Berita Ende Hari Ini
Simposium Pembumian dan Penggeloraan Pancasila di Ende
pembaharuan dirinya sendiri. Bahwa seorang muslim kalau ngomong soal pembaharuan, harus memulai dari dirinya sendiri
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti
POS KUPANG.COM, ENDE - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bekerjasama dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menggelar Om simposium Pembumian dan Penggeloraan Pancasila di Aula Universitas Flores (Uniflor), di Ende Senin 30 Mei 2022.
Simposium ini dilaksanakan dalam rangka memperingati hari lahir Pancasila, 1 Juni Tahun 2022 ini. Simposium dibagi dalam dua sesi yang mana, sesi pertama oleh Pater Philipus Tule, SVD, Rikard Bangun dan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu.
Sementara sesi kedua, secara spesifik mengulas, "Sisi Filosofis: Ende sebagai Rahim Intelektual Pancasila Sukarno oleh P. Leo Kleden SVD, dari Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero) dan Aloysius B. Kellen Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Simbiosis Ende.
Baca juga: Goris Mimpi Bertemu Jokowi
Selanjutnya, 'Sisi Historis: Genealogi Pemikiran Pancasila Sukarno' oleh Dr. Anhar Gonggong, M.A., Sejarawan dan Syaiful Arif Direktur Pusat Studi Pemikiran Pancasila (PSPP).
Lalu 'Sisi Dialektika: Merayakan Pemikiran Genial Bung Karno, "Menyelami Ethico-Religious Ketuhanan yang Berkebudayaan" oleh Dr. Muhammad Sabri, M.A. Direktur Pengkajian Kebijakan PIP
serta refleksi oleh Aris Heru Utomo, S.H., MBA., M.Si. Direktur Pengkajian Materi PIP.
Pater Philipus Tule, mengatakan, hal yang perlu diketahui oleh masyarakat NTT dan Ende khususnya Ende, bahwa Bung Karno, pernah tinggal di Ende, diasingkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda selama empat tahun sembilan bulan empat hari (1934 - 1938).
Dia menyebut, masa pengasingan Bung Karno di Ende jauh lebih lama jika dibandingkan pengasingan di tempat lain, seperti Bengkulu dan Suka Miskin.
Baca juga: Matahari Departemen Store Lippo Plaza Kupang Sediakan Layanan Shop dan Talk
Selama berada di Ende, kata Pater Philipus, Bung Karno bergaul akrab dengan masyarakat Ende, berdiskusi dengan para pastor, bruder SVD, tokoh masyarakat, adat muslim.
Soekarno juga rajin membaca dan menulis, melatih dan memainkan drama - drama Tonil bertema perjuangan.
"Soekarno menghasilkan karya besar sebagai seorang filsuf, pemikir, seniman. Dia menulis 12 surat islam dari Ende, dia menulis 12 tonil. Dia juga melukis beberapa lukisan yang indah," kata Pater Philipus.
Pater Philipus merincikan, 12 Tonil yang ditulis Bung Karno, antara lain, Rahasia Kelimutu, Rendo Rate Rua, Nggera Ende, Amuk, Dokter Syaitan, Kut-Kutbi, Aero Dinamit, Djula Gubi, Maha Iblis, Anak Haram Jadah, Sang Hai Roemba, dan 1945.
"Semua itu dia kerjakan selama empat tahun sembilan bulan empat hari selama di Ende, itu kemudian dikritalisasikan dan dipidatokan pada 1 Juni 1945 di depan BPUPKI dan PPKI. Jadilah Pancasila seperti kita miliki senayan," ujar Pater Philipus.
Baca juga: Selama Bulan Mei NTT Alami 300 Gempa Bumi
Terkait surat - surat Islam, kata Pater Philipus, intinya adalah soal pembaharuan islam.
"Pertama dia memulainya dengan pembaharuan dirinya sendiri. Bahwa seorang muslim kalau ngomong soal pembaharuan, harus memulai dari dirinya sendiri," ujar Pater Philipus.
Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Rikard Bagun menegaskan Pancasila perlu digelorakan karena Pancasila adalah pemersatu.
Menurutnya, bangsa Indonesia sedang menghadapi beragam tantangan. Misalnya arus perkembangan dunia yang begitu cepat.
Dia katakan, soal perubahan bukan lagi dalam hitungan tahun, bulan, pekan, atau hari tetapi real time . Bahkan dia menyebut real time atau tomorrow is today.
Banyaknya tantangan dan persoalan yang begitu kompleks, maka Pancasila menjadi keharusan sebagai pegangan. "Karena dunia terus bergejolak baik dari sisi ekonomi, sosial, agama," kata Rikard.
Baca juga: Peringati Hari Lahir Pancasila, Mahasiswa Politeknik Kupang Sambangi Anak Panti Sonaf Maneka
Dia juga menyinggung soal radikalisme, ideologi yang memunculkan ekstremisme dan perpecahan.
Selanjutnya radikalisme pasar. Menurutnya radikalisme ini mengakibatkan pengekploitasian alam dan manusia.
"Ada istilah jika diucapkan terus menerus selama 100 tahun adalah mantra tapi jika sudah 1.000 tahun adalah doa. Maka Pancasila harus terus didoakan," kata Rikard.
Namun tidak boleh sebatas ucapan, Pancasila juga harus ditunjukkan dengan keteladanan. Karena, keteladanan itu mengharukan. "Mawar tidak pernah mencitrakan keharumannya," ungkapnya.
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat mengajak seluruh warga dan aparatur pemerintah untuk memahami nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam butir-butir Pancasila.
Gubernur NTT mengatakan, nilai luhur Pancasila harus menjadi pedoman dan ciri masyarakat NTT dan Indonesia di tengah kemajemukan.
"Saya mengajak seluruh masyarakat dan aparatur untuk belajar memahami nilai luhur Pancasila di tengah keberagaman dan hegemoni yang ada," ajak Gubernur NTT Viktor Bungtiku Laiskodat
Dia mengatakan, nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila harus dikumandangkan dan digelorakan di seluru pelosok nusantara.
Gubernur NTT berharap agar generasi penerus bangsa yang hadir dalam simposium ini, memahami dan mengamalkan dalam kehidupan.
Maria Albertina Tima, siswi kelas 11 SMAN 2 Ende. Dalam pidatonya, Maria menegaskan perpecahan yang jika dibiarkan maka akan membuat bangsa ini hancur.
Sebagai generasi muda, kata Maria harus punya semangat dan wajib memahami Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. "Ini adalah fondasi. Kalau salah satu saja hilang maka Bangsa ini akan hancur," katanya.
Ketua HMI Cabang Kupang Ibnu Tokan, mengatakan Ende adalah tempat inspirasi Bung Karno dalam menggali Pancasila.
Namun, menurutnya, ini tidak boleh dipandang sebatas kenangan harus terus dihidupkan melalui pendidikan.