Berita Lembata Hari Ini
Ratusan Guru di Lembata Ikut Workshop Merdeka Belajar
Sesungguhnya para guru yang belum berpengalaman tampil dalam fórum yang besar merasa kikuk untuk tampil
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Edi Hayong
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA- "Apabila guru dihadapkan pada pilihan seperti yang ditawarkan oleh Kemendikbud, maka hal itu kelihatan sangat menarik. Artinya sekolah diberi kesempatan untuk memilih. Tetapi yang tidak disadari para pengambil keputusan, justru opsi itu membuat guru bingung di lapangan”, demikian Robert Bala dalam pengantar workshop yang dihadiri 226 guru di Aula Ankara Lewoleba – Lembata, Kamis, 12 Mei 2022.
Kegiatan yang dilaksanakan sehari penuh sejak Pukul 08.00 Wita – Pukul 16.00 Wita dan dibuka oleh Kadis Pendidikan Lembata, Anselmus Ola Bahy merupakan sebuah tawaran.
Baca juga: Dubes Rusia Dikepung Lalu Disirami Cat, Moskwa Ajukan Tuntutan ke Warsawa
Artinya bagi sekolah yang masih memilih K-13 atau Kurikulum Darurat pun diarahkan untuk menangkap benang merah dari Kurikulum Merdeka dan selanjutnya mengembangkan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai inti yang bisa menyatukan.
“Bila sekolah bisa menerapkan PBL (Problem Based Learning), maka itu berarti sekolah juga telah melewati proses menemukan materi esensial yang tentunya lebih sempat daripada kurikulum lengkap K-13. Selain itu hal itu hanya bisa berjalan kalau adanya fleksibilitas yang memungkinkan aneka penyesuaian hanya demi meyakinkan bahwa pembelajaran itu telah berjalan secara efektif dan efisien”, demikian Robert yang sekaligus menjadi penulis buku Creative Teaching Mengajar Mengikuti Kemauan Otak dan buku Menjadi Guru Hebat Zaman Now (Penerbit Grasindo).
Kolaborasi
Workshop yang diselenggarakan oleh SMA SKO SMARD dan MGMP IPS SMP se Kabupaten Lembata dilaksanakan dalam semangat kolaborasi. Pemateri utama adalah Robert Bala dan Ibu Maria Fatima Kewa Namang. Keduanya telah bersama-sama mendampingi para guru di SMA SKO SMARD setelah setahun terakhir agar bisa berani menerapkan PBL.
Pada awalnya sangat terasa berat oleh para guru. Namun konselor di sekolahan Buddhis, Atisa Dipamkara, Maria FK Namang meyakinkan para guru untuk terus mencoba karena manfaatnya akan sangat besar dan akan dirasakan oleh para siswa. Para siswa menurut Maria tidak akan dibebankan dengan terlalu banyak proyek. Mereka akan fokus pada satu proyek yang disokong oleh berbagai mata pelajaran. Inilah yang menjadi hal menarik.
Baca juga: Polda NTT Yakin Menang Pra Peradilan Lawan Ira Ua
Setelah praktik selama setahun maka pada Workshop yang diawali dengan sambutan pembuka dari yang mewakili Yayasan Koker Niko Beeker, Paulus Doni Ruing, para guru di SMARD dianggap mumpuni untuk bisa berbagi dengan para guru lainnya tentang pengalaman PBL. Karena itu, pada kesempatan itu, ada 4 guru yang juga menjadi co-narasumber yaitu: Rosalia Lepang Wator, Paulus Igo, Elisabet Kerong, dan Marlin Baok.
Sesungguhnya para guru yang belum berpengalaman tampil dalam fórum yang besar merasa kikuk untuk tampil. Namun Robert Bala yang sekaligus Ketua Yayasan Koker Niko Beeker, penyelenggara SMA SKO SAN BERMARDINO meyakinkan dan melatih para guru agar tampil meyakinkan. Karena itu setelah tiba di Lewoleba pada tanggal 23 April, Robert dan Maria langsung melatih para guru.
Baca juga: Seekor Buaya Muncul di Kelurahan Tode Kiser Kota Kupang
Dari empat pembicara, Marlin Baok, M.Pd yang sekaligus Kepsek SMARD, mengawali presentasinya dengan mengatakan bahwa kunci PBL ada pada kepsek. Hal itu mendorong Kepsek untuk perlu tahu tentang PBL. Dalam banyak hal, kepsek tidak terlibat sehingga kerap penerapan PBL terkendala di lapangan. Dengan memahami PBL maka kepsek akan mudah meyakinkan para guru untuk terus mencoba seperti yang dilakukannya dengan para guru di SMARD.
Rosalia Lepang Wator, yang juga wakasek SMARD mengisahkan tentang kekhasan proyek yang perlu memenuhi aspek: Specific, Measurable, Achievable, Realistic, dan Dynamic. Sebuah proyek harus sangat khusus dan terencana dengan baik. Selain itu perlu diukur ketercapaiannya serta realistis dan dinamis.
Baca juga: Dituding Hotman Paris Titip Anak ke Tetangga, Mantan Suami Iqlima Kim, Andre Yakub Naik Pitam
Paul Igo dan Elisabet Kerong pada sisinya mengisahkan tentang proyek yang menjadi kombinasi tiga mata pelajaran yaitu: ekonomi, kewirausahaan, dan matematika. Mereka mengisahkan upaya menyatukan Kompetensi Dasar dari berbagai mata pelajaran yang akhirnya berujung pada penetapan proyek membuat masakan dari ikan paus. Melalui proyek itu, mereka bisa memantau partisipasi siswa baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Tidak lupa Igo dan Kerong berbagi tentang model penilaian yang diambil selama proses tersebut.
Kegiatan Berlanjut
Dalam rangkaian workshop yang terdiri dari 4 bagian: Presentasi tentang Pembelajaran Kreatif (1), PBL sebagai roh Kurikulum Merdeka (2). Selanjutnya para guru dibagi menurut levelnya: Kelas Kecil SD, Kelas Besar SD, SMP dan SMA untuk membedah dan menemukan materi esensial serta memilih Proyek.