Breaking News

Perang Rusia Ukraina

Cium Bendera Ukraina, Paus Fransiskus Kutuk Pembantaian di Bucha

Tragedi di Bucha, yang terletak di luar Kyiv, telah memicu kecaman global dan janji sanksi lebih lanjut terhadap Moskwa dari Barat.

Editor: Alfons Nedabang
KOMPAS.COM/REUTERS/REMO CASILI
Paus Fransiskus memegang bendera Ukraina yang dikirimkan kepadanya dari kota Bucha di mana tubuh terikat ditembak dari jarak dekat, kuburan massal dan tanda-tanda eksekusi lainnya ditemukan, selama audiensi umum mingguan di Aula Paulus VI di Vatikan, 6 April 2022. 

POS-KUPANG.COM - Paus Fransiskus mengutuk pembantaian Bucha dan mencium bendera Ukraina pada Rabu 6 april 2022. Dilansir Reuters, bendera dikirim dari kota tempat mayat-mayat terikat ditembak dari jarak dekat, lantas berserakan di jalan-jalan.

Tragedi di Bucha, yang terletak di luar Kyiv, telah memicu kecaman global dan janji sanksi lebih lanjut terhadap Moskwa dari Barat.

 "Berita terbaru dari perang di Ukraina, bukannya membawa kelegaan dan harapan, malah membawa kekejaman baru, seperti pembantaian Bucha," kata Paus Fransiskus di akhir audiensi mingguannya di auditorium Vatikan.

"Hentikan perang ini! Biarkan senjata diam! Berhenti menabur kematian dan kehancuran," katanya, mengutuk kekejaman terhadap warga sipil, wanita dan anak-anak yang tak berdaya.

Di sisi lain, Kremlin mengatakan tuduhan pasukan Rusia melakukan kejahatan perang dengan mengeksekusi warga sipil termasuk di Bucha adalah "pemalsuan mengerikan".

Tujuannya, menurut Kremlin, untuk merendahkan tentara Rusia.

Baca juga: Paus Fransiskus Kritik Presiden Vladimir Putin atas Serangan Rusia ke Ukraina

Paus Fransiskus mengatakan bendera yang digelapkan dan diwarnai, yang memiliki tulisan dan simbol di atasnya, dibawa kepadanya dari Bucha pada Selasa 5 April 2022.

Sebelumnya, Paus Fransiskus secara implisit mengkritik Presiden Vladimir Putin atas invasi Rusia ke Ukraina. Paus Fransikus menggunakan istilah "penguasa" mengobarkan konflik untuk kepentingan nasionalis.

"Sekali lagi, beberapa penguasa, sayangnya terperangkap dalam klaim anakronistik dari kepentingan nasionalis, memprovokasi dan mengobarkan konflik, sedangkan orang biasa merasakan masa depan yang tak tentu," kata Pemimpin Gereka Katolik Roma itu.

Suara Paus Fransiskus kuat meski hanya duduk untuk menyampaikan pidatonya pada Sabtu 2 April 2022 kepada pejabat Malta, setelah tiba di negara kepulauan Mediterania untuk kunjungan dua hari.

Selama ini Paus Fransiskus hanya menyebut Rusia secara langsung dalam doa, seperti saat acara global khusus untuk perdamaian pada 25 Maret.

"Sekarang di malam perang yang menimpa umat manusia, jangan biarkan mimpi perdamaian memudar!" katanya, Sabtu 1 April 2022 dikutip dari Rueters.

Baca juga: Korban Tewas Warga Sipil di Ukraina 1.100, Paus Fransiskus: Akhiri Perang Sebelum Perang Akhiri Kita

Dia juga kembali mengkritik industri persenjataan dan menyatakan keresahan pada memudarnya antusiasme untuk perdamaian yang muncul setelah Perang Dunia Kedua. Benturan kepentingan dan ideologi menurutnya telah "muncul kembali dengan kuat dalam bujukan otokrasi, bentuk-bentuk baru imperialisme (dan) agresivitas yang meluas. "

Moskwa mengatakan tindakan yang diluncurkan pada 24 Februari adalah "operasi militer khusus", yang dirancang tidak untuk menduduki wilayah tetapi untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" tetangganya.

Namun Pemimpin Gereja Katolik Roma itu secara terbuka menolak terminologi itu, dan menyebut serangan ke Ukraina sebagai perang.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved