Perang Rusia Ukraina

Strategi Putin Sulit Terbaca, Tapi Musuh Heran Rusia Siaga Tinggi Nuklir , Tujuan Adu Domba Lawan?

Perinta Presiden Rusia , Vladimir Putin untuk menyoagakan pasukan pertahanan nuklir menjadi bingung NATO dan sekutu barat

Editor: Alfred Dama
Daily Express
Putin Perintahkan Nuklir Rusia Siaga Tinggi 

POS KUPANG.COM -- Perinta Presiden Rusia , Vladimir Putin untuk menyoagakan pasukan pertahanan nuklir menjadi bingung NATO dan sekutu barat

Pasalnya, sejauh ini Rusia sudah suses masuk ek jantung pertahanan Ukraina

Dan , hingga kini, invasi Rusia ke Ukraina masih terus berlangsung sejak pasukan Rusia memasuki Ukraina pada Kamis (24/2/2022).

Jumat (25/2/2022), Amerika Serikat (AS) mengatakan akan menjatuhkan sanksi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov , menyusul pengumuman serupa oleh Inggris dan Uni Eropa (UE) setelah serangan Rusia ke Ukraina.

Baca juga: Pertama Kali Rusia Akui Prajuritnya Gugur , Ukraina Klaim 4.300 Tentara Rusia Tewas dan Terluka

Meski demikian, Putin justru memerintahkan untuk memperkuat pertahanannya.

Putin bahkan memerintahkan kepala pertahanannya untuk menempatkan "pasukan penangkal" nuklir dalam siaga tinggi pada Minggu (27/2/2022).

Putin menuduh Barat mengambil langkah-langkah "tidak bersahabat" terhadap negaranya.

Namun, ancaman nuklir Putin semakin membingungkan karena berangkat dari doktrin pencegahan nuklir Rusia yang sudah mapan.

Pada 2020, Putin menyetujui prinsip-prinsip dasar dengan empat kasus ketika Moskwa dapat menggunakan senjata nuklir.

Baca juga: Puluhan Tewas dalam Pemboman Mengerikan Kharkiv Saat Rusia Dituduh Menyerang Bangunan Perumahan

Prinsip-prinsip itu adalah ketika rudal balistik ditembakkan ke wilayah Rusia atau sekutu saat musuh menggunakan senjata nuklir, serangan terhadap situs senjata nuklir Rusia, atau serangan yang mengancam keberadaan negara Rusia.

Tak satu pun dari kriteria tersebut terpenuhi dalam konflik Rusia Ukraina saat ini.

Terlebih lagi, Rusia bergabung dengan empat anggota tetap Dewan Keamanan PBB pada Januari dalam menandatangani dokumen yang menegaskan bahwa perang nuklir tidak dapat dimenangi dan tidak boleh diperangi.

Ancaman verbal terbaru Putin menunjukkan ambiguitas, bahkan mungkin kemunafikan, dari jenis deklarasi ini, kata Marc Finaud, ahli proliferasi nuklir di Geneva Centre for Security Policy

Baca juga: Ratu Kecantikan Ukraika Angkat Senta dan Berperang Lawan Rusia, Padahal Bisa Kabur dari Negaranya

"Jika kita menerapkan doktrin (pernyataan bersama) akan ada upaya pelucutan senjata besar-besaran."

"Padahal kita melihat relatif sedikit yang dilakukan ke arah itu."

Halaman
12
Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved