Opini
Hardiknas 2022, Bergerak Untuk Merdeka Belajar
Semua elemen bangsa terus bergerak untuk memulihkan semua aspek kehidupan dari ketakberdayaan
Hardiknas 2022, Bergerak Untuk Merdeka Belajar
Oleh: RD. Stephanus Turibius Rahmat*)
HARI Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei 2022 dirayakan bersamaan dengan hari raya IdulFitri 1443 H dan di tengah kondisi pandemi yang semakin terkendali. Perayaan ini membawa optimisme baru bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk segera memulihkan kondisi bangsa akibat Covid-19.
Semua elemen bangsa terus bergerak untuk memulihkan semua aspek kehidupan dari ketakberdayaan akibat terpaan pandemi. Pandemi yang berlangsung dua tahun telah melumpuhkan sejumlah sektor kehidupan manusia.
Pandemi Covid-19 telah membuat dunia dan bangsa Indonesia mengalami culture shock akibat perubahan secara mendadak dalam cara kerja manusia, termasuk sistem pembelajaran.
Proses pembelajaran pada setiap jenjang beralih menjadi sistem daring (online atau e-learning) dengan bantuan teknologi dan jaringan internet, dengan segala macam kendala serta tantangannya. Lembaga pendidikan harus mengubah model pembelajaran (pendekatan, strategi, metode, teknikatautaktik) dengan pembelajaran online dengan anekaragam platformnya.
Pendidikan menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pandemi karena melibatkan anak-anak sebagai peserta didik yang masuk kelompok rentan paparan virus korona.
Litbang Kompas menyebutkan bahwa tercatat 68,8 juta peserta didik yang terdampak Covid-19, mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga perguruan tinggi; 4,2 juta guru dan dosen; serta 646.000 satuan pendidikan (https://www.kompas.id/).
Sektor pendidikan terkena dampak pandemi ini sampai berakibat pada pembelajaran yang hilang (learning loss). Praktik pembelajaran yang dilaksanakan selama pandemi covid-19 ternyata telah mengkondisikan peserta didik kehilangan pengetahuan dan kemampuan baik secara spesifik atau umum. Peserta didik mengalami kemunduran secara akademis yang berkaitan dengan kesenjangan yang berkepanjangan atau proses pendidikan yang berlangsung secara tidak baik.
Peringatan Hardiknas diharapkan menjadi momentum untuk segera bangkit dari keterpurukan akibat pandemi. Tema perayaan Hardiknas tahun ini “Pimpin Pemulihan, Bergerak untuk Merdeka Belajar” menggelorakan semangat untuk bangkit dan pulih kembali setelah dua tahun berjuang menghadapi Covid-19. Hardiknas 2022 menjadi inspirasi untuk memimpin upaya pemulihan bangsa akibat Covid-19 serta menumbuhkan optimisme bersama untuk bangkit dan bergerak membangun sektor pendidikan yang lebih berkualitas. Kondisipandemi yang semakin terkendali menjadi peluang bagi semua komponen bangsa untuk memulihkan keadaan bangsa serta berjuang mengembalikan pembelajaran yang hilang serta meningkatkan kembali mutu pendidikan pada setiap jenjangnya.
Pemerintah telah melakukan berbaga iupaya mitigasi untuk meminimalisasi dampak Covid-19 supaya aktivitas masyarakat kembali normal dan proses pembelajaran dapat berlangsung secara luring atau tatap muka.
Merdeka Belajar
“Peserta didik adalah makhluk bebas yang memiliki alamnya sendiri, sehingga mereka jangan diperlakukan seperti robot maupun mainan yang bisa dipermainkan dengan manipulatif” (Paulo Freire).
Pernyataan Freire ini memposisikan peserta didik sebagai pribadi yang merdeka dalam proses pendidikan. Karena itu, pendidikan harus memberi ruang kebebasan kepada peserta didik untuk bereksplorasi dalam belajar supaya kemampuan berpikirnya dapat berkembang dengan baik. Dalam konteks revolusi pendidikan di Indonesia saat ini, peserta didik harus merdeka dalam belajar. Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim menetapkan empat (4) program pembelajaran nasional yang disebut sebagai pokok kebijakan pendidikan “Merdeka Belajar” (https://www.kemdikbud.go.id).
Empat program pokok ini menjadi paradigma baru pendidikan Indonesia selanjutnya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Program Merdeka Belajar yang dinilai sangat revolusioner ini tentu mempunyai dasar argumentasi yang rasional. Artinya, bahwa kebijakan Merdeka Belajar bukan tanpa alasan. PenelitianProgramme for International Student Assesment (PISA) tahun 2019 menunjukkan bahwa hasil penilaian pada peserta didik Indonesia hanya menduduki posisi keenam dari bawah, untuk bidang matematika dan literasi, Indonesia menduduki posisi ke-74 dari 79 Negara (https://www.kompasiana.com).
Dengan kebijakan ini, maka pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merumuskan kata merdeka dengan arti bebas (dar iperhambaan, penjajahan dan sebagainya), berdiri sendiri, tidak terikat, leluasa, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu. Selain itu, kata merdeka bermakna kemandirian (autonomy). Kemandirian (otonomi) berkaitan erat dengan kendali diri. (https://kbbi.web.id/).
Hal ini merupakan faktor penting dalam semua aspek kehidupan manusia. Jika seseorang memiliki kemandirian, maka dia akan memiliki kendali diri. Dengan demikian, setiap individu memiliki kepercayaan diri atas keputusan dan tindakannya. Berdasarkan pengertian ini, maka merdeka belajar bermakna bahwa peserta didik memiliki kemandirian atau kemerdekaan berpikir dalam belajar. Peserta didik memiliki ruang dan kesempatan belajar sebebas-bebasnya dan senyaman-nyamannya, belajar dengan tenang, santai dan gembira tanpa stres dan tekanan.
Belajar dalam suasana yang merdeka mencirikan pembelajaran yang kritis, berkualitas, ekspres (cepat), transformatif, efektif, aplikatif, variatif, progresif, aktual dan faktual. Peserta didik yang belajar berbasis kemerdekaan akan senantiasa energik, optimis, prospektif, kreatif dan selalu berani untuk mencoba yang baru.
Kebijakan Merdeka Belajar menjadi salah satu terobosan baru dalam dunia pendidikan untuk menjadikan pendidikan Indonesia lebih adaptif. Pendidikan yang adaptif sebagai respons terhadap perubahan dan perkembangan zaman yang begitu cepat dan massive.
Hardiknas 2022
RD Stephanus Turibius Rahmat
Opini Pendidikan
Dosen Unika Santu Paulus Ruteng
Pos Kupang Hari Ini
POS-KUPANG.COM
Edi Hayong
Opini Ansel Deri: Vivick dan Polisi Berparas Humanis |
![]() |
---|
Opini Frans X Skera: Catatan Kritis Batalnya Piala Dunia U-20 |
![]() |
---|
Opini Albertus Muda, S.Ag: Pendidikan Kritis dan Pemetaan Kecerdasan |
![]() |
---|
Opini Don Kabelen: Hosana, Salibkanlah Dia! |
![]() |
---|
Opini - Catatan Dalam Pengisian Penjabat Kepala Daerah Menyongsong Pemilihan Serentak Kepala Daerah |
![]() |
---|