Berita Kupang Hari Ini
Butuh Sinergitas Banyak Pihak Untuk Capai Target Transformasi Perpustakaan Inklusi Sosial di NTT
perpustakaan bukan hanya tempat membaca buku tetapi bagaimana menjual melalui media sosial oleh masyarakat.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM,Asti Dhema
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Untuk mencapai target program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial di NTT,dibutuhkan sinergitas dari banyak pihak.
Disampaikan Pustakawan Utama Perpustakaan Nasional RI, Drs. Dedi Junaedi, M.Si, bahwa program transformasi berbasis inklusi sosial yang digulirkan sejak 2012 melalui Perpus Seru, kemudian 2018 oleh Perpustakaan Nasional berdampak sangat efektif bagi masyarakat.
Dibuktikan dari bimtek (bimbinga teknis), Peer Learning Meeting (PLM) dan Stakeholder Meeting (SHM) yang dampaknya terasa sekali pada masyarakat, oleh karen itu dibutuhkan testimoni-testimoni.
Baca juga: Stasiun Baca Nusantara Dirikan Perpustakaan Digital Untuk Siswa SD Lembata
"Program ini sederhana, tetapi berdampak sehingga didukung oleh Bappenas, bidang keuangan dan DPR,"ungkap Dedi kepada POS.KUPANG.COM pada Kamis, 14 Juli 2022.
Lanjutnya,jika program ini dimulai dari bimtek yang sesuai dengan konsep digital sekarang,teknik strategi perpustakaan,Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) maka dalam kondisi sekarang, perpustakaan bukan hanya tempat membaca buku tetapi bagaimana menjual melalui media sosial oleh masyarakat.
Jika demikian,dibuktikan dengan memberikan bimtek, PLM, SHM dan evaluasi apa yang sudah dibuat,ternyata para peserta dalam tiga bulan sudah aktif berjalan yang tentunya sesuai dengan kemampuan dan kearifan lokal masing-masing daerah.
Meskipun produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus namun packaging (kemasan) masih menjadi problem bagi produk-produk ini.Mengenai kemasannya, tentu melalui SHM yang dilaksanakan di Sotis Hotel Kupang ini, mendapat dukungan dari Bappeda, Bank Indonesia, Bank NTT, UMKM, Industri untuk Packaging dan juga pemasaran perdagangan termasuk juga PKK, Kominfo sebagai leader IT di daerah juga dihadirkan.
Baca juga: Peserta Antusias Ikut Kelas Jurnalistik di Kelas Cinema Literasi Lembata Perpustakaan Daerah
Tandas Dedi,dari semuanya itu, walaupun program ini mungkin dianggap berat,tetapi dikerjakan bersama-sama,saling mendukung bukan saling menyalahkan,saling kolaborasi untuk mencerdaskan anak bangsa.
"Sekarang hanya 2 persen yang buta aksara,sekarang bukan hanya baca aksara tetapi butanya sekarang adalah keterbatasan literasi,"ujarnya.
Sehingga kegiatan ini membutuhkan dukungan dan kerja sama terutama media sangat berperan penting dalam mengedukasi hal-hal positif bagi masyarakat.
"Anak-anak kita lulus S1 ternyata mereka hanya mau mencari kerja. Diharapkan mereka bisa menciptakan lapangan kerja dan kita ingin anak-anak tersebut bukan hanya lari kerja di kota tetapi juga menciptakan lapangan kerja di desa.Ini harus kita bangun,"ungkap Dedi.
Dirinya melihat perkembangan ini, tentu yang menjadi fokus utama program adalah Indonesia Timur,yaitu NTT, Sulawesi dan Papua jika dilihat dari potensi anak negeri di daerah khususnya di pedesaan yang memiliki semangat.
"Di Lembata dan Nagekeo,mereka itu mau belajar sampai testimoni,saya orang desa pun siap mampu untuk belajar.Jadi,saya bilang,di desa jangan merasa kalah,"katanya.
Baca juga: Dorong Budaya Literasi, Anita Gah Tantang Kades Bangun Perpustakaan Desa
Sehingga Perpustakaan berperan untuk memberikan fasilitas untuk belajar bahasa Inggris,bengkel handphone dan mereka merasa terbangun.Dengan semangat itu, perpustakaan sebagai provokator positif untuk belajar,jangan sampai tertinggal.