Berita NTT

Tunggakan Pendapatan Asli Daerah NTT Bertumpuk Akibat Serapan APBD Rendah

Tunggakan Pendapatan Asli Daerah NTT Bertumpuk Akibat Serapan APBD Rendah

Editor: Ferry Ndoen
Kompas.com/Totok Wijayanto
ILUSTRASI UANG 

Sedangkan untuk pendapatan diharapkan penyerapanya bisa melebihi pencapaian tahun 2021 yakni 76 persen. "Dengan kondisi pandemi yang sudah melandai ini, pendapatan bisa mencapai 80 hingga 90 persen dari pajak dan retribusi," tambah dia.

Menurutnya, kendala covid-19 masih sangat mempengaruhi sebab, masih banyak masyarakat yang belum membayar pajak serta kegiatan OPD belum berlangsung maksimal. Namun ia tetap optimis masyarakat akan sadar membayar pajak serta kegiatan pemerintahan terus berlangsung maka target penyerapan APBD segera terpenuhi.

"Biasanya pendapatan dan belanja naik di bulan Juli-Agustus karena untuk pendidikan bagi masyarakat sudah selesai," tandasnya.

Terhadap presentasi penyerapan, Zakarias menyebut jika dirupiahkan dari penyerapan pendapatan 42,15 persen kurang lebih Rp 600 miliar, sedangkan belanja modal kurang lebih Rp 400 miliar dari presentasi 36,12 persen.

"Total anggaran APBD 2022 kurang lebih 5,4 Triliun, sehingga kita terus memacu penyerapannya," sebutnya.

Zakarias menambahkan, terkait pinjaman daerah sudah dilakukan pencairan tahap kedua yakni sekitar Rp 700 miliar dari total pinjaman 1,3 Triliun. Sisa pencairan, baru bisa dicairkan pada bulan November mendatang.

"Realisasi penyerapan pinjaman itu sudah mencapai 78 persen dari dicairkan Rp 700 miliar yang sudah didapat dan ini terus bergerak sehingga diharapkan pada November mendatang realisasinya sudah mencapai 100 persen sehingga bisa memproses pencairan terakhir," katanya.

Baca juga: Penyerapan APBD NTT Semester Pertama Tak Capai Target, Simak Penjelasan Zakarias Moruk Pemicunya

Terkait pengembalian pinjaman tersebut, ia mengaku pada tahun 2022 dan 2023 pengembalian pinjaman hanya bunga pinjaman saja sedangkan tahun 2024 baru mengembalikan pokok dan bunga pinjaman.

"Mulai 2024 nanti kita mulai membayar pokok dan bunga pinjaman sebesar 6,19 persen atau sekitar Rp 230 miliar pertahun," pintanya.

Untuk diketahui, dana pinjaman dari PT SMI itu diperuntukan untuk pembiayaan paket pekerjaan 76 ruas jalan, pembangunan 22 embung dan 17 SPAM air bersih di seluruh NTT. (Fan)

Berita Pos Kupang lainnya:

Teller sebuah bank di Jakarta Selatan menghitung uang rupiah di atas dolar Amerika Serikat.
Ilustrasi: Teller sebuah bank di Jakarta Selatan menghitung uang rupiah di atas dolar Amerika Serikat. (TRIBUNNEWS/HERUDIN)
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved