Pilpres 2024
Pengamat Ungkap Kekuatan Prabowo Subianto, Tiga Jenderal Masuk Bursa Capres di Pilpres 2024
Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto dinilai memiliki kekuatan elektabilitas yang tinggi
Oleh karena itu, Arya melihat tokoh-tokoh kepala daerah dari sipil, justru memuncaki posisi atas elektabilitas survei.
Ia mencontohkan, bagaimana Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersaing memuncaki posisi atas pada beberapa survei nasional.
"Jadi memang bukan melulu soal publik inginkan capres berlatar militer. Enggak juga. Karena yang tinggi itu kan Pak Ganjar dari sipil, Pak Anies sipil, Ridwan Kamil sipil," ujarnya.
Prabowo tinggi bukan karena militer
Terkait nama Prabowo yang memuncaki elektabilitas dalam Survei Litbang Kompas, Arya berpendapat bahwa hal tersebut bukan lantaran latar belakang militernya.
Baca juga: Diam-diam Nasdem Sudah Siapkan Tiga Nama Capres untuk Pilpres 2024, Ada Ridwan Kamil?
Menurut dia, tingginya elektabilitas Prabowo disebabkan karena pengalamannya dalam kontestasi politik, utamanya pemilihan presiden (pilpres).
Prabowo yang merupakan Ketua Umum Partai Gerindra itu justru mendapatkan suara dominan, hasil dari basis-basis pendukung pada pemilu sebelumnya.
Diketahui, Prabowo sudah tiga kali gagal memenangkan kontestasi pilpres dalam kurun tiga pemilu terakhir.
"Nah itu lebih kepada faktor bahwa ada pemilih-pemilih yang memang sejak pemilu sebelumnya. Itu sisa-sisa kekuatan Pak Prabowo di 2014, mungkin sejak 2009 ketika berpasangan dengan Ibu Mega," imbuh Arya.
Baca juga: Pilpres 2024, Duet Anies Baswedan dan Ridwan Kamil Dilirik Nasdem, Bakal Diusung?
Selain itu, Prabowo juga dinilai mampu membangun investasi politiknya sejak lama.
Sehingga dukungan dari masyarakat terhadap dirinya pun ikut meningkat.
Arya menjelaskan, Prabowo bahkan sudah membangun investasi politiknya sejak 2004 ketika ikut konvensi Partai Golkar.
"Dia masuk konvensi Golkar, meski dia kalah kan? 2009 pasangan sama Bu Mega sebagai wakil kalah, 2014 maju sendiri, 2019 dia kalah juga. Dia sudah ikut 4 kali kontestasi," tuturnya.
"Nah, jadi bukan karena dia tinggi karena orang dukung militer. Enggak, dia tinggi karena punya investasi politik lama. Karena dia punya pemilih, sisa-sisa pemilih lama," sambung Arya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3 Jenderal Masuk Bursa Pilpres Survei Litbang Kompas, Masih Kuatkah Capres Berlatar Belakang Militer?"