Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Sabtu 27 Agustus 2022, Hai Pemuda, Aku Berkata Kepadamu: Bangkitlah

Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RD. Ambros Ladjar dengan judul Hai Pemuda, Aku Berkata Kepadamu: Bangkitlah.

Editor: Agustinus Sape
FOTO PRIBADI
RENUNGAN - RD. Ambros Ladjar menyampaikan Renungan Harian Katolik untuk hari Sabtu 27 Agustus 2022 dengan judul Hai Pemuda, Aku Berkata Kepadamu: Bangkitlah. 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RD. Ambros Ladjar dengan judul Hai Pemuda, Aku Berkata Kepadamu: Bangkitlah.

RD. Ambros Ladjar menulis Renungan Harian Katolik ini dengan merujuk Putra Sirakh 26:1-4 13-16, dan bacaan Injil Lukas 7:11-17, Peringatan Santa Monika, ibu Santo Agustinus (331-387).

Di akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan teks lengkap bacaan Sabtu 27 Agustus 2022 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.

Sudah pasti ada problematika dalam karya pelayanan kita. Mengapa tidak, karena kita berhadapan dengan dilema tuntutan tugas yang diemban. Apakah orang sakit menjadi prioritas ataukah orientasi kantor.

Kita selalu dihantui oleh pikiran: apakah manusia harus diselamatkan lebih dahulu ataukah tetap sibuk menggeluti hal lainnya?

Saya kira kita akan sepakat untuk berpegang pada prinsip yang sama: Keselamatan jiwa adalah hukum tertinggi/ Salus animarum suprema lex.

Itulah juga yang menjadi perjuangan SantaMonika yang kita peringati pada hari ini.

Di benak Yesus mungkin saja terbayang belas kasihan ketika usungan jenazah itu lewat. Pemuda itu anak seorang janda yang merasa hilang harapan masa depan.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 27 Agustus 2022, Bertahan dalam Ujian dengan Tetap Setia Berdoa

Nasib yang sama menjadi keprihatinan Monika. Perilaku hidup Agustinus anaknya sangat meresahkan.

Ibarat sebuah kematian kecil yang membuyarkan harapan masa depan. Gaya hidupnya yang amat glamour mirip Patrisius ayahnya jadi beban tersendiri.

Karena sejak masa muda ia telah dijodohkan secara paksa dengan Patrisius yang masih kafir. Sering mabuk-mabukan dan emosional.

Atas kelakuannya Monika tetap tegar dan tabah hati. Ternyata setelah 30 tahun hidup rumah tangga barulah Patrisius dan ibunya bertobat.

Bertahun-tahun Santa Monika mengucurkan air mata dan setia mendoakan anaknya. Berkat ketekunan doa Monika, maka Agustinus bertobat.

Dari pengalamannya sebagai ibu rumah tangga, teladan Monika patut kita contohi.

Hidupnya tak jauh berbeda dengan para ibu kita lainnya dalam soal duka dan derita. Ada persoalan relasi pasutri. Cemas akan masa depan putra-putri, kesulitan ekonomi tiap hari, dsb.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved