Berita Internasional

Australia Ungkap Rencana China Ambil Alih Posisi Pemimpin Dunia dari AS, Lirik Indo-Pasifik

Komentar itu menegaskan peringatan bahwa invasi Rusia di Ukraina dapat meluas menjadi konflik regional atau global.

Editor: Alfons Nedabang
SPUTNIK
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing, China 4 Februari 2022. 

POS-KUPANG.COM - Presiden China Xi Jinping berencana untuk mendominasi Indo-Pasifik dan menggunakan kawasan itu sebagai pijakan untuk mengambil alih posisi pemimpin dunia dari tangan Amerika Serikat (AS).

Direktur Jenderal Kantor Intelijen Nasional Australia Andrew Shearer mengatakan konvergensi strategis baru antara Beijing dan Moskow "yang mengganggu" telah berkembang dan risiko "konflik kekuatan besar" telah meningkat sejak Rusia menginvasi Ukraina.

Komentar itu menegaskan peringatan bahwa invasi Rusia di Ukraina dapat meluas menjadi konflik regional atau global.

Perdana Menteri Australia pekan ini meminta negara-negara demokrasi liberal untuk menghentikan "busur otokrasi" yang mengubah dunia.

Baca juga: Putin Dianggap Kejam Agresi ke Ukraina, Terkuang Penyebab Rusia Invasi Tetangganya, Ada Australia?

"Kita harus bekerja lebih keras untuk menjaga kualitas liberal dari tatanan berbasis aturan di Eropa dan di sini, di kawasan Indo-Pasifik," kata Shearer pada sebuah jumpa pers, Rabu 9 Maret 2022.

"Kita melihat seorang pemimpin yang benar-benar sedang berjuang dan memperkuat negaranya demi perjuangan untuk menggeser Amerika Serikat sebagai kekuatan yang memimpin dunia," ujar Shearer, merujuk pada Xi.

Shearer mengatakan ancaman geopolitik akan berpusat pada teknologi, termasuk menggunakan serangan siber, sehingga Australia harus memperkuat pertahanan sibernya tanpa menutup diri dari perdagangan dan berbagi informasi.

Baca juga: Australia Utara dan Australia Barat Hadapi Kemungkinan Badai Kategori Dua di Dekat Darwin

"Kita memerlukan ekonomi terbuka yang berkembang sehingga kita dapat mendanai peningkatan belanja pertahanan yang menjadi komitmen pemerintah, tapi ini bukan menang-kalah antara ekonomi dan keamanan," kata dia.

Menurut Shearer, sejak invasi Rusia di Ukraina, intelijen Australia menilai bahwa kemungkinan terjadinya konflik di antara kekuatan-kekuatan besar semakin tinggi.

Dia mengaku terkejut dengan ketahanan Ukraina menghadapi pasukan Rusia. Namun, dia memprediksi akan adanya "pekan-pekan brutal dan penuh darah" karena Presiden Rusia Vladimir Putin memiliki "semua yang kini dipertaruhkan".

Baca juga: Bukan Indonesia, Inilah Negara yang Disebut-sebut Bisa Hentikan Perang Rusia Ukraina

Kremlin, yang menyebut aksi militernya sebagai "operasi khusus", bermaksud untuk melucuti Ukraina dan menggulingkan pemimpin "neo-Nazi" di negara itu.

Ukraina dan Barat menganggap hal itu sebagai dalih untuk melancarkan "perang yang dipilih" - bukan perang untuk membela diri - yang telah memicu kekhawatiran pada konflik yang lebih luas di Eropa. (antara/reuters)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved