Berita Kupang Hari Ini

Pengrajin Gerabah di Kabupaten Kupang Banjir Orderan

panjat lontar untuk iris tuak dan saya buat ini, saya punya anak laki-laki besar yang ikut saya belajar buat gerabah

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG/RYAN TAPEHEN
Mama Yuliana Giri saat mengayak lumpur sehingga kerikil dipisahkan dengan lumour untuk membuat gerabah. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Tapehen

POS-KUPANG.COM, OELAMASI - salah satu pengrajin gerabah di Kabupaten Kupang saat ini sedang kebanjiran orderan dari pelanggannya.

Dia adalah Yulian Giri salah satu pengrajin gerabah yang membuka usahanyaa di wilayah Oesu'u Kelurahan Tuatuka, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang.

"Sekarang saya lagi kerja pesanan salah satu warung di kupang untuk buat mangkok gerabah sebanyak 50 buah," ujarnya Jumat 6 Mei 2022 Sore.

Kepada POS-KUPANG.COM mama Yuliana mengaku setiap mangkok yang dipesan dihargai 20 ribu rupiah dengan waktu pemesanan hingga selesai satu bulan.

Baca juga: Penganiayaan Terhadap Wartawan, Waket DPRD NTT, Inche Sayuna Dukung Polisi Tangkap Aktor Intelektual

Untuk mempercepat penyelesaian dirinya tidak bekerja sendiri, ada suami dan anak lelakinya yang setiap hari membantu membuat gerabah tersebut dengan tugas masing-masing.

Anak laki-lakinya yang kini juga mengikuti jejaknya sebagai pengrajin gerabah bertugas mencari bahan baku yakni tanah liat dan pasir.

"Tanah liat untuk buat tembikar atau gerabah ini tidak sembarang, karena lokasinya cukup jauh jadi anak laki-laki yang tugas cari lumpur dan pasir," ujar Yuliana.

Sementara suaminya yang keseharian menyadap air lontar untuk dijual kembali menjadi minuman tradisional yang biasa disebut laru bertugas menjemur dan menghaluskan permukaan gerabah agar licin saat dibakar nanti.

Baca juga: Kasus Pencurian di Nangameting Sikka Terus Terjadi, Viktoria Sebut Warga Sudah Muak dan Bosan 

Mama Yuliana sendiri mengambil tugas paling besar, awal mula tanah liat yang sudah ada harus dia rendam selama 2 hingga 3 malam dalam air setelah itu dengan ayakan yang dia buat sendiri menyaring lumpur tersebut sehingga batu atau kerikil halus terbuang.

Setelah itu dicampur dengan pasir yang sudah diayak lalu didiamkan kembali selama dua malam agar lumpur yang sudah halus mengendap dan mengeras sehingga mudah dibentuk susuai keinginan dan tidak retak saat dijemur nanti.

"Harus campur dengan pasir supaya jangan pecah saat jemur dan waktu kita bakar dia melekat sempurna, jadi bukan tanah liat saja tapi ada campuran pasir," tegas mama Yuliana.

Setelah lumpur mengeras maka dia mulai membetuk  sesuai pesanan pelanggan yakni mangkok makan dari gerabah, setelah menjadi bentuk dan ukuran yang diinginkan lansung dijemur dibawah terik matahari.

Baca juga: Pengamat Hukum Unwira, Mikael Feka Minta Para Pelaku Kejahatan Terhadap Wartawan Harus Diberantas

Gerabah yang setengah jadi itu akan dihaluskan oleh sang suami menggunakan sendok atau bilahan bambu dengan cara menggosok-gosok permukaan hingga licin.

Kemudian setelah semua jumlahnya sesuai pesanan lansung masukkan ke dalam tungku yang biasa dipakai untuk pembakaran gerabah dan membakar gerabah dengan suhu diatas 1000 derajat hingga gerabah tampak merah seperti bara api.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved