Berita Pendidikan
Gerakan Literasi Sekolah Bukan Sekedar Membaca-Menulis
Sekolah selalu mengartikan Gerakan Literasi dalam arti sempit, sedangkan literasi meliputi berbagai bidang yang sangat luas.
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Christin Malehere
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Sekolah selalu mengartikan Gerakan Literasi dalam arti sempit, sedangkan literasi meliputi berbagai bidang yang sangat luas.
Literasi sekolah bukan sekedar membaca dan menulis saja, tapi meliputi semua bidang, sehingga sekolah memiliki tanggungjawab besar untuk menghidupkan gerakan literasi di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Demikian penjelasan Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM), Agung Hermanus Riwu dalam materi Bimbingan Teknis bagi guru dan tenaga pendidik SDK Sta. Maria Assumpta, Jumat 18 Maret 2022.
Agung mengatakan tujuan dari gerakan literasi sekolah antara lain menghidupkan organisasi pembelajar berbudaya literasi, menciptakan lingkungan sekolah sebagai tempat belajar yang aman dan menyenangkan.
Tujuan lainnya untuk mewadahi literasi membaca guna meningkatkan minat baca anak sehingga harus ada Tim Literasi Sekolah yang dibentuk melalui Surat Keputusan Kepala Sekolah dengan menyusun program kegiatan dan dukungan anggaran.
"Tim gerakan literasi sekolah bukan asal dibentuk, tapi ada dukungan pihak sekolah berupa kebijakan dan anggaran, serta evaluasi agar kegiatan literasi berjalan lancar sehingga dapat meningkatkan literasi anak dalam membaca," pungkasnya.
Pemateri Don Bosco Wora Tani menjelaskan dalam abad XXI, ada enam jenis literasi yang penting bagi anak pelajar di lingkungan sekolah.
Enam jenis literasi antara lain Literasi Baca-Tulis, Numerasi, Literasi Sains, Literasi Digital, Literasi Finansial, dan Literasi Budaya dan Kewargaan.
"Selama ini lingkungan sekolah hanya memahami literasi dalam konteks yang sempit berupa kemampuan pelajar dalam bidang membaca dan menulis saja, sedangkan literasi sangat luas meliputi banyak bidang," jelas Don Bosco.
Khususnya bidang Literasi Digital, perkembangan globalisasi melalui internet sehingga dunia tidak bisa menutup mata terhadap dampak dari literasi digital terutama dampak negatif dari penggunaan internet.
"Sejak pandemi Covid-19 melanda, kebijakan sekolah menerapkan belajar daring, artinya anak-anak bebas untuk mengakses internet, namun demikian setiap anak wajib bertanggungjawab dengan diri sendiri termasuk dampak negatif dari akses internet, sehingga peran orangtua harus maksimal dalam mengawasi anak-anaknya dalam mengakses internet untuk kebutuhan belajar," tambah Don Bosco.
Selain itu, penting bagi anak memahami Literasi Finansial, terutama mengajarkan anak bijak dalam mengelola keuangannya, seperti uang jajan yang diberikan orangtua agar memanfaatkannya sesuai kebutuhan dan tidak boros.
Setiap anak juga sangat penting dalam memahami literasi Budaya terutama Indonesia yang memiliki beragam suku dan budaya sebagai identitas bangsa.
"Setiap anak wajib memiliki sikap saling menghargai dan menghormati keragaman budaya daerah dan kearifan lokal, serta men serta etika dalam kehidupan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat," pungkasnya.
Kepala SDK Sta. Maria Assumpta Kupang, Suster Elisabet Genewat mengatakan selama ini para guru dan tenaga pendidik tidak memahami gerakan literasi sekolah hanya sekedar membaca-menulis.