Berita Kota Kupang

Muhamad Akib, Tumpuan Keluarga dari Menjahit

pendidikan di bangku SD dan tidak tamat, karena ketika itu orang tuanya (ayahnya) meninggal sehingga ia memutuskan untuk berhenti sekolah.

Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/OBY LEWANMERU
M. Akib sedang menjahit di tempat usahanya, Selasa 2 Agustus 2022 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Apapun pekerjaan, apabila ditekuni, maka akan menjadi mata pencaharian  menjadi tumpuan untuk menopang ekonomi setiap orang.

Muhamad Akib, salah satu penjahit di Kota Kupang mengatakan, pekerjaan yang ditekuni itu sebagai tumpuan hidup keluarga.

"Pekerjaan yang saya tekuni ini, kalau dilihat orang adalah pekerjaan kecil, tetapi bagi saya adalah sebuah pekerjaan besar yang dapat menjadi tumpuan hidup saya dan keluarga," ujar Paman Akib saat ditemui POS-KUPANG.COM, Selasa 2 Agustus 2022.

Baca juga: Info Cuaca Kota Kupang dan Oelamasi Hari Ini Senin 1 Agustus 2022 Setiap 3 Jam

Akib, adalah salah satu penjahit pakaian di Jalan Soeharto, Kelurahan Naikoten I Kota Kupang yang sudah menggeluti usaha itu kurang lebih 30-an tahun.

Dia agak berbeda dengan tukang jahit lainnya, yakni  tidak menerima kain atau orderan untuk menjahit pakaian, tetapi ia hanya menerima pakaian yang robek atau rusak untuk dijahit, selain itu juga melakukan pengecilan pakaian dan juga pemasangan resleting.

Akib hanya mengenyam pendidikan di bangku SD dan tidak tamat, karena ketika itu orang tuanya (ayahnya) meninggal sehingga ia memutuskan untuk berhenti sekolah.

Warga Kelahiran Goa, Sulawesi Selatan ini telah berada di Kota Kupang sejak tahun 1970-an. Dan awalnya ia harus bekerja pada seorang tukang jahit yang bernama Harun.

Lewat harun ini, Akib setiap hari hanya membantu menjahit tetapi khusus untuk pakaian yang sobek saja. 

"Jujur dengan keberadaan saya ini tidak mau mengalah begitu saja tetapi berusaha agar bisa peroleh sesuatu dari keringat sendiri," ujar suami dari  Arniwati.

Akib selalu menjahit barang atau pakaian yang sobek ataupun mengecilkan pakaian.

Baca juga: JNE Kupang Bantu Biaya Pendidikan Bagi Anak Disabilitas di Kota Kupang

Akib juga paling banyak mendapat orderan dari anak sekolah. Anak sekolah yang ke tempatnya itu hanya untuk mengecilkan pakaian terutama laki-laki mengecilkan kaki celana. 

Anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Pantuk (alm) dan Hada (alm) ini mengakui, setiap hari pasti ada warga yang datang memintanya untuk mengecilkan pakaian ataupun menjahit seragam yang sobek serta memasang resleting.

Sedangkan satu kali menjahit atau satu potong pakaian, Akib mendapat Rp 15.000 - Rp 20.000 bahkan bisa Rp 25.000 atau lebih, tergantung kerusakan dan juga jenis kain.

Akib hanya memanfaatkan sebuah bangunan kecil berukuran 3 x 2 meter dengan bermodalkan satu unit mesin jahit dan mesin jahit tepi pakaian (obras).

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved