Berita Sumba Timur Hari Ini

Warga Maubokul Sumba Timur Nikmati Listrik Tenaga Angin

Warga Dusun Tanarara, Desa Maubokul Kecamatan Pandawai di Kabupaten Sumba Timur menikmati listrik dari Taman Listrik Tenaga Angin (TLTA)

Penulis: Ryan Nong | Editor: Kanis Jehola
POS KUPANG/JOHN TAENA
Kincir angin di Dusun Tanarara, Desa Maubokul, Kecamatan Pandawai, Sumba Timur yang dibangun untuk pembangkit listrik tenaga angin di lokasi itu. Sejak empat tahun silam, kampung tradisional yang sebelumya terisolir, kini mendadak dijadikan lokasi tujuan wisata. Minggu (19/3/2017) 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Nong 

POS-KUPANG.COM, WAINGAPU -- Warga Dusun Tanarara, Desa Maubokul Kecamatan Pandawai di Kabupaten Sumba Timur menikmati listrik dari Taman Listrik Tenaga Angin (TLTA) yang dibangun di desa itu. 

Taman Listrik Tenaga Angin atau TLTA itu dibangun oleh Lentera Bumi Nusantara (LBN) dengan dukungan dana dari CSR Pertamina dan IBEKA pada pada 2013-2014.

Sebanyak 48 Kincir angin dengan tinggi 4 meter dibangun di lahan yang disediakan warga. Kincir angin itu menggunakan sistem Pembangkit Listrik tenaga bayu (PLTB). 

Kepala Dusun Tanarara, Amos Njurumana (39) mengaku warga terbantu dengan kehadiran program swasta yang diinisiasi Lentera Bumi Nusantara. Pasalnya, warga yang berdomisili di dusun itu dapat menikmati listrik sejak pukul 18.00 Wita hingga pukul 06.00 Wita.

Baca juga: Himbau Warga di Pasar Tanarara, Sumba Timur Cegah Covid-19, Tim Gabungan Gunakan Bahasa Daerah

Selain sumber listrik dari kincir angin di taman listrik tenaga angin, dukungan satu panel surya (solar cell) yang dipasang di lokasi itu dapat dimanfaatkan ketika kondisi angin tidak bertiup kencang. 

Namun, kata Amos Njurumana, bencana Seroja yang terjadi pada April 2021 lalu telah merusak beberapa unit kincir angin dan instalasi termasuk tiang tiang yang membawa kabel utama dari lokasi turbin ke ujung dusun. Selain itu, panel surya juga mengalami kerusakan parah sehingga tidak dapat digunakan. 

"Biasanya kalau tidak ada angin kita pake matahari dari panel surya. Karena kalau angin tidak kencang maka tidak nyala. Apalagi waktu Seroja, parah semua tiang pembawa kabel," kata dia. 

Saat ini, pihak pengelola hanya memasang kembali instalasi darurat untuk tiga RT di lokasi dusun itu. Namun sayang, instalasi darurat itu belum menjangkau semua rumah warga. 

"Kita di sini ada 130 KK dengan jumlah jiwa sekitar 400 orang. Tapi semua rumah belum dijangkau, apalagi rumah rumah yang baru dibangun," tambah dia.

Baca juga: VIDEO – Gunakan Bahasa Daerah, Warga di Pasar Tanarara Diminta Jaga Jarak Untuk Cegah Covid-19

Hingga saat ini, kata Amos, PLTA itu masih berada dibawah pengawasan pihak swasta karena belum diserahkan pengelolaan ke pihak desa. "Belum serahkan ke desa, kalau rusak masih tanggung jawab mereka, mereka yang datang kerja," jelas dia. 

"Harapan kami sebenarnya dari pemerintah campur tangan untuk penerangan di sini," ujar dia menambahkan. 

Habi Atal (30), salah satu warga menyebut ketika listrik tidak bisa dialirkan karena  angin tidak bertiup kencang maka keluarganya menggunakan lampu pelita untuk penerangan di rumah. 

Ia mengatakan selama ini warga terbantu dengan kehadiran pembangkit listrik tenaga angin itu. Namun sejak terjadi kerusakan beberapa bagian instalasi akibat bencana Seroja, pihaknya tidak bisa menikmati listrik secara maksimal seperti biasanya. 

"Sekarang tidak seperti sebelum Seroja. Kadang kadang listrik hanya menyala sampai habis makan malam saja. Kadang tidak bisa menyala dan kita pake pelita," ujar ibu dua anak itu. 

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved