Berita Kota Kupang Hari Ini
Tarian Hedung dari Lamaholot Iringi Peresmian Nama Jalan Frans Lebu Raya di Kupang
Hentakan gong dan gendang bertalian terus menggerakkan kaki dan tangan penari yang tampak perkasa.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Frans Lebu Raya diresmikan menjadi nama pada salah satu jalan utama di Kota Kupang. Ratusan penari hadir mempersembahkan sejumlah tarian dalam acara itu.
Dari kampung halaman Frans Lebu Raya di Pulau Adonara, tarian Hedung atau tarian perang, turut mengiringi prosesi pelaksanaan acara itu.
Belasan penari Hedung dari Adonara, didatangkan untuk mengisi acara. Tarian itu merupakan bentuk syukuran atas sebuah kemenangan yang diraih.
Pemberian nama jalan Frans Lebu Raya, merupakan kemenangan bagi orang Lamaholot umumnya, dan Adonara khususnya.
Wali Kota Kupang, Jefri Riwu Kore yang tiba di lokasi sekira pukul 17.30 Wita, disambut tarian yang dibawakan para perempuan Adonara. Jefri dan Ny. Hilda Manafe mengenakan sarung tenun khas Lamaholot, menunjukkan keretan Jefri bersama keluarga besar Lamaholot.
Baca juga: Perang Rusia vs Ukraina: Khawatir Tak Bisa Kembali ke Rusia, Putin Larang Putrinya ke Luar Negeri
Setelah rangkaian acara sambutan, Wali Kota Jefri bersama istri dan Ny. Lusia Adinda Lebu Raya serta panitia, menuju ke plang bertuliskan nama Jl. Frans Lebu Raya yang letaknya persis di pertigaan jalan bundaran patung Tirosa menuju jalur jalan di Tuak Daun Merah (TDM).
Jefri bersama rombongan diarak dengan tarian menuju ke tempat persemian. Tiba ditempat peresmian, dilakukan upacara dan sapaan adat oleh para tokoh adat dari Adonara.
Wali Kota Jefri disuguhi minuman khas Lamaholot dari gelas tempurung. Dia kemudian membuka tirai bertuliskan Jl. Frans Lebu Raya.
Setelahnya, Jefri kembali diarak dengan tarian Hedung. Para penari menghantar Wali Kota Jefri ke panggung utama.
Baca juga: Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi NTT Gelar Sosialisasi Jabatan Fungsional Pustakawan
Jefri yang mengenakan nowing (sarung) dan nobo (sebuah anyaman untuk mengikat kepala pada pria Lamaholot dari daun lontar), tampak ikut menari bersama para penari.
Hentakan gong dan gendang bertalian terus menggerakkan kaki dan tangan penari yang tampak perkasa.
Tombak, parang dan dopi (sebuah papan sebagai alat pertahanan saat perang) dan bunyi lonceng kaki memberi tanda kemeriahan acara itu. Sesekali, para penari memainkan tarian seolah dalam keadaan perang dengan berteriak hingga saling menggerakkan parang ke arah penari lainnya.
Diketahui, tarian Hedung sendiri sering dimainkan masyarakat Lamaholot ketika menjemput tamu ketika menghadiri sebuah acara.
Baca juga: Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi NTT Gelar Sosialisasi Jabatan Fungsional Pustakawan
Lamaholot sendiri terdiri atas 5 Watan yakni Watan Flores, Watan Adonara, Watan Solor, Watan Lembata dan Watan Alor.
Selain tarian Hedung, tarian Lego-Lego dari Kabupaten Alor menutup semua rangkaian kegiatan itu. Wali Kota Jefri kembali larut dalam lingkaran tarian orang Lamaholot itu. J
Jefri diarak para tokoh adat Alor mengikuti tarian itu. Usai kegiatan ditempat itu, semua tamu undangan menuju ke rumah almarhum Frans Lebu Raya di Kelurahan Kayu Putih untuk mengikuti acara ramah tamah. (*)
Belasan Karung Berisi Sampah Hiasi Taman di Sepanjang Pantai On The Rock |
![]() |
---|
Tim Kuasa Hukum Albert Riwu Kore Hargai Proses Hukum |
![]() |
---|
Prihatin Kasus Hukum Albert Riwu Kore, Notaris/PPAT Gelar Aksi Solidaritas Bagi Bunga di Kota Kupang |
![]() |
---|
Penyidik Polda NTT Pertimbangkan Permohonan Penangguhan Albert Riwu Kore |
![]() |
---|
Hilangkan Sembilan SHM, BPR Christa Jaya Minta Pertanggungjawaban Pidana PPAT Albert Riwu Kore |
![]() |
---|