Ibadah Haji 2022
Jemaah Haji Mulai Bergerak ke Mekkah, 13 Orang Sakit, 2 Meniggal Dunia
Ada dua jemaah haji yang meninggal dunia di tanah suci. Keduanya berasal dari embarkasi yang berbeda yakni dari Jakarta dan Padang.
“Di KKHI mulai dari pelayanan IGD atau kegawatdaruratan, pelayanan rawat inap, spesialistik, termasuk pelayanan kesehatan penunjang seperti laboratorium, radiologi, gizi” jelas dr. Imran.
Layanan spesialis meliputi spesialis penyakit dalam, spesialis penyakit paru, spesialis jantung dan pembuluh darah, spesialis syaraf, spesialis bedah orthopedi, spesialis bedah umum, spesialis kesehatan jiwa, spesialis anestesi, spesialis rehab medik, spesialis emergensi medis, spesialis penerbangan dan spesialis mikrobiologi klinik.
Pelayanan kesehatan di lapangan lanjut dr. Imran meliputi tim sanitasi dan food security yang akan memberikan pelayanan Sanitasi di KKHI, pondokan, dan katering. Kemudian ada tim promosi kesehatan yang akan memberikan edukasi promosi kesehatan kepada jemaah haji.
Selanjutnya ada juga emergensi medical Tim (EMT) Yang akan fokus pada Deteksi dini kegawatdaruratan, dan yang kedua setelah menemukan kasus kegawatdaruratan, tindakan emergensi respon, serta rujuk ke KKHI, lanjut dr. Imran.
Baca juga: 269 Jemaah Haji Batal Berangkat, Masa Tunggu Capai 22 Tahun
Secara total terdapat 296 titik layanan kesehatan yang disiapkan Kementerian Kesehatan selama pelaksanaan haji di Arab Saudi sebagai tempat layanan kesehatan yang bisa dimanfaatkan oleh jemaah haji Indonesia. Sebanyak 173 jenis obat-obatan dan 45 perbekalan kesehatan juga telah disiapkan.
Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman, menyebutkan jika menurut data global saat ini vaksin Covid-19 secara penuh adalah tiga dosis. Sehingga dapat mengurangi sekali potensi beban di fasilitas kesehatan. Sekaligus mengurangi potensi Long Covid-19 dan potensi fatalitas atau perburukan situasi.
"Oleh karena itu kalau saya boleh menyarankan, sebetulnya ibadah haji diberikan dosis ketiga, sebelum pergi. Terutama kalau sudah di atas tiga bulan sejak dua dosis. Kemungkinan rata-rata sudah di atas tiga bulan," ujar Dicky.
Menurutnya pemerintah berkewajiban memastikan hal ini. Kemudian, selain itu harus mengingatkan bahwa masker wajib. Meski dari pemerintah tidak mewajibkan, semestinya mewajibkan diri sendiri.
"Para pengurus jamaah haji kita untuk selalu menggunakan masker. Karena bukan masalah Covid-19 saja. Tapi ada potensi MERS, Meningitis dan ada potensi infeksi saluran nafas dan sebagainya," papar Dicky.
Apa lagi selama ibadah haji ada interaksi yang tinggi. Walau jumlah sudah dikurangi menjadi setengah, tapi kalau terkonsentrasi pada satu tempat, tetap akan berisiko tinggi. Karenanya menurut Dicky, situasi di Arab Saudi nanti bukan masalah kapasitas tapi densitas. Sehingga perlu mematuhi apa yang disampaikan petugas atau pengurus jamaah haji.
"Waktu-waktu untuk lempar jumroh, tawaf, dipilih waktu yang tidak terlalu padat. Walau memang selalu padat," tutupnya. (tribun network/ais/riz/wly)