Ritual Usir Tikus
Warga Tiga Desa di Pulau Palue Sikka Gelar Ritual Usir Tikus Selama 5 Hari
Saat menghadiri ritual Tu Dheu, warga juga wajib membawa tikus yang diisi dalam bambu. Warga setempat menyebutnya Rata.
Penulis: Eugenius Moa | Editor: Alfons Nedabang
Laporan Wartawan POS-KUPANG.COM, Euginius Moa
POS-KUPANG.COM, MAUMERE - Warga tiga desa di Pulau Palue Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur menggelar ritual Tu Dheu untuk mengusir tikus.
Tiga desa dimaksud, yakni Desa Kesokoja, Desa Maluriwu dan Desa Reruwairere. Ritual Tu Dheu selama lima hari, dimulai Selasa 15 Februari 2022.
Hama tikus menyerang tanaman pertanian milik petani tiga desa tersebut. Tikus juga merusak pakaian yang disimpan di lemari.
Warga kesal sehingga menggelar ritual Tu Dehu. Upacara tersebut merupakan warisan leluhur yang masih dipertahankan.
Baca juga: Kapolres Sikka Tempuh Perjalanan 2 Jam Antar Paket Bansos Kepada Warga Pulau Palue
Menurut warga setempat, serangan hama tikus tidak bisa dibalas dengan cara-cara kasar dan keras. Melainkan kembali ke alam dan budaya.
Ketua Lembaga Adat Desa Reruwairere Petrus Fidelis Cawa mengatakan, serangan hama tikus yang merajalela merupakan tanda-tanda alam.
"Jalan satu-satunya harus menggelar ritual adat, agar tikus tidak menyerang tanaman warga," kata Petrus saa ditemui di Desa Reruwairere Pulau Palue, Minggu 13 Februari 2022.
Dia menegaskan bahwa hama tikus tidak bisa dibasmi dengan penyemprotan (pestisidah). Warga percaya dengana ritual adat, secara perlahan tikus akan hilang dengan sendirinya.
Baca juga: 76 Tahun Tanpa Listrik, Bupati Sikka Hadirkan PLTS di Pulau Palue
"Ritual ini ingin menyampaikan pesan kepada tikus agar jangan merusakan tanaman masyarakat maupun gangguan tikus lainnya," ujarnya.
Ritual Tu Dheu hingga Minggu 20 Februari 2022 itu wajib diikuti seluruh warga. Tua-tua adat (mosalaki), tokoh masyarakat, orangtua, anak muda, laki-laki dan perempuan, semuanya terlibat.
Saat menghadiri ritual Tu Dheu, warga juga wajib membawa tikus yang diisi dalam bambu. Warga setempat menyebutnya Rata.
"Di dalam bambu berukuran 30 cm itu diisi dengan tikus, kemudian diletakan di dalam sampan. Selanjutnya sampan dilepas di laut," jelas Petrus.
Baca juga: Kebakaran Lahan di Pulau Palue, 2 Pondok dan Tanaman Pertanian Tidak Bisa Diselamatkan
Selama berlangsung ritual Tu Dheu, sejumlah warga memukul gendang mengiringi warga liannya menari.
Mereka mengenakan baju merah dengan bawaan sarung hitam. Kepala diikat kain merah sambil memegang tombak dan menari.