Unwira Kupang
Kuliah Umum di Unwira, Ketua Mahkamah Konstitusi: Karier Saya Mulai dari NTT
Saya pernah beri kuliah umum di Undana dan lewat kampus ini. Kemudian saya katakan, suatu saat harus ke kampus Unwira ini dan sudah terwujud
Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Ketua Mahkamah Konstitusi,(MK) RI, Prof. Dr. Anwar Usman, S.H,M.H mengatakan, kariernya dimulai dari Atambua, Provinsi NTT dikala menjadi hakim di Pengadilan Negeri Atambua.
Anwar menyampaikan hal itu, saat memberikan kuliah umum di Aula Rektorat Kampus Unwira, Kamis 2 Juni 2022.
Ketua MK RI hadir di Unwira bersama istri dan rombongan. Hadir pula Sekjen MK RI, Prof.Dr.M.Guntur Hamzah, Hakim Konstitusi RI, Dr. Daniel Yusmic Pancastaki Foekh dan lainnya.
Saat memberikan materi kuliah umum dengan tema Mahkamah Konstitusi sebagai Pengawal Pancasila dan Konstitusi, Anwar Usman mengakui, dirinya mulai meniti karier dan pernah bertugas di Atambua, Kabupaten Belu.
"Saya pernah tugas di Belu sekitar enam tahun. Saat itu saya tinggal di Pengadilan," kata Anwar.
Baca juga: Pengamat Pendidikan dari Universitas Nusa Cendana: Tolong Hargai
Dijelaskan, sebagai seorang hakim, dirinya tidak gengsi untuk bekerja setelah pulang kantor.
"Saya pernah gali sumur di sana. Saya setelah pulang buka toga, ambil jeriken bawa sepeda motor pergi ambil air," katanya.
Saat menceritakan kisah menjadi hakim di Atambua, suasana di aula hening sejenak karena semua serius mendengar.
Dikatakan, NTT memiliki nilai historis dan sejarah bagi dirinya, sehingga perlu diambil hikmahnya.
"Jadi NTT ini miliki nilai historis dan sejarah, karena itu perlu kita semua ambil hikmahnya. Banyak orang yang tugas di NTT, kemudian karier mereka naik. Saya sendiri keluar pengadilan,buka toga dan pergi ambil air," katanya.
Baca juga: Ini Tempat Pelepas Lelah Para Wartawan di NTT
Dia mengakui, sangat beruntung karena bisa bertemu dengan adik-adik mahasiswa di Unwira.
"Saya pernah beri kuliah umum di Undana dan lewat kampus ini. Kemudian saya katakan, suatu saat harus ke kampus Unwira ini dan sudah terwujud," katanya.
Sementara dalam menyampaikan materi, Anwar, mengatakan, seorang tokoh, rajin dan beragama, tetapi korupsi, maka tokoh itu bukan tokoh yang pancasilais.
"Seorang beragama yang sejati, adalah seorang yang Pancasilais, apapun agamanya," kata Anwar.
Dikatakan, diskusi Pancasila dan konstitusi harus terus dilakukan.