Berita Manggarai Timur
Pemkab Manggarai Timur Targetkan Stunting 7 Persen di Tahun 2024
Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur menetapkan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2024
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur menetapkan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2024 mendatang angka stunting menjadi 7 persen.
Berdasarkan rilis yang diterima POS-KUPANG.COM, hal ini diungkapkan Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas dalam Talk Show Radio yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Biro Administrasi Pimpinan yang bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur melalui Dinas Komunikasi dan Informatika dengan Tema “Kolaborasi Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur Dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur Dalam Rangka Menurunkan Angka Stunting di Kabupaten Manggarai Timur” di Borong, Kamis 24 Maret 2022.
Dalam kesempatan tersebut Bupati Agas mengungkapkan, kasus stunting di Kabupaten Manggarai Timur memang terjadi dan pasti ada di desa-desa.
“Ada beberapa desa yang jumlah kasusnya tinggi dan ada beberapa desa dengan jumlah kasus yang rendah. Tentunya hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor demografis, serta sarana dan prasarana kesehatan. Desa yang jumlah kasusnya tinggi itu ditetapkan sebagai Loco Stunting, sehingga bisa diinterfensi secara khusus. Pada tahun 2019, posisi kasus stunting sebesar 18,7 persen, lalu turun di tahun 2020 sebesar 16,3 persen, lalu pada bulan Agustus tahun 2021 sebesar 13,7 persen, dan pada bulan Februari 2022 ini menjadi 11,6 persen," ungkap Mantan Wakil Bupati Manggarai Timur ini.
Agas juga menambahkan, target RPJMD Kabupaten Manggarai Timur Tahun 2024 menjadi 7 persen. Bayi yang ditimbang pada bulan Februari tahun 2022 mencapai 23.787 bayi, dan yang didapati stunting berjumlah 2.766 bayi atau 11,6 persen.
“Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur dalam menekan jumlah stunting ini adalah dengan membentuk Tim Pendamping Warga di kabupaten Manggarai Timur, yang dibentuk bulan Januari tahun 2022 kemarin. Tim ini terdiri dari bidan, kader kesehatan, dan ada PKK. Tim ini ada disetiap desa. Tim ini diharapan dapat membantu pemerintah daerah yang dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur dalam menekan jumlah stunting. BKKBN dan kepala desa juga diharapkan untuk bisa mengintervensi secara dini keluarga-keluarga baru sehingga bisa dicegah sedini mungkin," kata mantan Dosen Fakultas Hukum Undana tesebut.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Timur, diwakili oleh Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Iwan M. Pelokila, mengatakan, masalah stunting bukan semata-mata urusan kesehatan. Masalah stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang, jika dibandingkan dengan umur, sesuai standar yang ditetapkan oleh WHO.
“Banyak faktor multidimensional yang menyebabkan dan mempengaruhi adanya stunting, seperti kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, menderita penyakit infeksi yang berulang, hygiene dan sanitasi buruk, akses pangan, pola asuh anak, ketersediaan air bersih, kondisi sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah dan sebagainya. Kondisi inilah yang membawa kita pada fakta yang disebut sebagai prevalensi stunting, pendek dan sangat pendek, pada balita, dimana indikator ini mengukur presentasi anak balita yang tingginya dibawah ketinggian rata-rata penduduk acuan," jelas Iwan.
Lebih lanjut Iwan Pelokila menyampaikan, keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap persoalan gizi setiap anggota keluarganya. Peran keluarga sangat diperlukan dalam mendidik dan mengawasi langsung akan asupan gizi yang diberikan kepada anak agar seimbang.
“Mesti diingat bahwa asupan gizi pada anak sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak, karena usia-usia pertumbuhan anak sangat menentukan tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan dan produktifitasnya," ungkapnya.
Dalam talkshow tersebut, Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Timur, Heremias Dupa, mengatakan, tren data stunting dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2024 sangat menarik karena target RPJMD sudah mendekati target yang telah ditetapkan.
Hal ini dimulai dari komitmen dan politik kepemimpinan lima tahun terakhir mulai dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2024, dilihat pada visi dan misi dan dalam salah satu misinya adalah untuk meningkatkan kualitas manusia dan kualitas kesehatan manusia.
“Jika kita melihat pada angka ini, maka sangat menarik karena kerja keras kita dalam upaya menurunkan angka stunting di Kabupaten Manggarai Timur ini sudah mencapai angka ideal karena target RPJMD sampai tahun 2024 itu berada di angka 7,5 persen," ungkap politisi PAN tersebut.
Dia juga mengungkapkan, selain faktor kesehatan ada juga faktor non kesehatan, misalnya program rumah layak huni, dari 56.000, ada 13.000 rumah yang menjadi target dan sudah diintervensi dari tahun ke tahun kecuali tahun 2022 karena ada permasalahan Juknis yang datang terlambat karena sudah ada penetapan APBD.
“Sanitasi juga menjadi salah satu faktor non kesehatan selain air bersih dan kota layak anak. Itu semua merupakan komitmen dari visi dan misi Kabupaten Manggarai Timur 2019-2024. Memang kita sedikit gelisah karena ini merupakan peluang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, generasi unggul dan bonus demografi menuju 2045”, jelas Heremias.
Menurut dia, stunting itu masalah, oleh karena itu harus dicari akar masalahnya dan harus ada komitmen bersama lintas sektor, dan juga komitmen bersama lintas generasi. Selain itu, harus ada kampanye publik juga terkait dengan dampak negatif dari stunting, misalnya akan mempengaruhi pertumbuhan generasi unggul 10 atau 15 tahun kemudian.
Sementara Iwan Pelokila mengatakan, stunting memang telah menjadi isu sentral karena merupakan refleksi dari masa depan bangsa Indonesia, masa depan Nusa Tenggara Timur khususnya Kabupaten Manggarai Timur.
“Bisa dibayangkan bila saat ini, banyak anak kita yang menderita stunting, maka akan sulit bisa berkompetisi dengan bangsa lain dalam menghadapi dan menjalani era global. Oleh karena itu, dibutuhkan komitmen dan kerja sama kita semua dalam berkolaborasi, dengan bekerja diluar kebiasaan dan bekerja secara luar biasa untuk bisa mengatasi masalah stunting," ujar Iwan.
Bupati Agas Andreas, dalam ungkapan akhirnya menyampaikan bahwa kita semua sudah mengetahui bahwa stunting ini adalah sebuah masalah, masalah persepsi.
“Karena persepsi mengarah kepada perilaku. Dari perilaku mengarah kepada sikap, dan dari sikap mengarah kepada tindakan. Dari tindakan mengarah kepada hasil. Untuk itu, kita mesti merubah persepsi ini, cara pandang kita terhadap keluarga baru karena mereka adalah pencipta generasi baru," urai Agas.
Dia juga menambahkan, semua harus bisa merubah cara pandang kita terhadap pernikahan karena pernikahan bukan hanya sekedar dapat jodoh tetapi harus dipikir secara rasional supaya bisa melahirkan generasi yang cerdas. Perhatian terhadap pertumbuhan anak sejak dari dalam kandungan agar menjadi lebih prioritas.
“Jika kita bisa merubah cara pandang kita, maka saya yakin stunting akan turun, yang penting kita semua kompak dalam bekerja” tutup Agas.(uzu)