Berita Kupang Hari Ini
Dilema Penjual Kelapa Muda di Jalan El Tari Kota Kupang, Makan Nasi atau Makan Hati?
Dilema Para Penjual Kelapa Muda di Jalan El Tari Kota Kupang, Makan Nasi atau Makan Hati?
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM,Asti Dhema
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Menjadi pedagang kaki lima selalu tidak luput dari razia petugas ketertiban namun mereka membutuhkan penghasilan untuk menghidupi keluarga mereka yang juga menjadi dilema bagi penjual kelapa di jalan El Tari Kota Kupang.
Sejak 2013 Obet beralih profesi dari kuli kasar menjadi penjual kelapa muda di jalan El Tari Kota Kupang.
Setiap hari Obet menuju tempat jualan Kelapa dengan menggunakan angkutan Kota (angkot) Kupang yang biasa disebut bemo.
Obet yang kini berusia 55 tahun mengaku menjual kelapa adalah cara satu-satunya untuk menghidupi rumah tangganya.
Baca juga: Penjual Kelapa Muda Kota Kupang Berharap Pemerintah Mengerti dengan Pedagang Kaki Lima
"Hari ini kalau memang dapat berkat,itu sudah.bagaimana cara supaya bisa beli beras sekilo hari ini,".
Kini Obet memiliki tiga orang anak dengan berjualan kelapa juga Obet bisa menyekolahkan anak-anaknya.Salah satu anaknya kini berkuliah semester akhir di salah satu kampus negeri di Kota Kupang.
Dia melanjutkan selain dirinya,konon yang berjualan kelapa di jalan El Tari Kota Kupang masih ada sekitar sembilan orang namun karena dilarang sehingga penjual kelapa lainnya pindah ke tempat lain sekitar kota Kupang.
Menjadi penjual kelapa muda,tidak mudah.Obet membeli kelapa Kelapa dari Waemofa dan Baun, kabupaten Kupang. Jika diantarkan sampai di rumahnya,Obet membeli kelapa dengan harga 4.000 per buah kelapa dan dijual kembali dengan Rp 7.000.
Baca juga: 4 Resep Kreasi Es Kelapa Muda Segar, Cocok Disajikan Saat Idul Adha
"Hitung beli plastik,sedotan,paling dapat untung Rp 1.000.Ya namanya jualan begini kadang rugi kadang untung.
Sejak adanya pandemicovid 2020, penghasilan Obet berkurang. Jika dulu normalnya seperti masih adanya car free day,dalam seharisatu kelapa Obet laku100 jika dibandingkan sekarang hanya laku 20-30 buah saja apalagi dengan cuaca sekarang ini.
"Tidak hanya kelapa yang rusak, kita pinjam uang koperasi harian,bayarnya bagaimana.Terpaksa kita kembali ke sini walaupun kita dapat tantangan begini kita harus berjuang demi istri anak,mau bayar uang sekolah,uang makan minum setiap hari,uang bemo mau ambil dari mana,terpaksa kita kembali ke sini.Sejak tahun 2013 saya pakai gerobak sampai sekarang,"terang Obet.
Obet juga menyampaikan bahwa adanya larangan dari pemerintah supaya tidak menjual kelapa di sepanjang trotoar di jalan El Tari Kota Kupang namun Obet mengaku jika tidak tahu harus berjualan dimana lagi.
"Memang kita pernah pindah ke belakang hotel Cendana,cuma sampai di sana tidak ada pengunjung walaupun Kelapa cuma 50 buah.Tidak ada yang lewat,"ujar Obet.
Walaupun sudah disiapkan namun menurut Obet tempatnya sepi dan banyak kelapa yang rusak akibat tidak laku terjual. Sudah pernah melakukan usulan namun menurutnya seperti tidak ada pertanggungjawaban sehingga para penjual penjual kelapa kembali ke trotoar jalan El Tari untuk jualan demi memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Menjadi pedagang kaki lima tidak luput dari razia petugas ketertiban begitu pun dengan Obet yang dirazia pada 18 Januari 2022. Obet mengakui jika trotoar memang betul dilarang pemerintah supaya tidak menggangu aktivitas.
"Makanya pagi-pagi kalau jual harus dipinggir trotoar supaya tidak mengganggu pejalan kaki,"kata Obet.
Pada saat Razia 18 Januari 2022 penjual kelapa melakukan perjanjian bahwa mereka dijinkan menjual kelapa pada pagi hari namun di luar batas trotoar jika di sore hari diijinkan untuk berjualan kelapa di atas trotoar.Obet bersyukur karena masih dikasih kesempatan oleh pemerintah untuk mengais rezeki sebagai penjual Kelapa di jalan El Tari Kota Kupang.
"Kalau memang razia terus,kami punya biaya hidup bagaimana? Kalau razia terus mati kita. Bukan makan nasi tapi makan hati.Kalau memang tidak ada yang beli ya paling rusak kalau tidak dibuang, kasih untuk makanan babi terus cari modal untuk beli baru. Kalau tidak bagaimana? pekerjaan hanya ini saja yang bisa kita lakukan,"keluh Obet.
Obet menambahkan pembeli kelapa lebih banyak di pagi karena memang orang yang butuh kelapa paling banyak di pagi hari.
"Walaupun hujan angin,paling kurang orang dari rumah sakit pasti mencari kelapa muda,"ungkap pria yang dulunya sebagai seorang kuli kasar. (*)