Berita Lembata
Bele Raya Lewuhala Tolak Ritual Hude Ili Dalam Eksplorasi Budaya Lembata: Pemda Tidak Punya Data
berkaitan dengan bencana erupsi dan banjir bandang tahun 2020/2021 yang lalu, masyarakat adat Lewuhala di desa Jontona
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
Namun dalam pemerintahan modern, Jontona yang sebagai pusat peradaban masyarakat adat Lewuhala dipisah lepas dari wilayah Lewuhala lainnya.
“Pemisahan ini, memperlemah hubungan emosional antar sesama keturunan Lewuhala. Dalam pelaksanaan ritual adat, Jontona seakan-akan melakukan ritual adat terpisah dari kampung lain dalam wilayah adat Lewuhala yang berada dalam wilayah Pemerintahan Kecamatan Ile Ape. Leluhur Lewuhala pasti bertanya dimana anak keturunannya yang lain, karena dalam ritual adat yang dibutukan adalah kebersamaan dan ketulusan,” tandas Bagasi.
Untuk itu, Bagasi meminta pemerintah agar melihat kembali jadwal dan keterlibatan komunitas adat Lewuhala sebelum melakukan ritual di Desa Jontona. Lewuhala tidak bisa dipisah pisahkan dalam urusan ritual.
Bagasi lalu menyodorkan data, bahwa masyarakat adat Lewuhala tersebar di beberapa Kecamatan yakni, Ile Ape Timur, Ile Ape dan Lebatukan bahkan di Sagu Kecamatan Adonara, Flores Timur.
Pelaku Eksplor Budaya Lembata Adalah Masyarakat Adat Bupati Lembata Thomas Ola Langoday menyebutkan kegiatan eksplorasi budaya Lembata berasal dari masyarakat, bukan program yang turun dari pemerintah itu sendiri.
"Kita coba menggali informasi dari masyarakat dan ini ide yang muncul dari masyarakat kita. Nilai-nilai yang lenggang ini yang mau kita angkat kembali," ungkap Bupati Thomas saat rapat koordinasi bersama panitia di Aula Kantor Bupati Lembata, Selasa, 18 Januari 2022.
Menurut dia, masyarakat, komunitas adat dan sanggar-sanggar seni adalah pelaku dari acara eksplore budaya Lembata. Pemerintah daerah hanya memfasilitasi.
Di samping itu, pihaknya berupaya meminimalisasi acara eksplore budaya Lembata dari pengaruh luar. Dia ingin acara budaya ini didominasi oleh masyarakat dan tetap mempertahankan keaslian dari setiap atraksi budaya yang ditampilkan.
Lebih jauh, dia mengatakan tujuan jangka panjang dari eksplore budaya ialah program ini mampu menghasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk jadi muatan lokal di sekolah atau ditulis dalam buku menjadi muatan nasional.
"Karena nilai-nilai dalam budaya di Lembata bisa berlaku di seluruh Indonesia," tandasnya.
Roh utama dari kegiatan ini menurutnya adalah untuk mengangkat nilai-nilai yang luntur di tengah masyarakat.
Bupati Thomas mengajak masyarakat untuk hidup selaras alam atau berdamai dengan alam.
"Hari-hari ini terjadi banjir bandang di mana-mana, erupsi gunung, terjadi longsoran, gelombang pasang, pertanyaannya, apakah kita sudah hidup selaras alam atau berperang lawan alam. Pohon sudah kita tebang, batu kita sudah ambil, di laut juga, bakau sudah ditebang. Saya minta mari kita hidup selaras alam, berdamai dengan alam. Yang kita lakukan ini untuk anak cucu kita," tegasnya.
Acara eksplore budaya Lembata akan digelar pada 7 Februari-7 Maret 2022 di 10 titik di 9 kecamatan yang ada di Kabupaten Lembata.(*)