Berita NTT Hari Ini

Penyelenggara Pendidikan di NTT Perlu Perhatikan Akses Jalan ke Sekolah

Dinas Pendidikan harusnya bisa melihat masalah demikian dan bisa melakukan mitigasi sejak awal rencana pendirian

Editor: Edi Hayong
DOK-POS-KUPANG.COM
Pengamat Pendidikan dari  Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Dr. Marsel Robot, M.Si 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pendidikan di Nusa Tenggara Timur memang masih menjadi sorotan. Selain, kualitas pendidikan yang disebut masih minim, akses pendukung seperti jalan ke sekolah masih menjadi persoalan yang jarang disikapi banyak pihak, termasuk Pemerintah.

Pengamat Pendidikan dari  Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Dr. Marsel Robot, M.Si, menjelaskan, 20 persen dana yang dialokasikan untuk pendidikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) memang sudah mencukupi.

"Ini kita juga miris, kenapa harus ada sekolah yang ditempuh dengan jarak yang berkilo-kilo. Itu tidak melalui standar nasional. Seingat saya standar pendirian satu sekolah itu jaraknya 3 kilometer dari pemukiman penduduk," jelasnya, Sabtu 5 Maret 2022.

Baca juga: Di Kabupaten Kupang Kadis Pendidikan Sebut Banyak Gedung Sekolah Dengan Kondisi Gedung Darurat

Sekolah, menurutnya harus mendekati pemukiman warga. Rujukan juga pada syarat pendirian sekolah yang wajib melihat kampung atau pemukiman warga sebagai pendukung sekolah.

Marsel menilai, Dinas Pendidikan setempat harusnya bisa melihat masalah demikian, dan harus bisa melakukan mitigasi sejak awal rencana pendirian satu sekolah. Anak sekolah tidak boleh dibiarkan tenaganya habis untuk menempuh jalan yang jauh ke sekolah.

"Dalam beberapa kasus memang, sekolah itu dibangun saja tanpa mempertimbangkan akses untuk anak didik kita. Ini jadi masalah," katanya.

Baca juga: Remaja 15 Tahun Asal Manggarai, Merantau Cari Kerja Biayai Pendidikan Kuliah Kakaknya

Dia berharap adanya riset lebih mendalam pada pendidikan di NTT. Jika dalam hasil riset itu diketahui, jarak tempuh yang jauh, sebaiknya sekolah itu ditutup. Karena akses yang jauh dan tidak mendukung, bisa memberi kefatalan bagi siswa itu.

Ia menuturkan, dalam pengalamannya melakukan riset bersama LSM di Kabupaten Kupang, memang diketahui siswa masuk ke sekolah hampir pukul 09.00 WITA. Penyebabnya, karena jarak yang jauh dari rumah ke sekolah.

Disisi lain, secara keseluruhan memang standar pendidikan di NTT masih jauh dari kondisi nasional yang ada. Pemerintah, kata Marsel, belum berbuat banyak dalam hal pendidikan, khusus di Nusa Tenggara Timur.

Baca juga: 20 Daerah Berpotensi Terjadi Hujan Disertai Petir dan Angin Kencang di NTT

Kondisi ini diperparah dengan pandemi Covid-19. Menurutnya, jika ini terus dibiarkan maka suatu waktu akan terjadi pemotongan generasi dalam sektor pengetahuan.

Jarak tempuh ke sekolah, menjadi aspek penting karena berkaitan dengan kenyamanan dan keamanan dari siswa atau anak didik.  Dengan jarak tempuh jauh, masa kondusif tubuh tidak lagi optimal ketika tiba disekolah.

"Kadangkala anak di sekolah dia diam, gugup, itu karena dia kecapean dalam perjalanan padahal dia butuh tubuh yang prima di sekolah agar bisa belajar," ujarnya.

Baca juga: Update Covid-19 di Kota Kupang, 422 Sembuh, Dua Meninggal 

Marsel menyebut, anak di perkampungan biasa melakukan rutinitas dengan jarak jauh seperti itu. Berbeda dengan siswa di perkotaan yang dipermudah dengan transportasi dan akses yang memadai.

Pemerintah, ujar Marsel, harus melakukan survey dengan baik sejak awal pendirian sekolah itu. Pembangunan sekolah, jangan dipahami atau karena memiliki obsesi tertentu sehingga tidak lagi memikirkan hal apsek kenyamanan dan keamanan anak didik.

"Harus dilihat jaraknya berapa, berapa perkampungan penopang, jangan sampai tidak ada jembatan ke lokasi itu harus dilakukan sejak survey awal," tegasnya. (*)

Sumber: Pos Kupang
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved