Berita TTS Hari Ini
Dinas Peternakan Kabupaten TTS Fokus Tangani Penyakit Endemis SE pada Ternak Sapi
Untuk sementara di TTS pihak pemerintah melalui dinas peternakan fokus menanganani penyakit endemis SE (Septicemia Epizootica) atau penyakit ngorok
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Adrianus Dini
POS-KUPANG.COM, SOE - Untuk sementara di TTS pihak pemerintah melalui dinas peternakan fokus menanganani penyakit endemis SE (Septicemia Epizootica) atau penyakit ngorok pada ternak sapi. Penyakit endemis ini setiap tahun selalu diperhatikan pemerintah melalui dinas terkait.
Hal tersebut kepada pos kupang disampaikan kepala dinas peternakan kabupaten Timor Tengah Selatan, drh. Dianar A. S Ati di ruang kerjanya, Selasa 31 Mei 2022.
"SE ini bisa dibilang penyakit tahunan. Setiap tahun, terkhusus pada saat pergatian musim penyakit ini selalu mengganggu kesehatan ternak sapi. Oleh karena itu, vaksinasi untuk penyakit ini selalu dilakukan setiap tahun," jelas Ati.
"Vaksin untuk penyakit ini disiapkan oleh pemerintah. Namun, jumlahnya masih sangat sedikit dibandingkan populasi ternak sapi yang ada di kabupaten Timor Tengah Selatan," ungkapnya.
"Misalnya tahun ini kita hanya memiliki 65.000 dosis vaksin. Populasi ternak sapi di kabupaten TTS sekarang berjumlah 215.504 ekor sapi. Tentu jumlah vaksin tadi tidak cukup untuk keseluruhan ternak sapi," terang Ati.
Baca juga: Momen Tali Sepatu Presiden Jokowi Terlepas Saat Peringatan Hari Lahir Pancasila di Ende
"Kita berharap dari tahun ke tahun ada peningkatan jumlah vaksin, sambil kita berupaya untuk membangun kesadaran masyarakat untuk mengumpulkan sapi agar bisa divaksin. Jangan sampai vaksin sudah ada, tetapi sapi belum dikumpul dalam arti masih dilepas di padang. Untuk hal ini, perlu ada kerja sama antara pihak masyarakat dan pemerintah," pungkasnya.
Dirinya juga menjelaskan, di lapangan ada petugas yang memfasilitasi pemberian vaksin bagi ternak milik masyarakat.
"Terkait jadwal pemberian vaksin ini biasanya teman-teman yang di lapangan membuat jadwal perdesa dan bahkan perdusun," tutur Ati.
"Di setiap kecamatan ada petugas yang bertugas untuk menangani tugas ini. Di setiap kecamatan ada satu sampai dua orang petugas. Mereka ini disebut resor. Selain resor ada pula TLL (Tenaga Lapangan Lepas) dan Tenaga Harian Lepas," terangnya.
"Kita juga memiliki P3M ( Pembantu Petugas Peternakan Mandiri) yaitu masyarakat yang dilatih untuk memberikan pengobatan dan vaksinasi. Mereka turut membantu petugas peternakan. Hampir di setiap desa ada P3M," tambahnya.
Menurut Ati, kurangnya ketersediaan vaksin menjadi tantangan tersendiri karena jika hanya berharap dari anggaran pemda sudah pasti terbatas karena ada banyak sektor yang perlu diperhatikan.
Baca juga: Dari Ende untuk Indonesia, Presiden Jokowi Ajak Anak Bangsa Bumikan Pancasila
"Untuk hal tersebut kami bangun komunikasi dengan pihak desa agar dari dana desa bisa dianggarkan vaksin bagi ternak. Hal ini sudah berjalan dan turut membantu. Misalkan di desa sudah dianggarkan 2 sampai 5 juta untuk membeli antibiotik dan vitamin, tentu hal tersebut sangat baik," jelasnya.
"Kita berharap ke depan semua desa turut memperhatikan hal ini. Sudah pasti ini akan sangat membantu. Karena jika hanya berharap dari APBD 2 itu sangat terbatas," ujarnya.
"Kira-kira strategi yang kita lakukan seperti itu. Pihak desa juga cukup responsif. Sebagai contoh, mereka misalkan dalam pengadaan ternak selalu berkonsultasi dengan dinas ini," ungkapnya. (Cr12)