Perang Rusia Ukraina
Cium Bendera Ukraina, Paus Fransiskus Kutuk Pembantaian di Bucha
Tragedi di Bucha, yang terletak di luar Kyiv, telah memicu kecaman global dan janji sanksi lebih lanjut terhadap Moskwa dari Barat.
"Dari timur Eropa, dari negeri matahari terbit, bayang-bayang gelap perang kini telah menyebar. Kami mengira bahwa invasi ke negara lain, pertempuran jalanan yang biadab, dan ancaman atom adalah kenangan suram dari masa lalu yang jauh," kata Paus ke-266 itu.
"Namun, angin dingin perang, yang hanya membawa kematian, kehancuran, dan kebencian, telah menyapu kehidupan banyak orang dan mempengaruhi kita semua."
Baca juga: Paus Fransiskus Pimpin Doa Global untuk Perdamaian Antara Rusia dan Ukraina
Sebelumnya, ketika ditanya oleh seorang reporter di pesawatnya apakah dia sedang mempertimbangkan undangan untuk mengunjungi Kyiv, paus menjawab: "Ya, itu ada di atas meja (sebagai pertimbangan)".
Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut. Paus Fransiskus diundang oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, Wali Kota Kyiv Vitaliy Klitschko, Uskup Agung Sviatoslav Shevchuk dari Gereja Katolik Ritus Bizantium Ukraina dan duta besar Ukraina untuk Vatikan, Andriy Yurash. Dia telah berbicara di telepon dengan Zelenskiy dan Shevchuk.
Pemimpin berusia 85 tahun itu juga mengutuk korupsi di Malta, di mana klaim korupsi, penyimpangan keuangan, dan nepotisme telah mendominasi narasi politik pulau itu selama sebagian besar dekade terakhir.
“Semoga selalu tumbuh legalitas dan transparansi yang memungkinkan pemberantasan korupsi dan kriminalitas,” ujarnya.
Untuk pertama kalinya dalam 36 perjalanannya ke luar negeri, rasa sakit di lututnya memaksanya menggunakan lift barang untuk naik ke pesawat di Roma dan turun di Valletta, kata juru bicara Vatikan Matteo Bruni .
Paus, yang tertatih-tatih saat berjalan di istana kepresidenan Malta, mengecam keras apa yang disebutnya sebagai "agresi yang tidak dapat dibenarkan, dan mengecam kekejaman" dalam perang tersebut.
Baca juga: Doa Konsekrasi Paus Fransiskus untuk Rusia, Ukraina Memiliki Sejarah Kontroversi di Baliknya
Sandiwara
Sementara Majelis rendah parlemen Rusia, Duma, mengatakan bahwa pembunuhan warga sipil di kota Bucha, Ukraina, adalah bagian dari tindakan curang Barat untuk mendiskreditkan Rusia.
Hal tersebut disampaikan Ketua Duma Vyacheslav Volodin pada Selasa 5 April 2022, sebagaimana dilansir Reuters. "Situasi di Bucha adalah provokasi untuk mendiskreditkan Rusia," kata Volodin, sebagaimana dikutip Antara dari Reuters.
Dia menambahkan, Washington dan Brussels penulis skenario dan sutradaranya, sedangkan Kyiv dalah aktor-aktornya. "Tidak ada fakta, hanya kebohongan," tutur Volodin.
Sejak pasukan Rusia ditarik mundur dari kota-kota di sekitar Kyiv pekan lalu, tentara Ukraina telah memperlihatkan kepada wartawan sejumlah mayat, rumah-rumah yang hancur, dan mobil-mobil yang dibakar. Mayat-mayat tersebut mereka sebut sebagai warga sipil yang dibunuh oleh pasukan Rusia. (*)