Berita NTT Hari Ini
Pandemi ke Endemi, Pengamat di NTT Prediksi Terjadi Lima Tahun Lagi
proses transisi menuju normalisasi endemi itu artinya bukan berarti kasus COVID-19 tidak ada sama sekali
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG-- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mewacanakan untuk perubahan status pandemi covid-19 ke endemi. Wacana itu dihembuskan Kemenkes RI pada bulan Maret 2022 lalu.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan pemerintah tidak terburu-buru untuk menyatakan transisi memasuki endemik.
Dia menyebut, proses transisi menuju normalisasi endemi itu artinya bukan berarti kasus COVID-19 tidak ada sama sekali tapi tetap kasus itu akan ada.
Baca juga: Siswi SMPK St. Antonius Padua Kefamenanu Raih Perunggu Cabor Taekwondo di POPDA V NTT
“Untuk menghilangkan sebuah penyakit itu membutuhkan waktu yang lebih panjang, tentunya kita harus bersiap untuk terus berdampingan dengan COVID-19,” katanya pada konferensi pers secara virtual di Jakarta, Selasa 15 Maret 2022 seperti dikutip dari website Kemenkes RI, Sabtu 2 April 2022.
Dihubungi terpisah, Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Citra Bangsa (UCB) Kupang, Vinsensius Making, menjelaskan kalau perubahan pandemi ke endemi baru bisa dilakukan tiga hingga lima tahun lagi.
"Perkiraan masih 3 - 5 tahun lagi," kata Vinsen.
Baca juga: Rebut Kursi Jabatan Sekda NTT, Enam Pejabat Ini Memenuhi Syarat
Mengenai perubahan itu, Vinsen menjelaskan Kemenkes tentu memiliki data untuk menyarankan perubahan dari pandemi ke endemi. Dia berpandangan, faktor ekonomi akan berpengaruh paling kuat ketika pemberlakuan situasi demikian.
Untuk di NTT, Vinsen menyebut terdapat beberapa variabel yang mesti dipersiapkan sebelum memberlakukan status endemi covid-19.
"Terlepas dari semua itu, pandangan Saya sendiri khususnya NTT pandemi masih butuh waktu untuk menjadi endemi. Hal ini mengingat, belum terlalu maksimalnya vaksinasi yang dilakukan khususnya di daerah, perilaku masyarakat yang masih mengabaikan protokol kesehatan dan nelum terciptanya herd imunity," urai Vinsen.
Baca juga: Layanan di BKD NTT Gratis, Henderina Tindak Tegas Oknum ASN Lakukan Pungli
Dia menegaskan, bila hal itu tetap dipaksakan, bisa berakibat pada melonjaknya angka kesakitan dan kematian.
Diketahui, sebaran kasus covid-19 di Nusa Tenggara Timur (NTT), terus terjadi. Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil, melaporkan sedikitnya 95 kasus covid-19 baru terjadi dalam sehari. Jumlah itu, terjadi pada Minggu 27 Maret 2022 di hampir semua daerah di NTT.
Jumlah tersebut menurut dari jumlah kasus harian sebelumnya atau yang terjadi ada Sabtu, 26 Maret 2022, total kasus 185 kasus.
Kepala Dinas terkait, dr. Meserasi Atupah, menyampaikan jumlah kasus tertinggi dari Kabupaten Sumba Timur dengan total 13 kasus. Sehari sebelumnya juga kabupaten ini menyumbang 42 kasus dan Kabupaten Sikka 12 kasus. Sementara, Alor dan Manggarai timur, masing-masing 9 kasus baru.
Baca juga: Begini Pesan Ketua MUI NTT Untuk Umat Muslim Jelang Ramadhan, Simak Pesannya
Kabupaten lain yang turut menyampaikan jumlah kasusnya yakni, Manggarai Barat 7 kasus, Sumba Barat Daya dan Kota Kupang masing-masing 6 kasus. Ende dan Nagekeo juga masing-masing 5 kasus, sedangkan Sabu Raijua 4 kasus.
Kabupaten Kupang, Belu, Ngada dan Sumba Tengah masing-masing 3 kasus. Manggarai dan Malaka masing-masing 2 kasus. Sementara kabupaten TTU, Flores Timur dan Sumba Barat masing-masing 1 kasus.
"Jumlah spesimen yang diperiksa 1204 yang dilakukan di 14 laboratorium di NTT. Rapid antigen ada 1.050 sampel," kata dr. Meserasi.
Baca juga: Sebelum Akhiri Masa Tugas, Bupati Lembata Fokus Rampungkan Dana PEN
Covid-19 sejak terdeteksi di NTT sudah dicatat telah menyerang 92.455 orang. Jumlah itu terdapat 86.889 pasien berhasil melawan virus dan sudah dinyatakan sembuh.
"4.094 orang masih dalam perawatan atau isolasi mandiri. Sementara, 1.474 orang dinyatakan meninggal dunia akibat Covid-19," ungkap mantan Kadis Sosial NTT itu.
Kepala Dinas dr. Messerasi mengaku pihaknya terus mengingatkan agar semua masyarakat tetap patuh menerapkan Protokol Kesehatan (prokes) untuk mencegah penularan covid-19.
Baca juga: Stigma Kaum Perempuan Lemah, Ini Pernyataan Tegas Bupati Rote Ndao
Ia menyebut, kalau penyebaran kasus covid-19 itu akibat dari lengahnya warga dalam menerapkan prokes selama menjalankan aktivitas kesehariannya.
Selain itu, bagi warga yang belum mendapat vaksin, diminta agar segera mungkin mendatangi fasilitas kesehatan terdekat guna mendapat suntikan vaksin. Menurutnya, dengan vaksinasi bisa memberi kekebalan tubuh yang membantu membentengi diri dari virus covid-19.
"Hanya dengan prokes dan vaksinasi sajalah yang bisa memutuskan mata rantai penyebaran ini," sebutnya. (Fan)