Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Kamis 24 Februari 2022: Lebih Baik Mana?

Dalam perkara masuk ke dalam hidup atau Kerajaan Allah, Yesus tidak berkompromi. Tiada sesuatu pun yang tidak bisa dikorbankan

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik, Kamis 24 Februari 2022: Lebih Baik Mana? (Markus 9:41-50)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - Kata Yesus hari ini kepada saya, "Jika tangan, kaki, mata menyesatkan engkau, penggallah, ... cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup, ke dalam Kerajaan Allah, dengan tangan kudung, dengan timpang, dengan bermata satu, daripada dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka".

Saya harus mengartikan kata-kata Sang Guru itu sebagai kiasan. Yesus pasti sama sekali tidak menuntut saya untuk memenggal tangan atau kaki, atau mencungkil mata. Yesus sama sekali tidak setuju saya menjadikan diri saya kudung, timpang, bermata satu.

Saya khan tahu, Yesus itu pencipta dan pencinta kehidupan, keutuhan, keindahan. Maka Ia tidak pernah senang melihat saya merusak keutuhan dan keindahan. Ia menginginkan saya menjaga diri saya agar tetap utuh, sehat dan lengkap.

Namun saya pun tahu, dalam perkara masuk ke dalam hidup atau Kerajaan Allah, Yesus tidak berkompromi. Tiada sesuatu pun yang tidak bisa dikorbankan, bila sesuatu itu merintangi saya untuk menjalin hubungan akrab dengan Tuhan.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Rabu 23 Februari 2022: Kita dan Bukan Kita

Apapun harus dibuang dengan tegas, kalau hal itu sungguh mengganggu bahkan menghalangi hubungan saya dengan Tuhan.

Dengan begitu, pemenggalan dan pencungkilan yang dimaksud Yesus harus saya pahami secara batiniah. Sebab meski diri saya kudung, timpang dan bermata satu pun dapat saja saya tersesat dan melakukan dosa.

Begitu pun, meski saya bertangan dan berjari utuh, berkaki lengkap dan berfungsi baik, punya mata yang bisa melihat, dapat saja saya menjadi bejat dan rusak secara rohani.

Tangan, kaki, mata bisa dibilang merupakan tiga "sarana" yang sangat penting dan menguntungkan kehidupan saya sebagai manusia di dunia ini.

Dengan tangan saya bekerja, pun memegang barang. Bahkan terlalu banyak pekerjaan saya lakukan dengan tangan. Maka muncul istilah pekerjaan tangan, opus manuale.

Hampir setiap saat tangan itu saya gerakkan dan pakai, sedikit atau banyak. Hidup tanpa tangan adalah hidup sengsara. Ada keterbatasan, kekurangan yang "mengganggu" kelancaran perbuatan, tindakan, atau kerja.

Dengan kaki, saya terutama berlangkah, berjalan, berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Karena punya kaki, saya bebas pergi ke mana saja. Saya tak terikat pada satu tempat, pada satu keadaan. Bila perlu, saya dapat mengadakan perubahan.

Dengan mata, saya melihat dunia ini, terutama barang-barang dan manusia-manusia lain. Mata menjadi sarana ampuh yang mampu menggerakkan budi dan hati saya. Kata pepatah, dari mata turun ke hati.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Selasa 22 Februari 2022, Pesta Takhta St. Petrus: Bukan Batu Sandungan

Ketiganya pun bisa memberi arti. Katakanlah, tangan bisa diartikan sebagai perbuatan, kaki berarti arah dan cara hidup, mata berarti keinginan hati.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved