Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Minggu 27 Maret 2022: Anak Hilang

Kisah anak hilang ini sangat inspiratif. Diulang setiap tahun untuk didengarkan dalam perayaan liturgi atau kesempatan lain.

Editor: Agustinus Sape
Dok Pribadi
RD. Siprianus S. Senda 

Renungan Harian Katolik, Minggu 27 Maret 2022: Anak Hilang (Luk 15:1-3.11-32)

Oleh: RD. Siprianus S. Senda

POS-KUPANG.COM - Dua anak dari satu atap rumah. Dua figur berbeda dari satu bapa yang sama. Dua karakter yang inspiratif dengan kekhasan masing-masing. Yang satu bungsu, yang lain sulung.

Kisah anak hilang ini sangat inspiratif. Diulang setiap tahun untuk didengarkan dalam perayaan liturgi atau kesempatan lain. Kisah ini tetap relevan untuk direnungkan. Karena memang dia berbicara tentang manusia yang dinamis. Ya, kisah itu adalah cermin paling jujur dari setiap manusia beriman yang membacanya.

Dan hari ini kisah itu diperdengarkan lagi. Menggaung ke seluruh dunia. Kisah anak hilang. Tapi bukan satu saja yang hilang. Baik si bungsu maupun si sulung sama-sama hilang. Yang satu hilang dari rumah, lalu kembali ke rumah. Yang lain hilang dalam rumah dan tak masuk rumah.

Si bungsu yang hilang dari rumah adalah hilang yang umum dilakukan oleh manusia berdosa. Hilang meninggalkan rumah menuju dunia lain yang menjerumuskan ke arah binasa adalah gambaran hilang yang lazim dilakukan ketika manusia berdosa.

Berdosa berarti meninggalkan Allah, berpaling kepada berhala. Manusia berdosa hilang dari hadirat Allah, muncul di hadirat berhala.

Berhala itu ragam bentuk. Ada yang berupa materi. Ada juga berupa kekuasaan. Ada yang lain bernama kenikmatan jasmani. Dll. Semua menghisap manusia sampai kehilangan arah hidup sejati.

Pada titik terendah, ada kesadaran akan kekosongan batin yang dialami ketika asyik dengan berhala. Ada penyesalan. Ada kerinduan untuk kembali ke rumah. Karena rumah adalah ruang kehidupan.Rumah adalah rahim kasih sayang sejati. Rumah adalah lingkungan belas kasih bapa.

Dari sesal, datanglah tobat. Tobat adalah perjalanan pulang ke rumah kasih. Perjalanan kembali ke Allah, usai lelah bertualang bersama berhala dan tak dapatkan kebahagiaan sejati. Tobat adalah orientasi baru untuk hidup baru dalam Allah yang maharahim.

Kembalinya si bungsu adalah gambaran pendosa yang bertobat. Hilang dari rumah dan kembali ke rumah adalah dinamika pergumulan hidup manusia yang rapuh.

Manusia rapuh yang salah jalan, tetapi kemudian sesal dan tobat memperbaiki kesalahan.

Si bungsu menjadi contoh manusia berdosa yang bertobat. Dia hilang dari rumah belas kasih, tetapi kembali ke rumah kerahiman. Ada kebaruan hidup. Ada sukacita dan kebahagiaan.

Sedangkan si sulung adalah contoh orang berdosa yang hilang di rumah sendiri. Hilang dalam lingkungan rumah, dan tetap hilang tak mau masuk rumah kerahiman. Ia hidup dalam bayangan seolah-olah.

Seolah-olah ada di rumah, tapi jauh dari rumah. Rumah ini adalah rumah belas kasih, rumah kerahiman. Tapi hatinya jauh dari belas kasih dan kerahiman.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved