Perang Rusia Ukraina
Perang Dunia Ke-3 Di Depan Mata, Ukraina Bakal Hancur Digempur Rusia Walau Kini Mulai Dibantu NATO
Andaikan invasi Rusia ke Ukraina tak segera dihentikan, maka Ukraina bakal hancur lebur digempur Rusia walau pada saat yang sama Ukraina dibantu NATO.
POS-KUPANG.COM - Saat ini semakin runyam peperangan yang terjadi antara Rusia melawan Ukraina.
Di satu sisi Rusia terus menggempur Ukraina untuk mewujudkan tujuannya, sementara Ukraina mulai mendapat bantuan dari NATO.
Dalam situasi inilah banyak yang berasumsi bahwa perang dunia ke-3 sudah di depan mata.
Andaikan invasi Rusia ke Ukraina tak segera dihentikan, maka Ukraina bakal hancur lebur digempur Rusia walau pada saat yang sama Ukraina dibantu anggota NATO.
Saat ini, Anggota NATO telah mendapatkan lampu hijau untuk segera mengirimkan jet tempurnya ke Ukraina.
Adalah Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengungkapkan hal tersebut pada acara Face Nation yang ditayangkan CBS, Minggu 6 Maret 2022.
"Mereka (anggota NATO) mendapatkan lampu hijau. Faktanya, kita berdiskusi dengan Polandia saat ini terkait apa yang mungkin harus dilakukan untuk membantu kebutuhan mereka."
Baca juga: Ukraina Sudah Siapkan Rencana Khusus Jika Presiden Zelensky Terbunuh Dalam Invasi Rusia
"Kenyataannya, mereka memilih untuk disediakan jet tempur untuk Ukraina," kata Blinken.
"Apa yang dapat kita lakukan? Bagaimana kita dapat memastikan mereka mendapatkan bantuan berupa pesawat yang dibutuhkan oleh Ukraina?" imbuhnya.
Dikutip dari CBS, perwakilan dari Gedung Putih mengatakan, perintah Presiden AS Joe Biden adalah mengevaluasi kemampuan untuk menyediakan jet tempur dan dikirimkan ke Polandia, jika memang diputuskan agar dikirimkan ke Ukraina.
Hanya saja, terkait keputusan ini, terdapat beberapa pertanyaan seperti cara mengirim jet tempur tersebut dari Polandia dan Ukraina.
Di sisi lain, Dubes Ukraina Untuk AS, Oksana Markarova berharap memperoleh kiriman jet tempur dari Polandia secepat mungkin.
“Kita bekerjasama dengan Amerika khususnya sebagai teman dan sekutu untuk menstabilkan pasokan amunisi, senjata lain, serta pesawat.”
“Pasokan ini dalam rangka semakin mengefektifkan pertahanan dari negeri kita,” kata Markarova.
Sebelumnya, pada Sabtu 5 Maret 2022, Presiden Ukraina, Volodmyr Zelensky hadir dalam pertemuan virtual dengan pihak AS.
Dalam pertemuan tersebut, Zelensky mendesak pihak AS untuk menyediakan pesawat militer serta menjatuhkan sanksi berupa embargo terhadap minyak Rusia.
Baca juga: Pasukan Chechnya Lantang Ucapkan TakbirSaat Bantu Rusia Invasi Ukraina,Malah Disebut Murtad Kafir
Zelensky juga menegaskan kembali kepada pihak AS bahwa kemungkinan buruk jika dirinya akan mati sebentar lagi.
Pernyataan ini, menurut Zelensky, menjadi peringatan akan pemimpin negara-negara di Eropa.
China Pro Rusia Lawan Ukraina
Sebelumnya diberitakan, Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara barat atas invasinya ke Ukraina sebagai deklarasi perang.
Selain itu, dirinya juga memperingatkan bahwa setiap upaya untuk memberlakukan zona larangan terbang di atas Ukraina, akan dianggap sebagai partisipasi dalam konflik bersenjata.
Bahkan Vladimir Putin menolak saran terkait pemberlakuan keadaan darurat atau darurat militer di Rusia.
Pernyataan ini dilontarkannya ketika berbicara dengan sekelompok pramugari wanita di pusat pelatihan Aeroflot di Moskow.
Kritik terkait bantuan terhadap Ukraina juga dilontarkan oleh Menteri Luar Negeri China, Wang Yi ketika berbicara melalui sambungan telepon dengan Blinken pada Sabtu 5 Maret 2022.
Baca juga: Tentara Suriah Masuk Medan Tempur Ukraina , Direkrut Rusia untuk Lawan Tentara Bayaran Asing
Dikutip dari Aljazeera, Wang berbicara terkait negosiasi untuk menyelesaikan secepatnya krisis yang terjadi di Ukraina dan soal keseimbangan mekanisme keamanan negara-negara di Eropa.
Selain itu, Wang juga menganggap ekspansi NATO ke Eropa Timur memberikan efek negatif kepada keamanan Rusia.
Menurut Wang, kedaulatan sebuah negara harus dihormati tetapi sanks-sanksi yang diberikan terhadap Rusia membuat adanya isu baru dan mengganggu proses penyelesaian secara politik.
Presiden Ukraina Sebut Rusia Ingkar Janji
Rusia mengumumkan gencatan senjata dalam invasi militernya ke Ukraina.
Gencatan senjata ini bertujuan membuka koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi warga sipil dari Ukraina.
Untuk hal tersebut, militer Rusia dilaporkan akan menahan tembakan dan membuka koridor kemanusiaan di beberapa kota di Ukraina.
Demikian laporan kantor berita Interfax, Senin 7 Maret 2022. "Koridor akan dibuka dari Kyiv, Mariupol, Kharkiv dan Sumy."
"Pembukaan koridor ini atas permintaan Presiden Prancis Emmanuel Macron," kata kementerian pertahanan Rusia.
Koridor dilaporkan akan dibuka mulai pukul 10 pagi waktu Moskow (14.00 WIB).
Outlet media pemerintah Rusia Russia Today mengutip kementerian:
"Upaya Kyiv untuk menuduh Rusia mengganggu operasi kemanusiaan kali ini tidak ada artinya, kontrol akan dilakukan dengan bantuan drone."
Baca juga: Jumlah Pengungsi Ukraina Meningkat saat Rusia Menyerang Wilayah Sipil
Pada hari Kamis, pihak Ukraina dan Rusia sepakat untuk membuka koridor kemanusiaan untuk memungkinkan warga sipil keluar dari beberapa zona pertempuran.
Namun Presiden Ukraina mengatakan Rusia melanggar janji mereka.
"Kami mendengar janji akan ada koridor kemanusiaan. Tapi ternyata tidak ada," katanya dalam pidato nasional pada Minggu malam.
Beberapa koridor diperkirakan melibatkan evakuasi warga sipil Ukraina ke kota-kota Rusia dan Belarusia.
Menurut rute yang diterbitkan oleh kantor berita RIA Novosti, koridor dari Kyiv akan mengarah ke Belarusia.
Warga sipil yang ingin melarikan diri dari Kharkiv hanya akan memiliki satu koridor menuju Rusia.
Koridor dari Mariupol dan Sumy akan mengarah ke kota-kota Ukraina lainnya dan ke Rusia.
Mereka yang ingin meninggalkan Kyiv juga dapat diterbangkan ke Rusia, kata kementerian Rusia.
Kementerian juga menambahkan bahwa mereka akan menggunakan pesawat tak berawak untuk memantau evakuasi.
"Upaya pihak Ukraina untuk menipu Rusia dan seluruh dunia beradab … tidak berguna kali ini," tulis kementerian Rusia.
Dua operasi evakuasi yang direncanakan dari Mariupol dan kota terdekat Volnovakha gagal selama dua hari terakhir karena kedua belah pihak saling menyalahkan gagalnya gencatan senjata.
Di Mariupol saja, pihak berwenang Ukraina mengatakan mereka berencana untuk mengevakuasi lebih dari 200.000 warga sipil, atau setengah dari populasi kota.
Namun, Rusia mengklaim pasukannya melanjutkan serangan mereka di Mariupol dan Volnovakha karena "keengganan pihak Ukraina."
Baca juga: Tentara Suriah Masuk Medan Tempur Ukraina , Direkrut Rusia untuk Lawan Tentara Bayaran Asing
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan evakuasi gagal sebagian karena kedua belah pihak belum menyetujui rencana yang jelas.
Sementara itu, pembicaraan putaran ketiga antara para pemimpin Rusia dan Ukraina direncanakan dilakukan hari ini.
Rangkuman Hari ke-12 Invasi Rusia di Ukraina
Mengutip The Guardian, berikut sejumlah hal yang terjadi di hari ke-12 invasi Rusia di Ukraina.
- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyampaikan pidato keras kepada bangsanya pada Minggu 6 Maret 2022 malam.
Ia memperingatkan pasukan Rusia bahwa ia akan menghukum mereka yang melakukan kekejaman di Ukraina sambil mengatakan "satu-satunya tempat sunyi yang menunggu mereka adalah kuburan."
"Kami tidak akan memaafkan. Kami tidak akan lupa. Kami akan menghukum semua orang yang melakukan kekejaman dalam perang ini di tanah kami."
- Zelenskiy berbicara tentang kematian satu keluarga yang berusaha melarikan diri dari kota Irpin di Ukraina, dekat Kyiv di Ukraina utara.
Delapan warga sipil tewas di kota itu saat evakuasi sedang berlangsung, menurut walikota Oleksandr Markushyn.
- Presiden Ukraina mengkritik para pemimpin barat karena gagal menanggapi pengumuman kementerian pertahanan Rusia bahwa mereka akan menyerang kompleks industri militer Ukraina.
"Saya bahkan tidak mendengar seorang pemimpin dunia pun bereaksi terhadap ini," katanya.
"Keberanian agresor adalah sinyal yang jelas ke barat bahwa sanksi yang dijatuhkan pada Rusia tidak cukup."
Baca juga: Rakyat Ukraina Minta Dukungan Indonesia , Sebut Rusia Penerus Rezim Komunis
- Sebuah pesawat yang membawa diplomat Rusia yang diusir oleh Amerika Serikat meninggalkan Bandara Internasional John F Kennedy di New York dalam perjalanan ke Moskow sekitar pukul 19:30 EST, menurut data Flight Radar24.
- AS tidak yakin serangan amfibi Rusia di atau dekat kota Odesa di Ukraina akan segera terjadi, kata seorang pejabat senior pertahanan AS, menurut Reuters.
Ada kekhawatiran yang berkembang tentang kemungkinan serangan di kota itu.
- Rusia telah menginstruksikan semua situs web dan layanan milik negara untuk beralih ke sistem nama domain Rusia pada 11 Maret, menurut outlet media pemerintah Rusia.
Banyak yang khawatir langkah tersebut merupakan tanda bahwa Rusia sedang memulai persiapan aktif untuk pemutusan dari internet global.
Sementara itu, kelompok peretasan Anonymous mengklaim telah meretas layanan streaming Rusia Wink and Ivi dan saluran TV langsung Russia 24, Channel One dan Moscow 24 untuk menyiarkan cuplikan dari Ukraina.
- Ukraina akan meminta pengadilan tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Senin untuk mengeluarkan keputusan darurat yang mengharuskan Rusia menghentikan invasinya.
Ukraina beralasan bahwa pembenaran Moskow atas serangan itu didasarkan pada interpretasi hukum genosida yang salah, lapor Reuters.
- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah berjanji untuk mengirim lebih banyak peralatan pertahanan dan $ 100 juta ke Ukraina untuk menahan pasukan Rusia dan mengurangi tekanan keuangan yang dihadapi negara itu.
Tetapi ia dinilai bergerak terlalu lambat dan takut-takut untuk menekan uang kotor oligarki di Inggris.
- Kementerian pertahanan Inggris merilis laporan intelijen terbarunya, berspekulasi bahwa pasukan Rusia membuat "kemajuan darat minimal" selama akhir pekan.
Baca juga: Rusia Mulai Keluarkan Senjata Andalan, Jet Tempur Su-35 Mulai Masuk Medan Tempur Ukraina
Sementara itu, "serangan udara dan artileri Rusia tingkat tinggi" terus menghantam situs militer dan sipil di seluruh kota Kharkiv, Mykolaiv, Chernihiv dan Mariupol.
- Lebih dari 4.300 orang telah ditangkap di Rusia setelah para demonstran turun ke jalan di 21 kota untuk mengutuk invasi Vladimir Putin ke Ukraina.
- Putaran lain pembicaraan antara Ukraina dan Rusia dijadwalkan pada hari Senin, menurut pejabat Ukraina.
Namun, dalam percakapan telepon dengan presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan, Putin mengatakan konflik hanya akan berhenti jika Ukraina berhenti berperang dan tuntutan Rusia dipenuhi.
Presiden Rusia juga mengatakan negosiator Ukraina harus mengambil pendekatan yang lebih konstruktif dalam pembicaraan dengan Moskow untuk mempertimbangkan kenyataan di lapangan.
Ukraina mengatakan tidak mau berkompromi dengan integritas teritorialnya. (*)