Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Sabtu 20 Agustus 2022, Keselarasan Antara Kata dan Perbuatan

Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. Markus Tulu SVD dengan judul Keselarasan Antara Kata dan Perbuatan.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RENUNGAN - RP. Markus Tulu SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik untuk hari Sabtu 20 Agustus 2022, dengan judul Keselarasan Antara Kata dan Perbuatan. 

POS-KUPANG.COM - Renungan Harian Katolik berikut disiapkan oleh RP. Markus Tulu SVD dengan judul Keselarasan Antara Kata dan Perbuatan.

RP. Markus Tulu menulis Renungan Harian Katolik ini dengan merujuk Yehezkiel 43:1-71, dan bacaan Injil Matius 23:1-12, Peringatan Santo Bernardus, Abas dan Pujangga Gereja.

Di akhir Renungan Harian Katolik ini disediakan teks lengkap bacaan Sabtu 20 Agustus 2022 beserta mazmur tanggapan dan bait pengantar Injil.

 

 

Pada Hari Peringatan Santo Bernardus, Abas dan Pujangga Gereja, kita orang beriman diminta untuk bersikap merendah di dalam kita menjalani hidup.

Seperti Yehezkiel yang bersikap patuh setia dan senantiasa mengandalkan Allah dalam hidupnya akhirnya Tuhan berkenan atasnya dan membawa dia masuk ke dalam Bait Suci.

Persis ketika itulah Kemuliaan Tuhan memenuhi Bait Suci yang ada, dan yang membuat Yehezkiel tertuntun untuk sujud menyembah Tuhan.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 19 Agustus 2022, Kasih Lahir dari Hati, Jiwa dan Akal Budi

Pada peristiwa suci itu Tuhan berkata kepada Yehezkiel bahwa Ia akan tinggal di tengah kaum Israel untuk selama-lamanya.

Dengan mengatakan seperti ini sebenarnya Tuhan mau menegaskan bahwa peri hidup yang merendah dan mengandalkan Allah dalam hidupnya itulah yang berkenan dan benar.

Di sini kita diminta untuk hidup dengan tidak tinggi hati untuk memerintah dan menguasai.

Tapi hidup dengan hati yang kian merendah dan bersedia untuk melayani.

Hidup yang demikian tidak begitu serta merta terjadi. Karena mesti diusahakan dengan tekun dan setia.

Karena jika tidak, maka kita juga seperti orang-orang Farisi yang hidupnya hanya tahu mengajarkan dan memerintah, tapi tidak pernah menyentuh apalagi bersembah untuk melayani Tuhan dan sesama.

Hal yang ditekankan di sini adalah hidup dengan keteladanan. Yakni mengerjakan dari apa yang diajarkannya dan mengajarkan dari apa yang dikerjakannya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved