Berita Nasional
Dokter Terawan Diberhentikan dari IDI Saat Muktamar di Banda Aceh, Begini Alasan dan Pertimbangannya
Ibarat sudah jatuh ditimpa tangga, itulah yang dialami dr. Terawan Agus Putranto. Setelah diberhentikn dari Menkes kini diberhentikan lagi oleh IDI.
Terawan disebut belum memberikan bukti telah menjalankan sanksi etik selama periode 2018-2002.
- Terawan dipecat karena mempromosikan Vaksin Nusantara secara luas meskipun penelitiannya belum selesai. Dalam beberapa kesempatan, Terawan memang gencar mempromosikan vaksin tersebut meskipun tidak lagi menjabat sebagai Menteri Kesehatan.
- Terawan membentuk Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Klinik Indonesia (PDSRKI) yang dianggap MKED tidak sesuai prosedur yang benar.
- Bahkan ada surat edaran PDSRKI yang menginstruksikan agar anggota organisasi baru ini tidak menghadiri acara IDI.
Catatan: Tribunnews masih berusaha menghubungi pihak terkait guna mengkonfirmasi isi surat ini
Berikut sosok dokter Terawan beserta kontroversinya.
1. Jadi dokter di usia muda
Dokter Terawan lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada di usia 26 tahun.
Dia kemudian melanjutkan pendidikan spesialis di Departemen Spesialis Radiologi Universitas Airlangga Surabaya.
Dokter Terawan kemudian mengambil program doktor di Universitas Hasanuddin (Unhas) pada 2016.
Judul disertasi Terawan adalah "Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, MOtor Evokde Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis" dengan promotor dekan FK Unhas, Prof Irawan Yusuf, PhD.
Terawan mulai menjadi dokter tentara pada 1990 dan ditugaskan di berbagai wilayah, hingga akhirnya menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta sejak 2015.
Baca juga: Terawan Agus Putranto Menteri Kesehatan RI Komentari Konser Amal Harmonivasi dari Timur
Terawan juga merupakan salah satu dokter kepresidenan.
Dia sempat ditunjuk Jokowi untuk membantu merawat almarhum Ani Yudhoyono ketika menjalani pengobatan kanker darah di Singapura beberapa waktu lalu.
2. Kontroversi terapi cuci otak