Pilpres 2024
Pengamat Ungkap Kekuatan Prabowo Subianto, Tiga Jenderal Masuk Bursa Capres di Pilpres 2024
Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto dinilai memiliki kekuatan elektabilitas yang tinggi
POS-KUPANG.COM - Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto dinilai memiliki kekuatan elektabilitas yang tinggi.
Lantas, darimana elektabilitas Prabowo tersebut? Nama Prabowo bahkan selalu bersaing di posisi teratas di survei nasional.
Tiga jenderal masuk dalam bursa calon presiden (capres) pilihan masyarakat jika pemilu digelar saat ini.
Tiga jenderal itu di antaranya adalah Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, dan Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Baca juga: Peneliti Australia Ungkap Sosok Penting di Balik Kemenangan Jokowi di Pilpres, Anak Jenderal!
Ketiganya masuk dalam bursa capres berdasarkan Survei Litbang Kompas pada 17-30 Januari 2022.
Tak kurang dari 1.200 responden dipilih secara acak untuk berpartisipasi dalam survei tersebut.
Prabowo Subianto yang kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra menempati posisi teratas dalam elektabilitas capres dengan 26,5 persen.
Sementara, Andika Perkasa berada pada posisi 9 dengan perolehan 2 persen, dan Gatot Nurmantyo menyusul di bawahnya dengan 1,4 persen.
Bursa capres dari berlatar belakang militer sebenarnya bukan hanya ketiga nama di atas.
Ada nama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang berada di posisi lima elektabilitas capres dengan 3,7 persen.
Baca juga: Pilpres Timor Leste Makin Dekat, STAE Distribusi Surat Suara untuk Pemilih di Luar Negeri
Lantas muncul pertanyaan, masih kuatkah capres berlatar militer pada saat ini?
Bila melihat hasil survei tersebut, di mana tiga jenderal masuk ke dalam bursa capres, bukan berarti publik masih mendambakan ingin dipimpin kembali oleh orang berlatar belakang militer.
Analis politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengatakan, survei itu justru menggambarkan bahwa preferensi masyarakat terhadap sosok capres, tak lagi melulu berlatar militer.
"Nah, jadi poinnya, pemilih itu berubah. Orang enggak akan lihat lagi atribusi militer sebagai preferensi utama. Makanya, tokoh-tokoh berlatar militer seperti Mas AHY yang baru itu rendah. Lalu Pak Gatot enggak sampai 2 persen, begitu juga Pak Andika 2 persen," kata Arya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (24/2/2022).
Baca juga: Anies Baswedan Punya Peluang Kalahkan Prabowo di Pilpres 2024, Bagaimana dengan Ganjar Pranowo?
Sementara itu, sorotan publik saat ini justru kepada tokoh-tokoh yang bukan berlatar militer.
Oleh karena itu, Arya melihat tokoh-tokoh kepala daerah dari sipil, justru memuncaki posisi atas elektabilitas survei.
Ia mencontohkan, bagaimana Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bersaing memuncaki posisi atas pada beberapa survei nasional.
"Jadi memang bukan melulu soal publik inginkan capres berlatar militer. Enggak juga. Karena yang tinggi itu kan Pak Ganjar dari sipil, Pak Anies sipil, Ridwan Kamil sipil," ujarnya.
Prabowo tinggi bukan karena militer
Terkait nama Prabowo yang memuncaki elektabilitas dalam Survei Litbang Kompas, Arya berpendapat bahwa hal tersebut bukan lantaran latar belakang militernya.
Baca juga: Diam-diam Nasdem Sudah Siapkan Tiga Nama Capres untuk Pilpres 2024, Ada Ridwan Kamil?
Menurut dia, tingginya elektabilitas Prabowo disebabkan karena pengalamannya dalam kontestasi politik, utamanya pemilihan presiden (pilpres).
Prabowo yang merupakan Ketua Umum Partai Gerindra itu justru mendapatkan suara dominan, hasil dari basis-basis pendukung pada pemilu sebelumnya.
Diketahui, Prabowo sudah tiga kali gagal memenangkan kontestasi pilpres dalam kurun tiga pemilu terakhir.
"Nah itu lebih kepada faktor bahwa ada pemilih-pemilih yang memang sejak pemilu sebelumnya. Itu sisa-sisa kekuatan Pak Prabowo di 2014, mungkin sejak 2009 ketika berpasangan dengan Ibu Mega," imbuh Arya.
Baca juga: Pilpres 2024, Duet Anies Baswedan dan Ridwan Kamil Dilirik Nasdem, Bakal Diusung?
Selain itu, Prabowo juga dinilai mampu membangun investasi politiknya sejak lama.
Sehingga dukungan dari masyarakat terhadap dirinya pun ikut meningkat.
Arya menjelaskan, Prabowo bahkan sudah membangun investasi politiknya sejak 2004 ketika ikut konvensi Partai Golkar.
"Dia masuk konvensi Golkar, meski dia kalah kan? 2009 pasangan sama Bu Mega sebagai wakil kalah, 2014 maju sendiri, 2019 dia kalah juga. Dia sudah ikut 4 kali kontestasi," tuturnya.
"Nah, jadi bukan karena dia tinggi karena orang dukung militer. Enggak, dia tinggi karena punya investasi politik lama. Karena dia punya pemilih, sisa-sisa pemilih lama," sambung Arya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "3 Jenderal Masuk Bursa Pilpres Survei Litbang Kompas, Masih Kuatkah Capres Berlatar Belakang Militer?"