Berita Kupang
Punya Aroma Khas, Kopi Oelbiteno di Desa Oelbiteno Kabupaten Kupang Diteliti Tim ITB
Tim Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dipimpin oleh Grandprix T. M. Kadja menyampaikan hasil penelitian yang dilakukan timnya terhada
Senyawa trigonelin pada kopi ini cukup rendah dengan pemanggangan kopi yg tepat yang dapat menahan sekresi asam lambung juga di samping itu pada suhu roasting yang tepat akan menghasilkan rasa pahitnya yang diinginkan.
Kopi Oelbiteno memang berbeda dengan jenis kopi arabika varietas sigararutang di Jawa Barat yang mana asam asetatnya lebih dominan dibanding kopi dari Desa Oelbiteno.
"Kopi Oelbiteno ini bagus karena asam asetatnya rendah dan ini yang bisa bikin nilai jualnya tinggi, karena yang paling dicari untuk arabika juga yang fruity," ungkap Elvira Hermawati.
Trigonelin pada kopi dari Jawa Barat memang lebih rendah tetapi untuk mencari kualitas yang sama pada kopi dari Oelbiteno yaitu melalui pemanggangan kopi ini sehingga kualitasnya dapat sebanding.
Untuk mendapatkan trigonelin yang rendah pun dengan pemanggangan di suhu yang tinggi. Trigonelin dapat diubah menjadi senyawa yang dapat menahan asam lambung yaitu senyawa N-metil piridinium.
Yusuf Zetmin Koinmanas selaku Ketua Kelompok Tani Taleko Monit mengaku petani selama ini kurang mengenal kopi yang mereka berdayakan, termasuk bagaimana pemeliharaannya, apalagi pengelolaannya.
Ia menyebut kedatangan tim dari ITB ini telah menjawab salah satu mimpi mereka untuk mengetahui keunggulan komoditi yang mereka miliki.
"Kekurangan yang ada pada kami adalah pemahaman sehingga kami tidak mengelolanya dengan tepat padahal sangat ada potensi yang baik," ungkap dia.
Sebagai Ketua Kelompok Tani Taleko Monit ia berharap program pengabdian masyarakat dari ITB ini dapat berlanjut nanti.
Sebelumnya kopi ini mereka jual dengan sistem barter dengan beras atau padi dengan kebutuhan lain karena kopi mereka dihargai sangat murah.
"Tapi sekarang kami sadar bahwa kopi ini sangat bernilai tinggi," ungkap dia.
Ia menyebut awalnya bibit kopi ini dari Sumatra Utara yang didatangkan pemerintah setempat dan ditanam di pekarangan masyarakat untuk konsumsi semata. Namun dalam dua tahun terakhir telah dikembangkan secara swadaya untuk dapat mengangkat nilai kopi ini.
Masyarakat Desa Oelbiteno, kata dia, juga meminta pendampingan untuk mengembangkan industri rumahan dari komoditi ini sehingga mereka dapat juga memberdayakan masyarakat di desa lainnya. Di samping itu agar keunggulan kopi ini diharapkan dapat menyamai popularitas wisata Gunung Fatuleu.
Pada kesempatan sebelumnya Kepala Desa Oelbiteno Azer Naben, mengapresiasi tim ITB yang telah membuka wawasan mereka mengenai kopi yang mereka punya.
"Kopi berkualitas tinggi yang kami sebelumnya kita tidak tahu. Kami tetap mempertahankan jenis ini dan menjaga ini sebagai suatu kebanggaan yang bernilai tinggi untuk kami masyarakat," ungkap dia.