak harus menjadi manusia super kaya di dunia agar bisa memberi perhatian kepada sesama.

Kita hanya perlu melihat keluar dari diri kita sendiri, di luar gadget kita, di luar media sosial kita, di luar tempat dan orang-orang yang memberi kita kenyamanan.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 25 September 2022, Orang Kaya dan Lazarus yang Miskin

Boleh jadi anak-anak kita membutuhkan seorang teman yang bisa diajak bicara, seseorang yang dapat mendengarkan tanpa menghakimi.

Mungkin sahabat kita di samping mengalami hari yang buruk dan hanya seulas senyum kecil kita menerbitkan harapan terus berjalan.

Bunda Teresa dari Kalkuta pernah berkata, bagaimana pun “Kita tidak akan pernah tahu semua kebaikan yang dapat dilakukan dengan sebuah senyum sederhana.”

Kita mesti menjadi orang baik bagi semua orang dalam hidup kita. “Kata-kata yang baik bisa singkat dan mudah untuk diucapkan tapi gema mereka benar-benar taka ada habisnya,” kata Muder Teresa.

Teks Lengkap Bacaan Renungan Harian Katolik Minggu 25 September 2022

BACAAN - Ilustrasi Alkitab Katolik. Silakan membaca teks lengkap bacaan Renungan Harian Katolik Minggu 25 September 2022.
BACAAN - Ilustrasi Alkitab Katolik. Silakan membaca teks lengkap bacaan Renungan Harian Katolik Minggu 25 September 2022. (Tokopedia)


Bacaan Pertama: Amos 6:1a.4-7

Yang duduk berjuntai dan bernyanyi akan pergi sebagai orang buangan.

Bacaan dari Kitab Amos:

Beginilah firman Tuhan, Allah semesta alam, “Celakalah orang-orang yang merasa aman di Sion, yang merasa tenteram di gunung Samaria! Celakalah orang yang berbaring di tempat tidur dari gading, dan duduk berjuntai di ranjang;

yang memakan anak-anak lembu dari tengah kawanan binatang yang tambun; yang bernyanyi-nyanyi mendengar bunyi gambus, dan seperti Daud menciptakan bunyi-bunyian bagi dirinya!

Celakalah orang yang minum anggur dari bokor, dan berurap dengan minyak yang paling baik, tetapi tidak berduka karena hancurnya keturunan Yusuf! Sebab sekarang mereka akan pergi sebagai orang buangan di kepala barisan, dan berlalulah hiruk pikuk pesta orang-orang yang duduk berjuntai itu.”

Demikianlah Sabda Tuhan

U: Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 146:7.8-9a.9b-10

Refr. Tuhan telah membebaskan dan menyelamatkan daku.

1. Dialah yang menegakkan keadilan bagi orang yang diperas, Tuhan memberi roti kepada orang-orang yang lapar, dan membebaskan orang-orang yang terkurung.

2. Tuhan membuka mata orang buta, Tuhan menegakkan orang yang tertunduk, Tuhan mengasihi orang-orang benar. Tuhan menjaga orang-orang asing.

3. Anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. Tuhan itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-menurun.

Bacaan Kedua: Timotius 6:11-16

Taatilah perintah ini hingga pada saat Tuhan menyatakan diri.

Hai engkau, manusia Allah, jauhilah semua kejahatan, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar, dan rebutlah hidup yang kekal.

Untuk itulah engkau telah dipanggil, untuk itulah engkau telah mengikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.

Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang memberikan kesaksian yang benar di hadapan Pontius Pilatus, aku memperingatkan engkau: Taatilah perintah ini tanpa cacat dan tanpa cela hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

Saat itu akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, dan bersemayam dalam terang yang tak terhampiri.

Tak seorang pun pernah melihat Dia, dan tak seorang manusia pun dapat melihat Dia. Bagi Dialah hormat dan kuasa yang kekal. Amin.

Demikianlah Sabda Tuhan

U: Syukur Kepada Allah.

Bait Pengantar Injil: 2Kor 8:9

Refr. Alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya.

Yesus Kristus menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya oleh karena kemiskinan-Nya kamu menjadi kaya.

Bacaan Injil: Lukas 16:19-31

Engkau telah menerima segala yang baik, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.

Inilah Injil suci menurut Lukas:

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, “Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dari kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.

Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok. Ia berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu.

Malahan anjing-anjing datang dan menjilati boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur.

Sementara menderita sengsara di alam maut, ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, ‘Bapa Abraham, kasihanilah aku.

Suruhlah Lazarus mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini’. Tetapi Abraham berkata, ‘Anakku, ingatlah! Engkau telah menerima segala yang baik semasa hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk.

Sekarang ia mendapat penghiburan dan engkau sangat menderita. Selain daripada itu, di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, sehingga mereka yang mau pergi dari sini kepadamu atau pun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang!’

Kata orang itu, ‘Kalau demikian, aku minta kepadamu, Bapa, supaya Engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingatkan mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka kelak jangan masuk ke dalam tempat penderitaan ini’.

Tetapi kata Abraham, ‘Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu!’ Jawab orang itu, ‘Tidak, Bapa Abraham! Tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat’.

Kata Abraham kepadanya, ‘Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.”

Demikianlah Sabda Tuhan

U: Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik lainnya

Ikuti berita Pos-kupang.com di GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved