Breaking News

Wacana Tunda Pemilu

Mayoritas Warga NU-Muhammadiyah Tolak Pemilu Ditunda

Hal itu tercermin dari survei yang dilakukan lembaga Indikator Politik Indonesia yang dilakukan pada 25 Februari - 1 Maret 2022.

Editor: Alfons Nedabang
KOMPAS.COM/SHUTTERSTOCK
Ilustrasi pemilu 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Wacana penundaan pemilihan umum (Pemilu) 2024 dan perpanjangan masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus bergulir.

Sejumlah partai politik (parpol) seperti Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Gerindra, hingga Partai NasDem sudah tegas menolak wacana yang digulirkan oleh Ketua Umum (Ketum) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar itu.

Meski pada saat yang sama ada juga yang mendukung wacana itu. Seperti Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto hingga Ketum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan.

Sementara di kalangan petinggi ormas, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menilai wacana penundaan pemilu 2024 itu masuk akal untuk dilakukan.

Baca juga: Andi Arief Sebut Jokowi Berada di Balik Wacana Tunda Pemilu,

"Ada usulan penundaan pemilu dan saya rasa ini masuk akal mengingat berbagai persoalan yang muncul dan dihadapi bangsa ini," kata Kiai Staquf saat mengunjungi korban gempa di Pasaman Barat, Sumatera Barat, beberapa waktu.

Namun pada saat yang sama, sebagian besar warga Nahdatul Ulama (NU) justru menolak wacana itu. Mayoritas warga NU justru ingin pemilu tetap diselenggarakan pada 2024.

Hal itu tercermin dari survei yang dilakukan lembaga Indikator Politik Indonesia yang dilakukan pada 25 Februari - 1 Maret 2022.

"Sekarang coba kita cek basis masa masing masing. Orang yang berasa dekat dengan NU-nya, meskipun Ketua PBNU-nya merasa bahwa penundaan pemilu masuk akal, namun 71,3 persen warga NU mengatakan pemilu tetap harus diadakan 2024," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi dalam webinar yang diselenggarakan Masyarakat Ilmu Pemerintah Indonesia (MIPI), Sabtu 5 Maret 2022.

Baca juga: Pengamat Duga Kekuatan Besar Konsolidasi Parpol, Yusril Pertanyakan Dasar Hukum Penundaan Pemilu

Tak hanya dari warga NU, penolakan juga datang dari warga Muhammadiyah. Menurut Burhan, dari hasil surveinya, jumlah warga Muhammadiyah yang menolak penundaan pemilu bahkan lebih banyak lagi. Burhan menjelaskan sebanyak 80,7 persen warga Muhammadiyah ingin pemilu tetap diselenggarakan pada 2024 mendatang.

"Coba kita cek basis partai, kita punya pertanyaan pemilu legislatif 2019 kemarin milih partai mana, 9,7 persen responden kami memilih PKB, hampir 70 persen pemilih PKB sendiri juga tidak setuju dengan klaim ketua umumnya, Cak Muhaimin," tegasnya.

Begitupun dengan pemilih PAN, tercatat ada 81,9 persen yang menolak penundaan pemilu. Menurut Burhanuddin, temuan ini cukup luar biasa.

"Pemilih PAN ini luar biasa, bahkan aspirasi penundaan pemilu seperti yang disuarakan oleh Pak Zulkifli Hasan hanya direspons positif 13 persen oleh basis massa mereka," ucapnya.

Baca juga: Golkar dan PAN Setuju Pemilu Ditunda, Jokowi Berpeluang Perpajang Masa Jabatan

Senada dengan PKB dan PAN, pemilih Partai Golkar mayoritas juga tak setuju penundaan pemilu berdasarkan survei IPI. "Kemudian Golkar 57 persen pemilihnya mengatakan sebaiknya pemilu diadakan di 2024, dan hanya sedikit, minoritas, memilih ditunda hingga 2027," lanjutnya.

Burhanuddin mengatakan, apa pun isu yang ditawarkan kepada masyarakat, itu tidak populer bahkan dari partai pendukungnya. Mayoritas masyarakat Indonesia tetap setuju pemilu sesuai jadwal.

"Intinya, kalau di sini semua alasan tadi, mau alasan pandemi, mau alasan pemulihan ekonomi, mau alasan pembangunan IKN, itu tiga-tiganya tidak mampu mengalihkan atau mengubah sikap responden dan ide perpanjangan tadi ditolak secara multipartisan," imbuhnya.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved