Berita Lembata

Alasan Petrus Bala Wukak Tolak Eksplor Budaya Lembata : Siapa yang Legitimasi Seremonial Adat 

pihaknya berupaya meminimalisasi acara eksplore budaya Lembata dari pengaruh luar. Dia ingin acara budaya ini didominasi oleh masyarakat

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/RICKO WAWO
Badan Anggaran DPRD Lembata mengeluarkan rekomendasi supaya digelar rapat kerja bersama dinas terkait untuk membahas festival Sare Dame yang masih menuai polemik. Hal ini disebutkan Anggota DPRD Lembata Petrus Bala Wukak saat ditemui di Kantor DPRD Lembata, Rabu, 5 Januari 2022. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo

POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Komisi III DPRD Lembata dan Dinas Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan Kabupaten Lembata telah melakukan rapat bersama di Kantor DPRD Lembata membahas acara Eksplor Budaya Lembata, Senin, 17 Januari 2022.

Acara Eksplor Budaya Lembata yang sebelumnya dinamakan Sare Dame sempat menuai polemik dan jadi perdebatan di gedung legislatif.

Anggota DPRD Lembata Petrus Bala Wukak (PBW) menganggap acara eksplor budaya di 10 tempat di Lembata ini masih bermasalah.  

Baca juga: Seorang Difabel di Lembata Meninggal Dunia Dalam Rumah yang Terbakar

Dia menanyakan motivasi dasar seremonial adat itu harus dilakukan dan siapa yang melegitimasi masyarakat adat di 10 tempat untuk melakukan seremonial adat.

"Dan siapa mereka itu?" 

Orang Lamaholot, kata dia, selalu berkeyakinan bahwa mantera atau doa-doa dalam ritual Itu sakral atau keramat, dan punya daya magis tinggi.

Baca juga: Nenek Lumpuh Tewas Terpanggang di Lewoleba Lembata

Dia mengingatkan, ritual atau seremonial yang dibuat dengan motivasi yang salah bisa membawa konsekuensi fatal.

"Bisa makan korban kalau salah orang, salah omong, salah tujuan kemudian yang melakukan hati tidak ikhlas dan pihak sebelah juga tidak ikhlas," katanya, Selasa, 18 Januari 2022. 

Menurutnya, ritual adat adalah tindakan sadar setelah ada realitas sosial yang kacau karena tindakan menyimpang antara manusia terhadap manusia dan manusia terhadap alam sekitarnya. 

Baca juga: Bupati Lembata : Pelaku Eksplore Budaya Lembata Berasal Dari Masyarakat Adat

"Ritual yang berisi kata said, keramat itu tidak bisa dibuat tanpa sebab yang telah diketahui atau dilihat dalam mimpi oleh Atamolan atau dukun," kata politisi Partai Golkar ini. 

"Maka ada keyakinan kita bahwa arwah leluhur akan bangun dan bertanya, 'apa maksud saya dihadirkan atau dibangunkan'. Kalau ada masalah yang jelas maka mantra dari ritual itu bisa dia dengar dan punya kekuatan mengeksekusi berisi "orang gelap" tapi kalau masalah tidak jelas maka harus ada tumbal, itulah kenapa ritual adat tidak bisa sembarang dibuat dan tidak bisa diintervensi oleh pemerintah," tambahnya.

Dengan alasan ini, Bala Wukak menyatakan menolak niat pemerintah menggelar acara Eksplor Lembata oleh pemerintah daerah melalui Dinas Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan. 

Baca juga: Warga Belabaja Lembata Swadaya Perbaiki Jalan Rusak

"Karena seremoni di 10 titik  ini rawan terjadi konflik sosial dan kita harus mengingatkan kekuasaan agar jangan mengintervensi terlalu jauh adat masyarakat yang dipandang sakral dan masih ada sampai saat ini," pungkas Bala Wukak.

Pelaku Eksplor Budaya Lembata Adalah Masyarakat Adat Bupati Lembata Thomas Ola Langoday menyebutkan kegiatan eksplorasi budaya Lembata berasal dari masyarakat, bukan program yang turun dari pemerintah itu sendiri. 

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved