Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Sabtu 26 Februari 2022: Simbol Anak-anak

Yesus memberkati anak-anak. Itu judul kisah yang diceritakan penginjil Markus. Tapi kisahnya sendiri miskin dan minim fakta kejadian.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik, Sabtu 26 Februari 2022: Simbol Anak-anak (Markus 10:13-16)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - Yesus memberkati anak-anak. Itu judul kisah yang diceritakan penginjil Markus. Tapi kisahnya sendiri miskin dan minim fakta kejadian.

Konon ada sejumlah orang membawa anak-anak kepada Yesus untuk dijamah oleh-Nya. Tak dijelaskan siapakah yang membawa anak-anak itu: para orang tua dari anak-anak itu, atau guru-guru sekolah, atau siapa?

Juga tak diuraikan apakah orang-orang membawa anak-anak itu dari rumah masing-masing, atau dari suatu acara atau kegiatan tertentu sejenis sekolah minggu.

Hanya dikatakan bahwa para murid memarahi "orang-orang itu", yaitu para pembawa anak-anak. Mungkinkah kehadiran anak-anak akan membuat ribut acara pengajaran atau istirahat Yesus?

Namun catatan tentang reaksi dan tindakan kemarahan para murid itu rupanya penting. Karena kata-kata tanggapan Yesus atas reaksi mereka justru menjadi inti dari cerita.

Kalimat pertama yang meluncur dari mulut Yesus berisikan permintaan sekaligus bernada teguran halus, "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku".

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Kamis 24 Februari 2022: Lebih Baik Mana?

Menyusul perkataan yang bernada larangan keras dan tegas, "Jangan menghalang-halangi mereka". Alasannya disampaikan secara jelas, "Sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah".

Nah ... terang terungkap inti dari cerita yang hendak dibeberkan bahwa orang seperti apa yang empunya Kerajaan Allah.

Ini dipertegas dengan catatan tentang pernyataan Yesus yang penuh wibawa, "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang siapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya".

Akhir dari cerita kian memperlihatkan inti pesan itu. Dicatat bahwa "Lalu Yesus memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka".

Nyata dipertunjukkan manusia macam apa yang benar-benar disayang dan dipeluk Allah. Manusia seperti apa yang diperkenan oleh Allah.

Dengan begitu, anak-anak dalam cerita memang adalah anak-anak, bocah-bocah kecil. Mereka adalah representasi dari anak-anak pada umumnya di mana pun dan kapan pun berada. Berarti anak saya, anakmu, anak-anak kita, anak-anak siapa pun.

Mereka tak akan dimarahi oleh Yesus. Mereka tak akan dihalang-halangi, tapi dibiarkan mendekat dan akrab dengan Yesus. Mereka boleh merasakan hangatnya sentuhan tangan dan pelukan Yesus. Mereka pasti diberkati oleh Yesus.

Dus, saya atau kita harus menjadi "orang-orang itu" membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka.

Kata-kata peringatan Yesus harus menyadarkan dan memberanikan saya, "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka". Ketakutan atau keengganan saya oleh alasan apa pun harus sirna oleh perkataan keras Yesus ini.

Anak-anak pun boleh dipandang sebagai semacam lambang, simbol dari orang yang empunya Kerajaan Allah. Yesus sendiri berkata bahwa kita harus menyambut Dia seperti seorang anak kecil.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Selasa 22 Februari 2022, Pesta Takhta St. Petrus: Bukan Batu Sandungan

Dalam hidup ini, anak-anak memang cenderung dipandang sebelah mata, tak dihargai. Sebab siapa sih anak? Ah masih bocah ingusan.

Bila anak-anak dipandang sebagai lambang orang yang empunya Kerajaan Allah, maka "anak-anak" itu tak lain adalah manusia yang tak punya apa-apa, bergantung pada orang lain, tak berhak apa-apa, atau yang sering tak dianggap dalam hidup.

Mereka ini dibawa orang atau datang sendiri kepada Yesus, tanpa cemberut, tanpa bertingkah macam-macam. Mereka polos, terbuka, dan siap menerima apa saja dari Yesus.

Umumnya kita manusia cenderung menilai sesama berdasarkan sejumlah data lahiriah dan praduga. Sesama terkadang dianggap dan dinilai seperti anak-anak kecil: Bisanya apa sih? Pentingnya apa? Memangnya punyanya apa? Nggak punya hak, dsb.

Tetapi kiranya kita tak memarahi, tak menghalang-halangi mereka yang disimboli "anak-anak". Kita semestinya membawa mereka agar dipeluk dan diberkati Yesus

Kita pun semestinya belajar dan terus belajar dari anak-anak dan dari mereka yang kecil. Kita belajar untuk tak mengejar agar dihargai dunia, melainkan belajar menjadi "kosong" dan mau diisi oleh Yesus dengan semangat dan berkat-Nya.*

Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 26 Februari 2022:

Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab.
Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab. (POS-KUPANG.COM/AGUSTINUS SAPE)

Bacaan I: Yak 5:13-20

Doa tekun seorang jujur amat sakti.

Bacaan dari Surat Rasul Yakobus:

Saudara-saudara, kalau di antara kalian ada yang menderita, baiklah ia berdoa.

Kalau ada yang bergembira, baiklah ia menyanyi.

Kalau di antara kalian ada yang sakit, baiklah ia memanggil penatua, supaya mereka mendoakan dia serta mengurapinya dengan minyak demi nama Tuhan.

Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan si sakit dan Tuhan akan membangunkan dia.

Dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.

Karena itu hendaklah kalian saling mengaku dosa dan saling mendoakan, supaya kalian sembuh.

Doa orang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.

Elia adalah manusia biasa sama seperti kita!

Ketika ia bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, maka hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun enam bulan.

Lalu ia berdoa pula, dan langit menurunkan hujan, dan bumi pun mengeluarkan hasilnya.

Saudara-saudara, jika ada di antara kalian yang menyimpang dari kebenaran, dan ada orang yang mau mengantarkan dia berbalik, ketahuilah, barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa.

Demikianlah sabda Tuhan.

U: Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 141:1-2.3.8

Semoga doaku membubung ke hadapan-Mu, ya Tuhan, bagaikan dupa.

*Ya Tuhan, aku berseru kepada-Mu, datanglah segera kepadaku,
dengarkanlah suaraku, di kala berseru kepada-Mu!
Bagi-Mu biarlah doaku seperti persembahan ukupan,
dan tanganku yang tengadah menjadi seperti kurban petang.

*Awasilah mulutku, ya Tuhan,
berjagalah pada pintu bibirku!
Tetapi kepada-Mulah mataku tertuju, ya Allah, Tuhanku;
pada-Mulah aku berlindung, jangan campakkan aku!

Bait Pengantar Injil: Mat 11:25

Terpujilah Engkau, Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab misteri kerajaan Kaunyatakan kepada kaum sederhana.

Bacaan Injil: Mrk 10:13-16

Barangsiapa tidak menerima kerajaan Allah seperti anak-anak ini, tidak akan masuk ke dalamnya.

Inilah Injil Suci menurut Markus:

Sekali peristiwa orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka.

Tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.

Melihat itu, Yesus marah dan berkata kepada mereka, "Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku!

Jangan menghalang-halangi mereka!

Sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.

Aku berkata kepadamu, "Sungguh, barangsiapa tidak menerima Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil,
ia tidak akan masuk ke dalamnya."

Kemudian Yesus memeluk anak-anak itu, meletakkan tangan ke atas mereka dan memberkati mereka.

Demikianlah sabda Tuhan.

U: Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved