Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Sabtu 29 Januari 2022: Kedok Keterbatasan
Dapat dipastikan bahwa ada di antara orang banyak itu yang berbisik-bisik, berkomentar kiri kanan, sibuk dengan "gadget" atau "android"-nya.
Manusiawi dulu maupun sekarang bisa nampak kedoknya di tengah-tengah kesulitan yang menimpanya. Pada saat-saat gawat, nampak manusia sebenarnya, "siapakah dia".
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 29 Januari 2022: Angin dan Danau pun Taat Kepada-Nya
Saya selalu menulis quote dan sering berucap, "Sahabat sejati itu nampak saat orang mengalami kesulitan". Seakan saya menyampaikan pesan untuk mengingatkan orang lain. Tapi sadarkah saya bahwa bisa saja saya sendirilah yang belum atau bahkan tidak menjadi sahabat sejati?
Dari cerita penyeberangan Yesus dan para murid, saya belajar bahwa manusia yang tidak dewasa dan matang, sulit menyadari keterbatasan diri dan sukanya mencari kambing hitam. Tuhan pun suka diomelin dan dipersangkakan "tertidur" nyenyak dan tidak peduli. *
Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 29 Januari 2022:

Bacaan Pertama: 2 Samuel 12:1-7a.10-17
"Daud mengaku telah berdosa kepada Tuhan."
Pada waktu itu Daud melakukan yang jahat di hadapan Allah: ia mengambil isteri Uria menjadi isterinya; maka Tuhan mengutus Natan kepada Daud.
Natan datang kepada Daud dan berkata kepadanya, “Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin.
Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi; si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain seekor anak domba betina yang masih kecil, yang dibeli dan dipeliharanya.
Anak domba itu menjadi besar bersama dengan anak-anak si miskin, makan dari suapannya, minum dari cawannya, dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya.
Pada suatu hari orang kaya itu mendapat tamu; ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing domba atau lembunya untuk dimasak bagi pengembara yang datang kepadanya itu.
Maka ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu.
Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan, “Demi Tuhan yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.
Anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena orang yang melakukan hal itu tidak kenal belas kasihan.”
Kemudian berkatalah Natan kepada Daud, “Engkaulah orang itu! Beginilah sabda Tuhan, Allah Israel: Pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu.