Timor Leste
Sejarah Perkembangan Agama di Timor Leste, Bumi Lorosae Didominasi Agama Ini Hingga Tahun 2022
Dari prospektif topografis, wilayah Timor-Timur sebagian besar terdiri dari daerah-daerah pegunungan yang membentang dari timur ke barat.
Penulis: Maria Enotoda | Editor: maria anitoda
POS-KUPANG.COM- Timor Leste yang sebelum merdeka bernama Timor Timur, adalah sebuah negara pulau di Asia Tenggara.
Negara ini berada di sebelah utara Australia dan bagian timur pulau Timor.
Selain itu wilayah negara ini juga meliputi pulau Kambing atau Atauro, Jaco, dan eksklave Oe-Cusse Ambeno di Timor Barat.
Timor Timur dijajah oleh Portugal pada abad ke-16, dan dikenal sebagai Timor Portugis sampai 28 November 1975, ketika Front Revolusi Kemerdekaan Timor-Leste (FRETILIN) mengumumkan kemerdekaan wilayah tersebut.
Baca juga: Kini Jadi Negara Merdeka, Tapi Dulu Timor Leste Takluk Dibawah Kuasa Arnaldo, Siapa Dia? Simak Ini
Sembilan hari kemudian, Indonesia melakukan invasi dan kemudian menganeksasi Timor Timur.
Timor Timur dinyatakan sebagai provinsi ke-27 oleh Indonesia pada tahun berikutnya.
Pendudukan Indonesia di Timor Timur ditandai oleh konflik yang sangat keras selama beberapa dasawarsa antara kelompok separatis (khususnya FRETILIN) dan militer Indonesia.
Pada tanggal 30 Agustus 1999, dalam sebuah referendum yang disponsori Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mayoritas rakyat Timor Timur memilih untuk lepas dan merdeka dari Indonesia.
Baca juga: Nama Timor Leste Menghilang Dari Daftar Negara Termiskin di Dunia, Ini Faktanya
Segera setelah referendum, milisi anti-kemerdekaan Timor-Leste - yang diorganisir dan didukung oleh militer Indonesia - memulai kampanye militer bumi hangus.
Milisi membunuh sekitar 1.400 rakyat Timor Timur dan dengan paksa mendorong 300.000 rakyat mengungsi ke Timor Barat.
Mayoritas infrastruktur hancur dalam gerakan militer ini.
Pada tanggal 20 September 1999, Angkatan Udara Internasional untuk Timor Timur (INTERFET) dikirim ke Timor Timur untuk mengakhiri kekerasan.
Baca juga: WHO Laporkan Peningkatan Signifikan Demam Berdarah Dengue di Timor Leste
Setelah masa transisi yang diorganisasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, Timor Timur diakui secara internasional sebagai negara dan secara resmi merdeka dari Indonesia pada tanggal 20 Mei 2002.
Sebelumnya bernama Provinsi Timor Timur, ketika menjadi anggota PBB, mereka memutuskan untuk memakai nama Portugis "Timor Leste" sebagai nama resmi.
Pada tahun 2011, Timor Leste mengumumkan niatnya untuk mendapatkan status keanggotaan dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara ( ASEAN ) dengan mengajukan diri menjadi anggota kesebelas.
Selain Filipina, Timor Leste adalah negara yang sebagian besar penduduknya beragama Kristen di Asia Tenggara.
Baca juga: Timor Leste Luncurkan Strategi Nasional Perlindungan Sosial 2021-2030
Geografis Timor leste
Timor Leste beriklim tropis dan umumnya panas dan lembab.
Terdapat dua musim yaitu musim panas dan musim hujan.
Jika musim hujan, hujan yang turun akan sangat deras, dan jika kemarau, akan sangat jarang tururn hujan.
Dari prospektif topografis, wilayah Timor-Timur sebagian besar terdiri dari daerah-daerah pegunungan yang membentang dari timur ke barat.
Bentangan-bentangan pegunungan ini ada kalanya terputus, sehingga membentuk lembah-lembah serta jurang-jurang yang curam dan amat dalam.
Kemudian, ditengah-tengahnya mengalir sungai-sungai kecil yang sangat mempersulit transportasi. tanahnya amat banyak mengandung kapur, karang, tanah liat yang pekat, dan pasir serta cuma sedikit yang tergolong tipe tanah vulkanik.
Di Timor-Timur, terdapat 7 buah gunung yang ketinggiannya lebih dari 2.000 meter.
Di Kabupaten Ainaro, terdapat Gunung Tatamailau (2.495 m), dan Gunung Usululi (2.620 m).
Apa bahasa yang digunakan di Timor Leste?
Sejak kemerdekaan Timor Leste pada tahun 2002, setelah sejak tahun 1999 di bawah pemerintahan transisi PBB, berdasarkan konstitusi Timor Leste memiliki 2 bahasa resmi yaitu Bahasa Tetun dan Bahasa Portugis.
Selain itu dalam konstitusi disebutkan pula bahwa Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dijadikan bahasa kerja.
Dalam praktik keseharian, masyarakat banyak menggunakan bahasa Tetun Portugis sebagai bahasa ucap.
Sementara bahasa Indonesia banyak dipakai untuk menulis.
Misalnya anak sekolah di tingkat SMA masih menggunakan bahasa Indonesia untuk ujian akhir.
Banyak mahasiswa dan dosen lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan menulis karangan ilmiah.
Selain itu terdapat pula belasan bahasa daerah, diantaranya: Bekais, Bunak, Dawan, Fataluku, Galoli, Habun, Idalaka, Kawaimina, Kemak, Lovaia, Makalero, Makasai, Mambai, Tokodede, dan Wetarese.
Menurut Laporan Pembangunan PBB 2006, hanya kurang dari 5% dari penduduk Timor berbicara bahasa Portugis secara fasih.
Meskipun demikian, validitas laporan ini dipertanyakan oleh para anggota institut linguistik nasional Timor, yang mempertahankan pendapat bahwa bahasa Portugis diucapkan hingga 25% dari penduduk Timor.
Seiring dengan bahasa lokal lainnya, bahasa Tetum merupakan bahasa yang paling umum digunakan untuk berkomunikasi, sementara itu bahasa Indonesia masih banyak digunakan di media dan sekolah dari SMA hingga perguruan tinggi.
Sebagian besar kata dalam bahasa Tetum berasal dari bahasa Portugis, tetapi juga terdapat kata-kata serapan dari bahasa Indonesia, contohnya adalah notasi bilangan.
Agama
Mayoritas penduduk Timor Leste beragama kristen yakni 99,53%, dimana Katolik 97,57%, diikuti Protestan sebanyak 1,96%.
Sebagian kecil lainnya beragama Islam yakni 0,24%, kemudian Buddha 0,07%, Hindu 0,02%, dan aliran kepercayaan dan kepercayaan tradisional 0,16%.
Mayoritas penduduk beragama Katolik, maka kini terdapat tiga keuskupan (diosis) di Timor Leste, yaitu: Diosis Dili, Diosis Baucau dan Diosis Maliana yang baru didirikan pada tanggal 30 Januari 2010 oleh Paus Benediktus XVI.
Sebelumnya, pada tahun 1975, diperkirakan hanya 25–30% penduduk Timor Leste yang dibaptis sebagai seorang Katolik.
Namun, setelah Timor Leste diduduki oleh Indonesia, agama Katolik berkembang pesat di wilayah tersebut, dan pada dasawarsa 1990-an, persentase rakyat Timor Leste yang dibaptis sebagai seorang Katolik telah mencapai lebih dari 90%.
Jumlah gereja sendiri bertambah dari 100 bangunan gereja pada tahun 1974 menjadi lebih dari 800 pada tahun 1994.
Diyakini salah satu penyebab Timor Leste berubah menjadi negara Katolik adalah karena hukum Indonesia mewajibkan semua warganya untuk menganut salah satu agama yang diakui secara resmi, dan kepercayaan animis rakyat Timor Leste dianggap tidak sesuai dengan sila pertama Pancasila.
Budaya dan suku
Timor Leste tidak memiliki budaya resmi, budaya masyarakat Timor Leste bergantung dengan budaya Timor Timur, yaitu campuran suku dengan Indonesia, salah satunya adalah Suku Marobo.
Selain itu, budaya Timor Leste juga dipengaruhi bangsa Portugis.
Suku Marobo adalah suku yang bertempat tinggal di beberapa desa di Bobonaro, kota Maliana, Timor Leste, khususnya desa Ilatlaun, Atuaben, dan Soileso. Pada 1990 diketahui bahwa jumlah populasinya sekitar 3.000 jiwa.
Suku Marobo masih mempunyai tali saudara dengan suku Kemak dan menggunakan bahasa Kemak, sehingga sering juga disebut orang Kemak Marobo.
Selain bahasa Kemak, suku Marobo juga menggunakan bahasa lain, yaitu bahasa Bunak atau Tenun Terik sebagai lingua franca untuk berkomunikasi dengan bangsa lain yang ada di sekitarnya.
Seorang antropolog Prancis bernama Brigitte Clamagirand pernah menetap di pemukiman suku Marobo.
Ia membuat dokumentasi yang menggambarkan masyarakat Marobo mempunyai keahlian di seni tenun.
Suku Marobo memang terkenal atas tenun (atau 'tais', sebuah jenis tenun Timor Leste). (*)